10

137 11 0
                                    

Hari itu adalah hari yang sibuk seperti biasa, Adam sedang duduk di ruang kerjanya, menandatangani dokumen-dokumen yang menumpuk di atas meja.

Namun, ketenangan itu segera terusik ketika Bayu, asistennya, masuk ke dalam ruangan dengan wajah cemas.

"Pak Adam," kata Bayu dengan nada hati-hati, "ada tamu yang ingin bertemu dengan Anda. Namanya Sarah."

Denyut jantung Adam seketika meningkat. Nama itu membangkitkan kenangan yang telah lama ia coba lupakan—Sarah, cinta pertamanya yang meninggalkannya dalam keadaan yang paling menyakitkan. Sarah yang berselingkuh dengan pria lain dan mengakhiri hubungan mereka tanpa penjelasan, meninggalkan luka mendalam di hati Adam. Dan sekarang, dia muncul kembali setelah bertahun-tahun tanpa kabar.

"Sarah?" Adam mengulang nama itu dengan nada tajam. "Kenapa dia ada di sini?"

"Dia bilang ada hal penting yang ingin dibicarakan dengan Anda," jawab Bayu, tak berani menatap langsung ke mata Adam.

Adam terdiam sejenak, hatinya berkecamuk antara rasa penasaran dan kemarahan yang tak terbendung. Setelah beberapa detik yang terasa seperti selamanya, ia menghela napas panjang dan memutuskan untuk menghadapi masa lalunya.

"Bawa dia masuk," kata Adam dingin.

Bayu mengangguk dan segera keluar untuk memanggil Sarah. Tak lama kemudian, pintu terbuka dan Sarah melangkah masuk dengan penampilan yang tak banyak berubah. Wajahnya masih menawan, namun kali ini ada ekspresi penyesalan yang terpancar jelas dari sorot matanya.

"Adam," Sarah menyapa dengan suara lembut, namun Adam bisa merasakan kegugupan di baliknya.

"Kenapa kamu di sini, Sarah?" Adam langsung ke intinya, suaranya tegas dan penuh amarah yang ia coba redam.

"Aku tahu ini tiba-tiba, dan aku tidak berhak datang ke sini setelah apa yang terjadi," Sarah memulai, suaranya bergetar. "Tapi aku mendengar tentang kecelakaanmu, tentang apa yang kamu alami, dan aku... aku merasa harus bertemu denganmu. Aku ingin menebus kesalahan yang pernah aku buat."

Adam tertawa sinis. "Menebus kesalahan? Setelah semua yang kamu lakukan? Kamu meninggalkan aku untuk pria lain, Sarah. Kamu menghancurkan hati dan hidupku, dan sekarang kamu muncul kembali, berpura-pura peduli?"

"Adam, aku benar-benar menyesal," Sarah melanjutkan, air mata mulai menggenang di matanya. "Aku tahu aku membuat kesalahan besar, dan aku tidak berharap kamu memaafkanku begitu saja. Tapi aku berada di sini untukmu sekarang. "

Adam merasakan kemarahan yang telah lama ia pendam mulai membara. "Dukunganku? Kamu pikir aku butuh dukunganmu sekarang? Setelah apa yang kamu lakukan, kamu tidak punya hak untuk ada di sini. Aku sudah punya seseorang yang mendukungku, seseorang yang mencintaiku tanpa syarat. Kamu tidak lagi memiliki tempat dalam hidupku."

"Adam, tolong, beri aku kesempatan untuk memperbaiki semuanya," pinta Sarah dengan suara memohon.

"Tidak, Sarah," kata Adam dengan nada tajam. "Kamu sudah membuat keputusanmu dulu, dan sekarang kamu harus hidup dengan konsekuensinya. Aku tidak butuh kamu, dan aku tidak ingin kamu ada di sini. Pergi dari kantorku."

Sarah terdiam, wajahnya dipenuhi penyesalan dan kesedihan. Namun, Adam tidak bergeming. Dia telah memutuskan bahwa masa lalunya tidak akan lagi menguasai hidupnya. Sarah, dengan semua pengkhianatan dan kebohongannya, tidak akan pernah mendapatkan kesempatan kedua.

"Pergi, Sarah," Adam mengulangi, matanya penuh dengan tekad.

Dengan langkah berat, Sarah akhirnya berbalik dan meninggalkan ruangan. Pintu tertutup di belakangnya, dan untuk pertama kalinya dalam waktu yang lama, Adam merasa lega. Namun, di balik rasa lega itu, ada bayangan dari masa lalu yang masih mengintai, menunggu untuk dihadapi

Meskipun telah mengusir Sarah, Adam tak bisa mengabaikan perasaan tidak nyaman yang menggerogoti pikirannya. ia memutuskan untuk pulang lebih awal, berharap dapat menenangkan pikirannya saat bertemu dengan istrinya. Sesampainya dirumah, ia disambut oleh senyum hangat istrinya, Karin yang langsung memeluknya. Adam membalas pelukan Karin, menghirup aroma tubuhnya yang menenangkan dan sejenak melupakan segala masalah yang ada. karin mendorong kursi roda adam, membantu sang suami masuk ke dalam kamar untuk membersihkan diri.

Malam itu, Adam dan Karin menghabiskan waktu bersama, Adam berusaha keras menyembunyikan pertemuannya dengan Sarah di kantor. Ia tidak ingin merusak kebahagiaan mereka dengan bayang-bayang masalalunya. Namun adam tetap merasakan cemas, takut Sarah benar-benar akan mengganggu kehidupan rumah tangganya.

Keesokan harinya, kekhawatiran adam benar terjadi. Saat ingin berangkat kerja, ia menemukan sebuket bunga mawar merah di depan pintu rumaahnya, dengan kartu ucapan bertuliskan "semoga harimu indah, Adam. - Sarah". Jantung Adam berdebar kencang. Ia segera membawa bunga itu ke dalam mobilnya dan dibuangnya di tengah perjalanan ke kantor, ia pun meminta supirnya merahasiakan yang sudah terjadi dengan istrinya.


bersambung....

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 29 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Menikahi CEO CacatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang