Prolog

804 74 2
                                    

Pagi hari yang cukup sibuk bagi kedua anak laki-laki yang berpakaian putih biru. Dari pakaiannya mereka adalah seorang murid SMP, lebih tepatnya mereka murid kelas dua dari SMP Harapan Bangsa. Keduanya cukup sibuk di pagi hari bukan karena mereka ada jadwal piket, atau ini hari Senin dan mereka menjadi petugas upacara. Mereka sibuk karena berencana pergi ke kantin membeli sesuatu untuk dimakan.

"Buru woy, nanti keburu bel masuk!" Ujar salah satu anak laki-laki yang lebih pendek diantara keduanya.

"Sabar njir!" Keluh satunya lagi meminta temannya untuk tidak buru-buru. Mereka memang begitu adanya, yang satu kadang terlalu bersemangat yang satu lagi santai-santai saja, atau sebaliknya.

Perjalanan dari kelas mereka ke kantin cukup jauh, nasib kelas mereka yang agak terpojok di belakang dekat perpus. Jadi untuk sampai ke kantin mereka melewati beberapa ruang kelas anak kelas 8 lainnya, melewati lapangan yang di seberangnya adalah ruang OSIS, Kesiswaan, UKS, dan beberapa ruang kelas lainnya.

"Gioo.... Kok malah diem sih?" Keluh lagi si anak laki-laki yang lebih pendek saat merasa temannya yang dia panggil Gio tidak lagi berjalan mengikutinya.

Salah satu dari mereka bernama Gio dan si anak satu lagi bernama Daniel. Mereka berteman dari kelas 7 dan seperti takdir tetap berada di kelas yang sama saat kenaikan kelas 8. Karena itu diantara temannya yang lain, Gio lebih sering bersama dengan Daniel.

Dengan rasa jengkel pada temannya, Daniel berjalan kembali ke tempat dimana Gio berdiri. Dia memukul lengan Gio membuat sang empu sedikit terhuyung, tapi tetap saja Gio fokus pada hal lain.

"Liatin apaan sih?" Tanya Daniel sambil melihat ke arah tuju Gio dan dia melihat seorang anak perempuan memakai seragam yang berbeda dari mereka. Anak perempuan itu sepertinya sedang kebingungan, di tambah tidak nyaman karena menjadi pusat perhatian anak-anak yang lain.

"Itu.." Gio menunjuk ke arah seorang anak perempuan yang dilihat oleh Daniel juga. "Kayaknya dia murid baru deh" Lanjut Gio.

"Terus kalau murid baru kenapa?" Tanya Daniel tidak paham dengan jalan pikiran temannya. "Udah ah ayo, gue laper nih!" Daniel menarik tangan Gio, barulah mereka melanjutkan perjalanan mereka menuju ke kantin.

Dengan rasa penasaran yang bersarang di benaknya, Gio tetap pasrah ditarik oleh Daniel ke kantin. Tanpa sadar juga dalam hatinya dia berharap bisa bertemu lagi anak perempuan yang tadi.

***

Awal tahun ajaran baru kembali dimulai, kali ini Gio masih memakai seragam putih biru, tapi dia tidak pergi ke SMP-nya melainkan ke salah satu SMA yang ada di kotanya. Walaupun masih memakai seragam putih biru, dia sudah resmi menjadi anak SMA dan hari ini adalah hari pertama dia menjalankan Masa Orientasi Sekolah atau MOS.

Dia dengan segala barang bawaannya dan name tag besar terpampang di depan dada, berjalan sedikit terburu-buru ke gerbang SMA Tunas Bangsa. Di depan gerbang sana sudah berjajar anggota OSIS menyambut para murid baru, mereka tidak benar-benar menyambut, tapi beberapa dari mereka menegur atau tak segan-segan memarahi murid baru yang tidak berpakaian sesuai aturan.

"Heh kamu!" Tunjuk salah satu anggota OSIS pada Gio yang mulai memasuki area gerbang sekolah, "Sini!" Lanjut sang anggota OSIS meminta Gio untuk berdiri di depannya.

Gio mengangguk dan berjalan mendekat, dia berdiri di depan anggota OSIS yang tadi memanggilnya. Emang dasarnya Gio dengan tampang datarnya membuat si anggota OSIS mengira Gio tidak takut padanya.

"Wajahnya biasa aja dong, nantangin kamu?" Ucapnya si anggota OSIS dengan lagaknya yang memasang wajah tidak ramah dan menyilangkan kedua tangannya di depan dada.

Seketika Gio dan si anggota OSIS menjadi pusat perhatian, termasuk anggota OSIS lainnya. Salah seorang anggota OSIS mendekati mereka mencoba menengahi antara Gio dan si anggota itu.

"Kenapa?" Tanya salah satu anggota OSIS yang mendekati mereka, perempuan itu bertanya sambil menarik lengan temannya yang berdiri di depan Gio.

"Ini loh dia ngeselin banget mukanya!" Keluhnya pada si perempuan yang baru datang tadi.

Perempuan itu mengalihkan pandangannya pada Gio dan tanpa sengaja mereka saling bertatapan karen Gio sudah lebih dulu memandangnya. Tanpa sadar ekspresi wajah Gio lebih ramah dari sebelumnya dan itu membuat Shani menaikkan sebelah aslinya.

"Udah kamu ke yang lain aja, aku urus yang ini!" Perintah sang perempuan pada temannya.

"Tapi Shan-"

Sebelum protes itu selesai, si perempuan menunjukkan wajah tegasnya membuat orang yang tadi mengatakan Gio nantangin dia terbungkam dan memilih pergi dari sana meninggalkan Gio dan rekannya itu.

Gio masih sibuk menatap perempuan di depannya, bukan hanya wajah saja yang dia pandangi, tapi pandangannya jatuh pada sebuah id card yang terpampang jelas nama si Wanita.

'Shani Indira'

Nama yang tidak asing bagi Gio, karena ini bukan pertama kalinya dia bertemu dengan si perempuan yang bernama Shani. Hatinya yang kesal karena hampir saja bertengkar dengan orang tadi berubah menjadi senang karena bertemu dengan Shani.

"Coba lihat perlengkapan kamu" Ujar Shani menghiraukan pandangan intens Gio padanya.

Gio mengangguk, dia mulai memperlihatkan perlengkapan dia yang tentu saja tidak akan ada kurangnya karena dibantu oleh Mamahnya. Mulai dari perlengkapan pakaian, name tag, dan barang bawaan lainnya semua lengkap membuat Shani tersenyum kecil lalu mengangguk tanda sudah selesai.

Kembali mereka saling berpandangan, baru kali ini Shani menyadari sesuatu. "Loh kamu Gio dari SMP Harapan Bangsa kan?" Tanya Shani membuat Gio tersenyum agak lebar dan mengangguk. Gio senang akhirnya Shani menyadari mereka pernah satu SMP yang sama, walaupun agak heran juga kenapa Shani tidak sadar dari awal.

Mungkin karena jarang bertemu selama satu tahun dan perubahan wajah Gio yang lebih dewasa belum lagi dengan gaya rambut baru yang lebih fresh membuat Shani sedikit sulit mengenalinya.

Disaat Gio ingin mengatakan sesuatu, ketua OSIS datang menginterupsi semua orang. Sang ketua OSIS dengan lagaknya yang gak beda jauh dari orang menyebalkan tadi berteriak meminta seluruh peserta murid baru memasuki lapangan dan berbaris di sana karena upacara akan segera dimulai. Dengan hati yang kesal mau tak mau Gio mengikuti barisan menuju lapangan.

Saat baris, matanya masih mencari dimana keberadaan Shani dan dia temukan Shani sedang mengobrol santai dengan sang ketua OSIS tadi. Kini rasa kesal berubah menjadi rasa jengkel ingin menarik Shani jauh-jauh dari pria yang lebih tua darinya itu. Rasa senang setengah mati karena akhirnya menjadi murid SMA dan bersekolah di sekolah yang sama dengan Shani, berubah menjadi malas karena dia pikir selama MOS harus melihat Shani dekat-dekat dengan si ketua OSIS.

~~~

Jejak RasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang