Sayap-Sayap Merpati

6 0 0
                                    

Yuki mengetuk pintu di depannya, rumah itu terlihat sangat asri ditumbuhi oleh banyak pepohonan, "Loh, Yuki anak tersayangnya mama toh ... Ana mana, sayang?" Mamanya kaget melihat anak satu-satunya ini sudah ada di depan rumahnya.

Wajah Yuki terlihat sangat penat, dia langsung berselonjor di sofa ruang tengah rumahnya. Rumah itu sudah tidak dia tinggali semenjak dia menikah dengan Ana jadi sekarang yang tinggal di sana hanya papa dan mamanya bersama dua orang pembantu yang sudah bersama orang tua Yuki sejak Yuki kecil. Rumah orang tua Yuki tidak terlalu besar karena walaupun mereka konglomerat tapi orang tua Yuki selalu hidup dalam kesederhanaan.

Hal itu sebenarnya dia turunkan ke Yuki bahkan sampai ke sifat orang tuanya yang gampang berbaur dengan tetangga. Tapi Yuki malah timbal balik, dia cenderung menutup diri bahkan sejak dia tinggal di rumah itu. Semua tetangga tahu sifat Yuki yang hanya keluar saat pergi ke sekolah atau bermain skateboard di taman kompleks, itu pun jarang. Semua bahkan menjuluki lelaki tampan itu sebagai Pangeran Salju saking dinginnya dan putihnya. Yuki bahkan baru bisa berbaur dengan baik bersama orang-orang kantornya semenjak kehadiran Ana.

"Ana mungkin sudah pulang, ma," ujar Yuki asal.

"Mungkin? Kok nggak ditelepon sih? Istrinya  kerja kali aja mau dijemput kok nggak diperhatiin begitu, toh?" Mamanya langsung ngomel-ngomel karena anaknya ini terlihat tidak peka.

"Ma, Yuki tidur sebentar yah di sini, kepala Yuki sakit." Mama Yuki memandang anaknya yang sedari tadi mereka bercakap-cakap malah terus menutup matanya.

Sepertinya ada yang salah antara Yuki dan Ana, "Kamu berantem sama Ana, yah?" tebak mamanya.

Yuki kembali tidak menjawab, dia hanya menggeleng, "Ya sudah, kalau kamu mau makan kasih tahu bibi mau makan apa, yah." Mamanya memutuskan meninggalkan Yuki, kalau bukan karena berantem dengan Ana mungkin saja Yuki mumet karena kerjaan kantor.

HP Yuki berdering tanda ada chat yang masuk, "Mas, kamu belum pulang? Aku sudah pulang jadi kamu nggak usah jemput. Mau aku masakin apa?" Itu adalah chat dari Ana tapi Yuki malah tidak membalasnya, dia kembali menutup matanya.


***

Dua jam yang lalu...

Yuki baru saja selesai melakukan meeting di dekat rumah sakit tempat kerja istrinya jadi dia berencana untuk menjemput istrinya tapi tidak bilang-bilang alias supraise. Senyum menghias wajahnya membayangkan reaksi istrinya kalau tahu dia sudah ada di tempat kerjanya dan menjemput istri tercintanya itu.

Ketika akan masuk ke rumah sakit itu, mata Yuki teralihkan oleh seseorang yang menyeberang dari rumah sakit itu ke halte di depannya. Yuki yakin dengan pasti kalau itu adalah Ana, istrinya, tapi kenapa dia harus menyeberang ke halte depan rumah sakit itu? Yuki tahu kalau Ana sangat jarang pulang naik bus karena trauma akibat kejadian yang lalu.

Yuki memutuskan untuk mengejar Ana tapi ketika sampai di seberang halte langkah Yuki terhenti. Dia melihat senyum manis Ana yang berlari ke pelukan seseorang yang sudah lama duduk menunggunya di halte itu. Mereka berpelukan sangat erat sampai rasanya Yuki ingin membunuh orang yang memeluk Ana itu. Ada apa dengan Yuki? Kenapa rasanya dia tidak bisa bergerak setidaknya memukul atau menyamperi dua orang yang sedang berpelukan itu? Gadis yang dipeluk itu adalah istrinya!

"Kau baru selesai?" tanya lelaki itu sambil memperbaiki anak rambut Ana yang terurai.

Yuki mengerti kenapa dia tidak bisa bergerak, senyum Ana sangat manis ketika memandang lelaki itu. Dia sangat menggemaskan ketika mengangguk menjawab pertanyaan lelaki itu. Yuki tidak sanggup merusak momen menakjubkan dari istrinya jika harus bertengkar dengan laki-laki itu di tempat umum ini.

Surat Kaleng (Fakestagram)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang