"Ara, keluar kamu". Suara pintu yang di gedor dari luar terdengar sangat kuat.
"Ara!". Papa dobrak kalo kamu gak buka juga ya". Danu, Papa Ara terlihat sangat marah.
Pintu terbuka, namun tak sampai beberapa detik pipi mulus di dalam sana menoleh dengan kuat kesamping saat sebuah tamparan keras mengenai pipinya.
"Kurang ajar kamu. Papa cuma minta kamu supaya mempertahankan nilai ujian kamu, itu aja". Bentak Danu, yang telah mendorong Ara masuk kedalam kamarnya.
"Pa udah pa". Ranti, Mama Ara tak dapat menahan tangisnya berlari dari arah bawah menaiki tangga dengan tergesa gesa, saat melihat anak semata wayangnya di dorong masuk kedalam kamarnya, karena tau apa yang akan terjadi selanjutnya di dalam sana.
"Papa buka pintu nya". Teriak Ranti dari luar kamar Ara. Ranti terjatuh terduduk di depan pintu, seraya tangannya yang masih menggedor gedor pintu kamar Ara.
Sudah jadi makanan sehari hari, didalam rumah yang megah ini. Suara pilu dari lantai atas tangisan maupun teriakan minta ampun sering terdengar.
Bahkan pekerja rumah di dalam rumah ini saja sering sekali bergonta ganti sangking mereka tidak tahan mendengar jeritan Ara yang kesakitan di dalam kamarnya.
Ara yang cantik dan ramah membuat seluruh pekerja di rumahnya sangat menyayanginya. Tak pernah membeda beda kan mereka sekalipun. Semuanya sama di mata Ara, sama sama manusia makhluk yang harus hargai.
Tetapi sayang, itu semua tak berlaku di diri Ara. Papanya sendiri orang yang seharusnya melindunginya tapi dengan tega selalu saja menyiksa Ara saat apa yang di inginkannya tak dikabulkan Ara.
1 jam berlalu, Danu keluar dari kamar Ara. Dengan ikat pinggang yang lepas dari celananya yang kini di genggam nya itu.
Ranti bangun dan menatap tajam arah suaminya dan langsung menamparnya.
"Kamu lebih kejam dari iblis". Ucap Ranti dan kemudian masuk ke dalam kamar Ara.
Begitu pilu hati seorang ibu yang melihat anak tersayangnya terlungkup dengan kedua tangan yang tengah memegang kepalanya.
"Sayang". Panggil Ranti yang seraya menutup mulutnya terasa ingin menjerit melihat anak yang di kandungnya tergeletak di lantai dengan beberapa barang yang berserakan di dekatnya.
Ranti bahkan tak mampu meraih tubuh itu. Ingin menyentuhnya takut Ara kesakitan. Sudah terlalu sering Ranti menemukan Ara dalam keadaan seperti ini.
Pernah di suatu waktu dia tidak tahan lagi dengan perangai suaminya yang seperti penjahat ini. Melaporkannya ke Polisi malah polisi tidak mau mengangkat itu menjadi sebuah kasus. Bahkan polisi tunduk dengan Danu.
Terlahir dari keluarga berlatar belakang yang terhormat memiliki nama belakang Danuarta Diksayarka Pangestu.
Pangestu adalah nama dari Ayah Danu yang salah satu orang terkaya di negeri ini. Namun tidak membuat Pangestu semena mena dan seenaknya dalam mengandalkan kekuasaannya.
Beda dengan Danu entah ada campuran darah dari siapa yang membuatnya kejam di mata anaknya sendiri.
Ara bangun perlahan lahan dan duduk. Memegang belakang kepalanya yang berdenyut hebat. Dia tersenyum dalam sakitnya menatap Mamanya. Lama lama di bisa gila jika begini terus.
"Sayang". Panggil Ranti lagi. Mengelus lembut wajah Ara yang telah terdapat beberapa luka di wajah cantiknya itu.
Ara tersenyum. Meraih tangan Mamanya dan di genggamannya kuat. Seolah dirinya menyalurkan rasa sakitnya disana.
"Minum Ma". Pinta Ara. Bahkan saat dia berbicara pun suaranya itu seakan akan enggan untuk keluar dari tempat nya.
Ranti bangun berlari keluar turun ke dapur dan mengambil air putih sedikit lebih banyak. Jika Ara sudah meminta nya air minum, berarti Ara memang tengah menahan sakit tenggorokannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
TRUST ME ( And I Trust You ). (ON GOING)
RandomAnak satu satunya di tuntut untuk menjadi yang paling sempurna demi mendapat harta warisan sang kakek. Masuk ke dalam dunia dimana bukan jati dirinya yang di temukan di dalam sana. Mempunyai nama belakang yang di pandang hormat oleh orang lain memb...