26

529 106 24
                                    

"Papi mau ke Bandung satu minggu, kalo kamu gak terus terang, Papi gak tenang di sana, otomotif kerjaan Papi akan gak fokus". Bara menatap anak pertamanya itu dalam dalam.

Nafas Chika tercekat, sungguh isi kepalanya semuanya mendadak tidak berfungsi. "Aku gak ada-". Belum sempat Chika menyelesaikan ucapannya, dia dikejutkan dengan ponsel Bara yang di perlihatkan di hadapannya. Disana menampakkan videonya dengan Ara yang tengah berciuman di dalam mobil.

Jantung Chika nyaris terasa lepas dari tempatnya. Ternyata malam itu Bara sudah menaruh curiga kepada Chika dan juga Ara. Hubungan pertemanan mereka tidak memperlihatkan seperti layaknya pertemanan perempuan pada umumnya melainkan seperti hubungan dengan lawan jenis.

Malam dimana Bara berdiri di teras rumah sambil memandang mobil Ara yang masih berhenti di depan pagar rumahnya dengan Chika di dalam sana tak kunjung keluar. Padahal hampir satu jam Bara berdiri disana tetapi Chika belum juga keluar. Apa yang di lakukan mereka didalam itu.

Hingga cctv rumah menjelaskan semuanya. Salah satu kameranya menangkap kegiatan Chika dan Ara yang tengah berciuman didalam mobil dengan kondisi pintu yang sedikit terbuka. Kemarin, Bara mencoba melihat lihat hasil tangkap video dari cctv yang ada dirumahnya.

Alhasil yang ditemukannya sebuah yang membuatnya shock setengah mati, kerjaannya kemarin sedikit tercecer akibat pikirannya yang melayang jauh oleh ulah anak sulungnya.

"Itu apa?". Tanya Bara kembali.

Chika, dengan tangan yang sedikit gemetar meraih ponsel itu dan melihat lebih jelas. Kapan ini terjadi? Dia sendiri saja bingung waktu kapan mereka melakukan itu. Sangking seringnya kali ya. :D.

Namun meski begitu Chika sedikit lega. Untung saja bukan momen di mana dia dan Ara yang bercumbu di dalam mobil sampai bajunya terlepas oleh Ara. Kejadian itu sedikit brutal menurutnya untuk mereka yang baru pertama kali melakukannya.

"Pi". Chika terus menelan ludahnya, meski susah payah, dia tetap mencoba melakukannya. Tubuhnya belum sepenuhnya kembali normal masih sangat ketakutan.

"Kenapa harus seperti itu sayang?". Aya ikut bertanya, perasaannya Ara itu terlihat anak yang tidak menyimpang sama sekali terlihat anak yang lurus lurus saja tidak aneh aneh, dan ini apa yang terjadi? Itulah makanya tidak boleh menilai orang dari luarnya.

"Mami". Bibir Chika sudah melengkung. Tatapan Aya masih ada tatapan iba disana. Tetapi jika Chika menatap Bara, langsung nyalinya menciut.

"vrumm vrumm". Ketiganya sama sama menoleh arah pintu saat mendengar suara mobil. Memang suara mobil sport Ara itu terdengar sedikit keras suaranya.

"Papiii". Chika panik kala melihat Bara yang bangun dari duduknya. Semakin paniknya lagi ketika Bara yang kian mendekat ke pintu.

Chika berlari lebih dulu ke arah sana namun langkahnya terhenti mendengar suara Bara. "Duduk Chika". Bara sedikit membentak.

"Papi". Chika menggeleng kepalanya. Dia takut jika Bara melakukan hal yang tidak kepada Ara. "Pi, bukan salah Ara, jangan". Chika sudah menangis dia takut luar biasa, matanya menatap Aya seakan akan meminta pertolongan, namun aya malah menghela nafasnya resah.

"Tok tok". Suara ketukan itu tambah membuat Chika kalang kabut. Seharusnya dia urung dan menolak suruhan Papinya yang menyuruh Ara untuk datang kerumahnya. Padahal Ara belum sempat beristirahat sama sekali. Hanya membersihkan tubuhnya secepat kilat ketika mendengar perkataan Chika beberapa saat lalu.

Chika tidak tahan lagi, membuka pintu dan keluar begitu saja. Menarik tangan Ara keluar dari rumahnya tanpa memperdulikan Bara yang juga ikut keluar di ikuti Aya di belakangnya.

TRUST ME ( And I Trust You ). (ON GOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang