Selamat Membaca
>>
>>
>>
>>
>>
>>
>>
>>
>>
>>
>>
>>
>>
>>
>>
>>
>>
>>
>>
>>
>>
>>
>>
>>
>>
>>
Freyan dan Marsha adalah pasangan yang bisa dibilang lebih dari sekadar sepasang kekasih—mereka adalah sahabat sejati. Keduanya selalu berbagi mimpi dan rencana, terutama tentang rencana besar mereka yang satu ini: keliling dunia setelah pensiun.
"Marsha, bayangkan deh," kata Freyan sambil menatap Marsha dengan penuh antusias, "kita bisa ke Jepang, makan ramen di Kyoto, terus jalan-jalan ke Tokyo Tower. Terus, ke Eropa, ngerasain suasana romantis di Paris."
Marsha, yang tengah menyesap kopi pagi di dapur mereka, hanya tersenyum sambil mengangguk. “Iya, Freyan. Aku juga pengen banget bisa jalan-jalan kayak gitu. Bayangkan kita bisa nulis buku perjalanan kita. Nggak cuma jalan-jalan, tapi juga bikin kenangan yang nggak terlupakan.”
Mereka berdua duduk di meja makan yang sederhana namun nyaman, dengan pemandangan taman kecil yang ditata Marsha dengan penuh cinta. Freyan selalu menyukai bagaimana Marsha bisa membuat apapun terasa istimewa dengan sentuhan kreatifnya. Mereka berdua merencanakan masa depan mereka dengan cara yang paling sederhana—membahasnya sambil santai di rumah.
“Jadi, kita udah beresin beberapa destinasi impian, kan?” tanya Freyan sambil membuka laptopnya. “Ada Paris, Kyoto, New York, Sydney... banyak deh.”
“Udah. Dan jangan lupa, kita juga pengen bungee jumping di New Zealand, kan?” jawab Marsha dengan mata berbinar.
Freyan tertawa. “Benar banget. Kita harus nyoba semua hal gila yang selama ini cuma kita baca di artikel perjalanan. Lagian, kenapa nggak? Ini kan momen kita.”
Marsha setuju. “Kita udah kerja keras selama ini. Setelah pensiun, waktunya kita menikmati hidup. Kita kan udah bikin daftar ‘Bucket List’ yang panjang banget. Mulai dari nonton Northern Lights di Islandia sampai jalan-jalan di pasar malam Bangkok. Aku udah siap banget.”
Keduanya menghabiskan waktu berjam-jam hanya untuk mendiskusikan setiap detail dari rencana mereka. Mereka membuat daftar panjang tempat-tempat yang ingin mereka kunjungi, aktivitas yang ingin mereka coba, dan bahkan menu makanan yang mereka impikan. Freyan, dengan semangatnya yang tak pernah padam, selalu menambahkan ide-ide baru.
“Aku baca artikel tentang trekking di Peru. Kayaknya seru deh, bisa ngeliat Machu Picchu dari dekat. Kita juga bisa mampir ke Cusco, belajar tentang sejarah Inca,” kata Freyan sambil menunjukkan artikel di laptopnya.
Marsha menatap artikel itu dengan penuh minat. “Wah, seru banget. Aku pengen banget lihat pemandangan yang indah kayak gitu. Dan, kita bisa bawa kamera untuk foto-foto. Bisa jadi album perjalanan kita yang luar biasa.”
Hari-hari berlalu dengan penuh perencanaan dan persiapan. Mereka mulai menabung dan merencanakan keuangan untuk mendukung perjalanan mereka. Freyan bahkan mulai belajar bahasa dari negara-negara yang akan mereka kunjungi agar bisa berkomunikasi dengan lebih lancar.
“Jadi, udah bisa ngomong sedikit bahasa Jepang, kan?” tanya Marsha sambil tersenyum.
Freyan mengangguk. “Iya, aku udah mulai belajar. Sedikit-sedikit. Nggak mau deh nanti kita tersesat karena nggak ngerti bahasa.”
Marsha tertawa. “Kalau bisa sih, aku pengen belajar bahasa Perancis juga. Lagian, Paris bakal jadi salah satu tempat favorit kita, jadi harus siap.”
Mereka juga memikirkan cara agar perjalanan mereka lebih berarti. Mereka berencana untuk membantu proyek-proyek sosial di negara-negara yang mereka kunjungi, sehingga perjalanan mereka tidak hanya tentang eksplorasi, tetapi juga memberi dampak positif.
“Bagaimana kalau kita ikut kegiatan sukarelawan di tempat-tempat yang kita kunjungi?” saran Marsha. “Misalnya, bantu-bantu di panti asuhan atau proyek lingkungan. Kita bisa lihat langsung bagaimana kehidupan di tempat-tempat yang berbeda.”
Freyan mengangguk setuju. “Itu ide yang bagus. Dengan cara ini, kita bisa berkontribusi dan juga lebih memahami budaya dan masyarakat di tempat-tempat yang kita kunjungi.”
Setiap malam, mereka duduk bersama di ruang tamu sambil membahas rencana mereka lebih lanjut, mengatur jadwal perjalanan, dan mengatasi tantangan yang mungkin mereka hadapi. Mereka tahu bahwa perjalanan ini bukan hanya tentang destinasi, tetapi juga tentang perjalanan menuju masa depan bersama yang penuh makna.
Suatu malam, Freyan duduk di samping Marsha sambil memegang tangan istrinya. “Aku nggak sabar menunggu hari itu tiba. Tapi yang lebih penting, aku bersyukur kita bisa melewati semua ini bersama. Tidak peduli seberapa sulitnya nanti, aku yakin kita akan menghadapi semuanya bersama.”
Marsha menatap Freyan dengan mata penuh cinta. “Aku juga. Kita udah melewati banyak hal bareng-bareng. Ini hanya bagian dari perjalanan kita. Yang penting, kita terus bersama dan saling mendukung.”
Dan dengan itu, mereka melanjutkan impian mereka dengan semangat dan cinta yang semakin menguat. Mereka tahu bahwa rencana mereka mungkin harus menunggu sebentar, tapi mereka juga tahu bahwa setiap langkah mereka menuju impian itu akan penuh makna.
Mimpi dan rencana mereka bukan hanya sekadar destinasi, tetapi juga perjalanan cinta yang tak terputus, yang akan terus mengikat mereka bersama meskipun ada berbagai tantangan yang akan datang.
>>
>>
>>
>>
>>
>>
>>
>>
>>
>>
>>
>>
---
Hehe cerita baru nih semoga suka ya 👍
KAMU SEDANG MEMBACA
cinta di tengah rencana (FreSha)
RomantizmB x G Seorang pasangan suami istri, yang selalu bermimpi untuk melakukan perjalanan keliling dunia setelah pensiun. Namun, ketika saatnya tiba, Sang istri didiagnosis dengan penyakit serius yang membuat mereka harus menunda rencana mereka. Alih-ali...
