"Fuhh fuhh". Tidur Ara terusik, ketika merasakan wajahnya di hembus seseorang. Mata sipit itu terbuka sedikit, samar samar dia bisa melihat bidadari cantiknya yang tengah tersenyum begitu indah di depan wajahnya.
"Sayang". Suara berat Ara terdengar oleh Chika. Ara berbalik memunggungi Chika serta menarik selimut yang telah di buka Chika dan menutupi dirinya sendiri hingga kepalanya.
"By, ini udah pagi, hari minggu juga, jogging gak sih kita?". Chika menatap punggung Ara di balik selimut dengan nafasnya yang naik turun secara teratur. Tampaknya Ara benar benar kembali tidur.
"Honey". Panggil Chika kembali tetapi dengan panggilan yang berbeda. Ara tersenyum di balik selimutnya tetapi enggan membuka matanya yang terasa seperti di lem korea.
"By, ayo kita jogging, biar sehat". Chika menarik narik selimut Ara dan dia masih menahannya kuat di dalam sana.
"Yaudah aku pergi sendiri aja ya, kamu tidur aja terus, aku palingan cuma 1 atau 2 jam aja sih lari nya, kamu jagan keluar kamar selama gak ada aku ya, aku mau tebar pesona bentar di taman, apalagi ini minggu banyak cowok, cewek ganteng deh kayaknya". Chika turun dari kasur, baru hendak melangkah, Ara menariknya hingga terlentang di atas tempat tidur dengan Ara di atasnya.
Mati sipit Ara semakin sipit dan hanya terlihat segaris lengkungan bulan sabit terbentuk. Dia menatap Chika tidak suka, maksudnya, bukan Chika yang dia tidak sukai tapi ucap nya itu.
"Apa sih, minggir dulu, aku mau siap siap jogging". Chika bangun tetapi Ara menahan nya dengan menekan kedua bahu itu.
"Gak boleh pergi". Larang Ara menatap bola mata coklat Chika.
"Lah kenapa? Aku mau sehat, mau cari udara segar, pagi pagi kayak gini alam sedang mengeluarkan udara segar, tau".
"Gak".
"Gak apa sih, aneh kamu, minggir by".
"Kamu mau tebar tebar pesona sama orang lain padahal kamu udah punya pemiliknya".
"Emang sama pemilik aku?".
"Aku lah, aku pemilik kamu selama lamanya, gak ada yang bisa miliki kamu selain aku". Tatapan Ara tidak lagi biasa melainkan sungguh sungguh.
"Tapi kamu aja gak mau nemenin aku jogging, ya aku pergi sendiri lah, aku gak mau di bilang pemaksa nanti karena masih ngajak orang yang gak mau ikut".
"Aku gak punya baju olahraga sayang, masa pake ini". Ara merendahkan sedikit tubuhnya hinga tersentuh ringan di atas tubuh Chika.
"Aku ada, kamu mau yang gimana? Semua aku ada".
"Yang gambar marsupilami, ada gak?".
Chika menaruh telunjuknya di dagu. "Kayaknya gak ada deh, tapi yang shaun the sheep, ada, kamu mau?". Ara terkekeh, menopang kedua sikunya di samping kepala Chika.
"Ayo, mau ga? Jangan kelamaan nanti keburu terang, udah panas". Chika mendorong bahu Ara saat merasakan nafas Ara menerpa wajahnya.
"Ada gak baju kamu yang muat di aku?". Sebelah tangan Ara terangkat menggeser poni Chika kesamping.
"Ada, kamu pilih aja sendiri mau yang mana". Chika terkesiap saat Ara mengecup sisi ujung matanya. Ludahnya tertelan begitu saja. Tangannya menyilang di depan dada ketika menyadari tubuh Ara semakin turun.
"Ara ayoo". Ajak Chika lagi.
"Hmmm". Ara bergumam. Kepalanya jatuh menyamping di atas dada Chika. Dengan tubuh yang di pasrahkan sepenuhnya pada Chika juga.
Chika menegang untuk sesaat, nafas Ara masuk di sela sela lubang kancing piyamanya menyentuh kulit bagian dalam nya.
Tangan Ara terangkat memeluk tubuh Chika mengusap sisi badan Chika dari samping. Chika membiarkan Ara seperti itu untuk beberapa saat. Selanjutnya tangannya meraih rambut Ara dan mengelusnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
TRUST ME ( And I Trust You ). (ON GOING)
RandomAnak satu satunya di tuntut untuk menjadi yang paling sempurna demi mendapat harta warisan sang kakek. Masuk ke dalam dunia dimana bukan jati dirinya yang di temukan di dalam sana. Mempunyai nama belakang yang di pandang hormat oleh orang lain memb...