8

520 99 14
                                    

"Terus sekarang gimana? Lo mau ngapain habis ini?

"Gak tau, gua lagi mikir. Lo bantu mikir juga anjg, jangan nanya2 doang".

"Apaan gua nanya2 doang, gue udah kasih informasi yang valid ya sama lo, kalo gak ada gua si Chika sama Ara gak bisa ribut". 

Vito terdiam. Dia ingin mencari cara kembali agar bisa memberi Ara pelajaran. Vito marah pada Ara.

Pertama, dia telah menggagalkan rencananya waktu itu saat di mobil bersama Chika dan juga telah memukul nya. Kedua, Ara mengadu pada Papanya yang ternyata Danu merespon itu di balik sepengetahuan Ara.

Danu memberi Vito peringatan atas perbuatannya itu. Tanpa menyadari perbuatannya lebih mengerikan daripada Vito. Bahkan mereka berdua sama saja.

Ya, teman Vito waktu itu mendengar percakapan Chika dan teman temannya saat di parkiran. Chika yang hendak membuang rokok Ara ke dalam tong sampah di pergoki temannya.

Mau tidak mau Chika menjelaskannya, Eh ternyata teman Vito, Riki, dia ada disana didalam mobilnya yang persis di dekat kelompok Chika. 

Pintu mobil yang terbuka sedikit itu mempermudah Riki untuk mendengar semuanya. Hal hasil setelah dari sana dia mengadu pada Vito. Dan itu di jadikan senjata oleh Vito untuk memberi Ara pelajaran.

*

"Ra udah". Cegah Azizi saat Ara hendak meneguk alkohol lagi.

Azizi jadi keringat dingin sekarang. Saat tadi Ara menelponnya dan menanyakan apa Chika ada di galeri mereka, Azizi menjawab tidak.

Dan tidak lama Ara datang kesitu dengan sekotak alkohol yang entah dari mana dia dapatkan. Nyawa Azizi seperti di ujung tanduk. Jika Danu tahu, bukannya cuma Ara yang kena, dia juga.

Dan Ara, dia tidak tahu harus kemana untuk minum, tempat satu satunya hanya di galeri Azizi ini. Meski ini bukan milik Azizi tapi milik Chika, entah kenapa Ara tetap keras kepala untuk minum di tempat ini.

Ara sekarang menjadi sangat kacau. Kelakuannya semakin tidak terarah. Dimulai dia yang sudah membolos sekolah betulan dan juga menjadi perokok aktif. 

"Ra, Nanti bokap lo nyariin anjr". Ucap Azizi lagi. Dia benar benar khawatir.

"Enggak, si brengsek itu udah ke luar negeri. Gue berharap dia gak balik lagi". Jawab Ara seraya tertawa pelan.

"Mama lo sendiri dong?". Tanya Azizi lagi.

"Enggak kok, Mama dinas malam, jadi gue udah izin keluar, gue bilang nginap dirumah lo. Gak papa kan?". Ucap Ara lagi. Dia mulai cegukan, pertanda alkohol itu sudah menyatu dengan tubuhnya.

Azizi meneguk ludahnya. Mampus nama dia dibawa bawa sekarang. Ditambah bagaimana jika Chika tahu. Pasti Azizi bakal di depak dari tempat ini.

"Sakit banget Zee disini". Tunjuk Ara di daerah tengkuknya.

"Kenapa?". Tanya Azizi.

"Gue dikasih salam perpisahan sama bokap. Kepala gue di gebuk dia, Anjing emang itu orang tua. Kalo gue bunuh gue berdosa gak Zee?". Ara menyandarkan tubuhnya di sofa dalam ruangan Azizi. Dia mulai oleng.

Azizi menatap Ara. Kenapa nasib Ara seperti ini. Dia hidup kaya tapi tidak mendapatkan kasih sayang dari Papanya malah mendapat kan kekerasan dari Danu. Azizi juga masih bertanya tanya sampai sekarang. Apa yang membuat Danu memperlakukan Ara seperti itu?

"Zee, gue bunuh aja dia ya, tapi gue gak mau di penjara, gimana cara nya? Gue kasian Mama kalo gue di penjara, Mama gak ada temennya".

Air mata Ara mengalir. Dia tidak sadar cairan itu mengalir di pipinya. 

TRUST ME ( And I Trust You ). (ON GOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang