CHAPTER 01

132 24 0
                                    

"Dia lelaki yang lucu"

Pagi yang terik. Sinar mentari Lagi-lagi menyinari bumi ini. Mentari begitu tenang dan damai. Dimana mentari selalu datang tepat waktu untuk memberikan cahaya kepada bumi. Cahaya yang amat terang dan juga akan membuat Manusia-manusia yang ada dibumi menyambut cahayanya. Tidak semua manusia juga menyambutnya. Tapi aku menyambutnya. Aku selalu menunggu kedatangan mentari. Mentari? Iya, aku memanggilnya mentari disaat semua orang memanggilnya Matahari, kenapa? Karena sinarnya yang membuat ku tenang dan sinarnya pun sangat cantik dengan langit yang ada disisinya. Langit dan mentari selalu bekerja sama untuk menyinari bumi. Bukankah itu kombinasi yang sangat amat cantik? Iya. Cantik. Kalian juga harus melihatnya sesekali.

Aku memenjamkan mata sedari tadi. Menikmati cahaya mentari di pagi hari ini dengan angin yang sejuk yang menyentuh kulit wajahku. Hal yang sangat menenangkan dan selalu menenangkan di pagi hari.

Hari ini pun mentari dan angin menyapa aku dan aku menyambutnya lagi dan lagi. Aku akan selalu menyambutnya tapi bagaimana bila mentari dan angin tidak menyapa ku? Maka aku akan menunggu. akan ku tunggu karena keahlian ku adalah menunggu. aku adalah orang yang sangat ahli dalam menunggu. di saat hanya angin yang menyapa ku, aku akan menunggu mentari. Karena aku yakin bahwa dia akan kembali menyapa aku lagi.

"Indah" panggil seorang perempuan. Aku membuka mataku yang terpenjam sedari tadi dan menoleh kearahnya. Aku tersenyum dan mengucapkan "Selamat pagiii". Dia tersenyum juga. Aku semakin melebarkan senyumanku ketika melihat dia tersenyum. Dia itu teman ku. Teman sebangku aku sejak lama. Dia Nabila. Nama panggilannya, kalau nama lengkapnya Nabila Nur latifah. Nama yang cantik.

"Kebiasaan pejamkan mata lamaaaa bangeet. Ngapain sih kau suka banget begitu?" Tanyanya sambil merapikan Buku-bukunya. Ini bukan sekali dua kali Nabila bertanya seperti ini. Aku menopang dagu ku sendiri menggunakan tangan kiri ku dan menatapnya "Suka" jawabku. Nabila menatapku dengan tatapan yang bingung dengan jawaban ku yang ia dengar.

Aku tersenyum melihat raut wajahnya yang bingung, "Hm karena suka. Saya senang melihat pagi, pagi yang terik karena sinar mentari yang menyinari bumi bersama langit." Jawab ku sekali lagi. Nabila sekali lagi heran dengan jawabanku. Aku tersenyum dan mengatakan "Bukan sekali dua kali kau lihat saya begini Bil, udah sering. Jadi gak usah heran kalau ngeliat saya kek gini. Seperti yang kau katakan tadi ini sudah termasuk kebiasaan hehe."

Nabila menatapku dan melanjutkan merapikan Buku-bukunya sambil menganggukkan kepalanya. "Karena kau yang suka sekali dengan Matahari yang kau sebut Mentari yaudah ayo kita temui" katanya. Aku menatap dia bingung. Memang Mentari ini bisa ditemui dimana? Ah aku ingat, yang dia maksud adalah Lapangan upacara. Lapangan utama disekolah aku. Nabila tau kalau aku menyebut Matahari dengan sebutan Mentari. Dia teman ku. Teman yang akrab dan dekat sekali makanya dia tau.

Kami berdua bergegas ke lapangan upacara. Ini hari senin. Hari upacara untuk menaikkan bendera merah putih Negara Indonesia. Negara tempat aku lahir dan juga tumbuh dengan baik. Aku dan Nabila membicarakan apa yang kami lakukan selama libur kenaikan kelas. Aku sekarang kelas 12 SMA. Iya kelas 12 atau pun biasa disebut kelas 3.

Aku lupa memperkenalkan diri. Aku Adinda Indah Naura. Biasa di panggil Indah. Dan seperti yang aku katakan, aku sekarang kelas 12 SMA. aku suka Mentari. Aku suka melihat seseorang yang tersenyum. Aku juga suka dengan hal-hal yang cantik. Siapa yang sama kek aku? Aku yakin bukan hanya aku yang suka dengan hal-hal yang cantik. Semoga perteman aku dan kalian juga berlangsung lama yah. Supaya aku bisa menceritakan hal-hal yang kecil atapun yang besar.

.

.

.

Upacara pada pagi hari ini. Senin ini telah selesai. Aku dan Nabila berjalan ke arah kelas kami. 12 IPA 9. Kami berdua tidak kekantin. Karena kantin terlalu ramai. Aku gak suka tempat yang ramai. Membuat sesak, lelah dan membuat telinga ku sedikit sakit karena berisik. Kantin tempat yang seperti itu. Jadi gak pernah ke kantin sekolahnya? Pernah kok, aku datang pada saat belum terlalu ramai.

Aku Menunggu Kamu. Karena Tau Kamu KembaliTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang