Pentas Seni dimulai hari ini, Minggu pagi. Semua murid sibuk dengan urusan mereka masing masing.
Terlihat banyak yang berlalu lalang di halaman sekolah. Dari guru hingga murid yang tengah mengurus dan mengatur kegiatan pagi ini.
Begitu pun Osis yang punya peran lebih besar disini mengalahkan kepala sekolah atau pemilik sekolah.
"Udah belum Li?". Tanya Chika, dari tadi dia sedikit tidak tenang.
"Udah, semua udah pada standby kok dibelakang". Ucap Elli.
"Huuft". Chika menghembus nafas beratnya.
"Kenape Lo?". Tanya Elli yang melihat Chika begitu berat menghembuskan nafasnya.
Chika menggeleng. Ingin jujur tapi dia sedikit malu kepada teman temannya itu.
Chika bangun dari tempatnya melihat ke seluruh jangkauan pandangannya, jantungnya mulai berdegup kencang lagi.
Meski ini hanya Pantas Seni sekolah tapi ini seharusnya menjadi moment bagi seseorang itu yang Chika tunggu kedatangannya dari tadi.
Ara, Chika menunggunya datang. Jika Ara tidak datang, sudah dipastikan apa yang akan terjadi padanya setelah ini.
Pak Danu pernah bilang, hari ini akan ada tamu dari rekan kerja beliau yang turut hadir dan memeriahkan acara sekolah mereka ini.
Dan bagaimana ini, jika Ara sang anak pemilik sekolah ini sendiri tidak ikut berpartisipasi di dalamnya?
Pasti akan menjadi masalah besar dibelakang nanti setelah ini. Pak Danu tipe manusia yang menjaga wibawanya didepan orang.
Akan memperlihatkan seberapa bijaksana nya dia dan panutan bagi semua orang.
"Huuft". Chika lagi lagi menghembuskan nafas kasarnya.
Terdengar mic yang sudah di hidupkan. Dan murid yang sudah meramaikan halaman sekolah, serta peserta yang akan mempersembahkan karya nya, sudah siap di belakang panggung.
"Chek chek". Itu suara Gita yang sedang mengetes mic nya diatas panggung.
Kemudian terdengar suara Pak Danu yang membuka acara ini sekaligus memberikan beberapa arahan dan nasehat kepada seluruh yang hadir di acara ini.
2 jam berlalu, telah banyak yang terjadi. Banyak macam bentuk penampilan yang ditampilkan murid sesuai dengan bakat mereka.
Chika mengambil ponselnya dan menghubungi Ara. Nomor itu aktif tapi tidak di angkatnya.
"Please kali ini aja". Monolog Chika. Tidak tau bagaimana perasaannya sekarang yang sangat gelisah.
"Sayang". Suara laki laki muncul dari belakang Chika. Vito menghampirinya. Chika hanya melirik nya saja, tak peduli.
"Aku cariin dari tadi". Ucap Vito yang berdiri disamping Chika. Mereka hanya berdua didalam tenda ini. Tenda yang memang khusus untuk panitia.
Tapi Vito sendiri bukan panitia atau pengurus lainnya. Karena dia ketua basket dia berlaku seenak jidatnya masuk ke semua tempat sesukanya.
Vito menatap Chika meraih wajah itu hendak mencium nya. Karena tau disini hanya mereka berdua, Vito dengan berani melakukan nya.
Chika menjauhkan wajahnya. " Tau kan ini dimana?". Kata Chika, terlihat tidak suka.
"Seharusnya kamu tau tata krama dan sopan santun". Sambung Chika lagi.
Vito hanya tersenyum. "Sorry Sayang, habisnya aku kangen kamu". Ucapnya meraih tangan Chika dan dikecupnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
TRUST ME ( And I Trust You ). (ON GOING)
RandomAnak satu satunya di tuntut untuk menjadi yang paling sempurna demi mendapat harta warisan sang kakek. Masuk ke dalam dunia dimana bukan jati dirinya yang di temukan di dalam sana. Mempunyai nama belakang yang di pandang hormat oleh orang lain memb...