8

114 17 0
                                    








Leonrad menggerang dalam tidurnya membuat Kyle yang tepat berada di sampingnya terbangun dari tidurnya, ia melihat kearah sang suami yang ternyata sedang menahan sakit entah apa sebabnya.

"Leon! Hey Leon bangun lah..!"

Leon tidak segera bangun, ia justru semakin menggerang kesakitan membuat Kyle panik. Pria cantik itu segera menyerukan pengawalnya dengan lantang berharap ada yang datang ke dalam kamarnya, syukurnya ada salah satu pengawal yang memanggil namanya dari luar kamar. Tanpa berfikir Kyle menyuruhnya untuk masuk.

"Deandra! Tolong panggilkan Velenti dan yang lainya kesini, suami ku butuh pertolongan denga segera. Sebelumnya maaf kalau mengganggu waktu malam mu."

"Tidak apa-apa, Mama! Saya akan panggilkan segera."

"Terima kasih." Sang pengawal berlari kearah tempat dimana Velenti dan yang lainnya beristirahat.

Kyle mencoba menggunakan kekuatannya untuk menahan rasa sakit yang Leon rasakan sementara, ia tahu kalau kutukannya semakin menyebar sebab ada tanda hitam yang melenggar di leher sang suami, tububnya bergetar ketika melihat suaminya kesakitan.

Valenti beserta yang lainnya sudah datang di dalam kamar, melihat sang papa yang terlihat mengenaskan membuat mereka berempat merasa gudah. Tanpa berlama Valenti segera mengeluarakan kartu penyegel dan segera menepelkannya di dada telanjang bagian kiri sang papa yang dimana terdapat tanda kutukan yang besar atau bisa di bilang itu adalah inti dari kutukan tersebut. Valenti mengucapka beberapa kata lalu setelahnya papa berhenti menggerang, membuat mereka yang berada di tempat menghembuskan nafas lega.

Papa membukakan irisnya, "Kalian?"

"Jangan di paksa bergerak terlebih dahulu." Mama menahan papa yang ingin bangun dari tidurnya.

"Kau sudah merasa enakkan?"

"Yah, begitulah. Maaf sudah mengganggu waktu istirahat kalian."

"Tidak masalah, papa. Coba berkacalah, kutukan mu sudah sampai di area leher." Marc memberikan cermin kecil kepada papa, yang di terima oleh sang empu.

"Itu benar, sepertinya waktu ku sudah tidak lama lagi.."

"Jangan berbicara seperti itu, sayang. Aku yakin akan ada waktunya kamu akan sembuh."

"Ya.. Itu benar, papa. Kami akan terus mencari cara agar kutukan itu hilang," sambung Gareen.

"Terima kasih."

"Sebaiknya kalian kembali kekamar kalian masing-ma-"

"Papa! Mama! Apa yang telah terjadi?"

Perkataan Kyle terpotong ketika suara Chille terdengar, ia datang bersama Baldwin yang setia berada di belakangnya. Mimik wajahnya tampak panik ketika melihat sang papanya terkulai lemas di kasur.

"Chille? Kenapa kau masih terjaga dari tidur mu?" tanya Kyle heran dan tentu saja sedikit gugup.

"Itu tidak penting, mama. Sebenarnya apa yang terjadi oleh papa, apa papa terluka?"

"Papa tidak apa-apa, hanya demam biasa saja. Kau kembali lah ke kamar mu untuk tidur, begitu pun yang lain. Baldwin ajak Chille untuk ke kamarnya."

"Tap-"

"Chille! Menurut ya..?"

"Baiklah.."

Chille dan Baldwin pergi dari kamar sang papa, walau dengan langkah yang ragu. Sepeninggalan Chille sang papa segera memerintah mama untuk mengambil sebuah kotak di laci, tentu saja langsung di lakukan oleh pria cantik itu.

MARIGOLD FAMILY || Jeongwoo haremTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang