Part 8

431 36 3
                                    

Soo Hyun membopong tubuh Jiwon ke atas kasur dengan hati-hati, lalu membuka sepatunya di lantai. Setelah itu, dia memilih duduk di sisi ranjang samping sang istri sambil memandanginya lekat, ada rasa tak karuan dalam benaknya.

Memikirkan hubungan mereka akhir-akhir ini yang hampir merenggang hingga membuatnya berniat menceraikan Jiwon. Dengan sebuah selembar kertas yang ia genggam dari pengadilan ia remas lalu di simpannya dalam saku, sepertinya dalam keadaan seperti itu Soo Hyun mengurungkan niat.

Satu sisi jika hubungan keduanya mulai membaik sekarang maka Soo Hyun dapat membatalkan rencananya itu untuk berpisah dengan Jiwon. Tak menutup kemungkinan bahwa sebenarnya ia telah lelah dengan tekanan yang ada.

"Maafkan aku," Soo Hyun bergumam lirih sedikit membuat Jiwon yang tertidur terusik pelan.

Saat akan meletakkan tas slempang Jiwon ke atas nakas tiba-tiba terbuka dengan sendirinya hingga mengeluarkan beberapa benda di dalam termasuk selembar kertas lipatan, saat akan mengambil suara nada dering ponsel milik Soo Hyun bergetar.

Mengeluarkan ponsel itu agar tak menimbulkan suara lalu meletakan beberapa barang termasuk kertas dan tas milik Jiwon ke atas nakas, setelah itu Soo Hyun meninggalkan kamar mereka untuk mengangkat panggilan dari manager Jiwon.

"Ya, Hallo? Dia bersamaku sekarang, tak perlu khawatir lagi."

****

Pagi harinya, Jiwon terbangun pada pukul 08.45 KST, di mana ia merasa cukup nyenyak dalam tidurnya. Seketika membuat ia terdiam beberapa saat untuk menyadari hal yang terjadi di malam tadi, menoleh ke arah di mana suaminya berada namun sisi sampingnya sudah kosong lebih dulu.

Jiwon menampilkan senyuman lalu beralih pada nakas di mana tasnya tersimpan, menariknya beberapa barang termasuk surat dari rumah sakit ketika Jiwon berkonsultasi sudah ada di atas nakas, ia takut jika seseorang ataupun Soo Hyun mengetahui tentang penyakitnya itu.

Jiwon belum siap memberitahukan hal demikian, rasanya tak mungkin.

Bergegas ia bersiap-siap beraktivitas hari ini, sekaligus memperhatikan apakah suaminya itu telah mengetahuinya atau sudah pergi kerja lebih dulu namun tidak tahu akan hal itu.

Dengan tergesa-gesa Jiwon keluar dari kamar menuju meja makan maupun ruangan lain, setidaknya ia berusaha mencari Soo Hyun di sekitar rumah atau menanyakannya langsung pada pembantu mereka.

"Bibi Yin, apa Soo Hyun sudah pergi lebih dulu?" tanya Jiwon ketika pembantu itu melewatinya dengan sopan.

Bibi Yin menggeleng, "Tidak nona. Tuan ada di depan sedang mengangkat panggilan dari seseorang."

Jiwon mengangguk paham mempersilahkan Bibi Yin melanjutkan kembali pekerjaannya yang lain, lalu ia meminum susu yang telah di sediakan dengan sekali tandas. Jiwon sedikit merasa waswas jika pria itu mengetahui tentang surat rumah sakit yang di nyatakan jika dirinya memiliki penyakit dengan minim bisa bertahan lebih lama lagi.

"Kau sudah bangun? Mau sarapan?" Jiwon sedikit terlonjak terkejut ketika Soo Hyun datang tiba-tiba menghampiri keberadaannya.

Di tatap demikian membuat Jiwon mengalihkan pandangan ke arah lain, "I--iya!"

Kenapa dirinya menjadi gugup seperti itu?

Soo Hyun menarik istrinya duduk, berhadapan dengan makanan sereal bernutrisi itu di atas meja.

"Ingin ini atau makanan lain?"

Mengapa Soo Hyun mendadak menjadi perhatian padanya itu? Jiwon menggeleng pelan.

"Ini saja cukup," balas Jiwon mulai makan.

Soo Hyun mengangguk lalu ikut sarapan bersamanya, sedikit melirik ke arah lelaki itu membuat Jiwon berdeham menghilangkan rasa kikuk di antara mereka.

Queen of DramaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang