9. Terungkap

124 25 4
                                    




Setelah kemarin malam ia menghabiskan waktunya dengan Baldwin dan juga Fabrice yang tiba-tiba datang. Lalu sekarang matahari kembali menenggelamkan dirinya dan digantikan oleh rembulan yang indah, tetapi pangeran cantik kita ini masih mendekamkan dirinya di dalam kamar bahkan sedari pagi ia sama sekali tidak keluar, tapi akhirnya ia memutuskan untuk keluar kamar kesayangannya dan menelusuri istana sebab bosan yang melanda terhadap dirinya. Sang pengawal setia ia atau Derlo masih belum selesai menjalankan misi dan itu cukup membuat ia merindukan lelaki yang selalu menyerocos terhadap dirinya ini.

Saat ia melewati kamar Marc ia tak sengaja melihat Marc, Ernest dan Valenti dari celah pintu yang sedikit terbuka dan sepertinya sedang berbicara serius, karena terlihat dari mimik mereka semua yang tegang di tambah sepertinya Ernest sedang menahan emosi. Dengan penasaran ia lebih dekat ke arah pintu kamar Marc agar dapat mendengar percakapan dari mereka bertiga

"Kalian berdua sudah melihatnyakan tadi malam, kutukan papa semakin menyebar luas. Kalau di biarkan akan semakin berbahaya, papa bisa saja meregang nyawa." Valenti berbicara sedikit keras karena emosi yang memucak.

Chille yang mendengarnya terpejat bingung dengan perkataan Valenti, "Kutukan? Papa mempunyai kutukan?" lirihnya.

"Tapi tidak dengan mencelakai Chille! Aku tau kutukan papa menyebar dan semakin parah, tapi kita tidak boleh melukai Chille. Kalaupun emang itu jalan terbaiknya pasti papa akan menolak sebab ia tak ingin mengorbankan anaknya dia sendiri, harusnya kau mengerti!" Ernest membalas perkataan Valenti, walau ketika ia berkata dipenuhi dengan emosi yang memucak tapi Chille melihat ada kekhawatiran pada mata Ernest.

Chille tau bahwa Ernest begitu melindunginya walau terkadang ia senang menggoda. Saat ia kecil yang selalu ada bersamanya adalah Ernest walaupun memiliki Derlo yang selalu disisinya tapi Ernest lah yang pertama kali dekat dengannya. Bahkan dahulu ia begitu mengagumi Ernest sebab otak yang pintar dan kuat membuat Chille selalu memandang Ernest sebagai seseorang yang hebat.

"Aku mengerti kau mengkhawatirkan pangeran, tapi apa kau ingin papa pergi meninggalkan kita semua, harusnya kita membantu papa sebab ia lah yang membuat kita menjadi seperti ini. Kita harus membalas budi, Ernest!"

Ernest terdiam, ia tau bahwa papa telah membuat dia selamat tapi apakah dengan cara seperti ini ia akan berbalas budi(?) Sedangkan Chille sendiri adalah anak papa dan pastinya papa tidak ingin mengorbankan kebahagian darah dagingnya. Apa yang harus ia lakukan sekarang(?)

"Kalian berdua tenang lah terlebih dahulu jangan menaikan emosi kalian, kita coba berpikir dingin. Valenti, aku tau kau khawatir dengan keadaan papa dan aku juga tau kau merasa harus berbalas budi denganya karena nyatanya bukan hanya kau yang berpikir seperti itu aku pun bahkan Ernest pun sama seperti mu.. Tapi bisakah kau pikirkan lagi, dengan menggunakan kekuatan pangeran untuk menyerap kutukan papa dan kartu yang ada di dalam papa itu beresiko besar terhadap keadaan pangeran. Pangeran bisa saja kehilangan jiwanya dan papa akan merasa depresi sebab putranya mengalami seperti itu! Coba kau pikirkan lagi.."

Valenti termenung mendengar perkataan dari Marc, ia sadar bahwa dirinya sekarang bersikap gegabah tapi hanya itulah caranya untuk membuat orang yang ia segani untuk tetap hidup, walaupun harus mengorbankan seseorang.

Tanpa sadar air mata Chille menetes karena mendengar bahwa sang papa saat ini sedang melawan sakitnya, dengan perasaan yang campur aduk ia memasuki kamar Marc dan tentu saja membuat mereka bertiga yang sedang terdiam terpejat kaget melihat keberadaan Chille di sini.

"Tolong kasih tau aku bagaiman cara untuk menggunakan kartu kekuatan ku agar kutukan papa menghilang!?"

"Chille? Dari kapan kau disini??" Ernest maju selangkah dan memegang pundak Chille, ia terlihat terkejut dan gelisah sekaligus.

MARIGOLD FAMILY || Jeongwoo haremTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang