CHAPTER 11

4 1 1
                                    

"Ternyata romansa di masa putih abu-abu dengan sahabat kita menjadi pendengarnya menjadi cerita yang lebih hangat."


"Nabilaaaa!"

Teriakku pada saat telah sampai di kelas. Mencari keberadaan temanku yang masih pagi sudah ke sana ke mari.

"NABILAA!!!!"

Aku melihat sekeliling. Kenapa di pagi hari ini. Di saat-saat yang penting sahabatku, teman ceritaku tidak ada di kelas. Aku yang melihat Tana sumringan dan menghampirinya. Ingin menceritakan hal-hal yang aku lakukan sepanjang malam kemarin.

"Tana. Tau gak? Abis kah chatan sama siapa?" tanya ku sambil duduk di bangku kosong yang ada di depannya. "Tanaaaa bangun duluuu. Temanmu yang cantik jelita ini mau cerita." Ucapku membangunkannya dan menggerakkan badannya. Cowok ini masih pagi tapi sudah tiduran di mejanya. Mana mejanya paling belakang dan pojok lagi.

Tana bangun dan merasa terusik karena ku ganggu. Aku yang di tatap tajam oleh Tana hanya cengengesan. "Apa Adinda Indah Naura yang paling cantik dan jelita?" tanyanya sinis.

Aku mengulumkan bibirku ke dalam karena masih merasa salah tingkah dengan chatan aku berdua dengan Laode. "Kan chatan kah sama Laode toh semalam, dan kau tau apa?" tanya ku dan Tana menggeleng sambil memperhatikan ku.

"Ternyata Laode sama kita seumuran." Ucapku dan memegang tangan kanan Tana sebagai tumpuan dagunya. "Terus tuh Loade punya adik cewek. Beda setahun. Makanya dia telat setahun masuk sekolahnya karena kata mamanya mending masuknya sama adek ceweknya aja."

"Aih. Padahal kalau seangkatan tambah bagus sih." Ucapku dan Tana menaikkan alisnya sebelah. "Yah kalau seangkatan kau gak bakalan ketemu sama Laode." Ucapnya menatapku. Aku memiringkan kepalaku dan mengangguk pelan membenarkan perkataan Tana. Iya juga sih. Kalau seangkatan kemungkinan ketemunya dikit.

Aku menatap Tana kesal. Gak tau kesal aja. "Cerita mu itu aja?" Tanya Tana menatapku balik. Aku yang di tanya seperti itu langsung menggelengkan kepala dan lekas tersenyum lebar.

Aku bertambah semangat menceritakan apa saja informasi yang aku dapatkan tentang Laode. "Terus Laode tuh kan pindah ke sini ke sekolah ini. Kan. Tapi adeknya gak ikutan pindah. Laode kesini seorang diri. Tinggal bareng sama nenek dan kakeknya. Yah keluarganya yang lain masih sekitaran wilayah kita sih." Kataku panjang lebar dan Tana memperhatikan ku dengan tatapan lembut.

Aku yang di tatap seperti itu semakin semangat bercerita. Berbagai macam gaya dan bentuk ekspresi yang ku buat di depan Tana tapi Tana tidak pernah menyela aku ataupun mengkritik aku.

"Seneng yah ceritain Laode?" Tanyanya kepadaku. Aku mengangguk pelan dan menyembunyikan wajahku di balik rambut sepundak aku yang aku pegang. "Udah balik sono dah mau bel."

Aku menatapnya sinis, "Tapi ceritanya belum selesai ih." Ucapku protes. Tana menarikku paksa dan mengantar aku ke kursi aku. Aku pasrah ditarik seperti ini. Melawan laki-laki yang tingginya beda 20an cm dengan aku. Hahaha aku yang kalah.

"Bentar cerita lagi kalau istirahat."

Aku yang mendengar ucapan Tana menatapnya dan tersenyum lebar. Baiklah. Ayo menghadapi dan bertempur dengan mata pelajaran ini.

Akan ku hadapi kalian walaupun aku yang stress.

.

.

.

TRIIINGGG---

Alarm yang menandakan istirahat telah berbunyi. Istirahat ke dua. Aku segera merapikan buku pelajaran aku dan semuanya. Bersenandung kecil dan sesekali menggoyangkan kepalaku sesuai dengan irama yang aku keluarkan. Suasana hati aku sampai detik ini sangat baik. Sangat-sangat baik.

Aku Menunggu Kamu. Karena Tau Kamu KembaliTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang