Bab 6

1K 101 41
                                    

-
-
-

call me pyin not author!
jangan lupa vote + komen
and sorry for typo

-
-
-

Riki melirik ke arah jam dinding yang terpasang di ruangan para karyawan dan kemudian lirikan nya terarah pada Sunoo yang sedang berkutat dengan komputer nya untuk menyelesaikan laporan harian magang nya.

"apa masih lama?" Setelah keheningan yang cukup panjang menemani mereka akhir nya si cantik berani membuka suara nya.

Sunoo menghentikan sejenak aktivitas nya lalu menoleh ke arah Riki yang menatap nya, sepertinya puma manis itu merasa tidak nyaman karena telah menanyakan pertanyaan nya tadi.

"aku tidak bermaksud--" Perkataan nya terhenti karena Sunoo segera bersuara.

"mungkin... jika kau ingin duluan silahkan saja kak." Balasan dari Sunoo langsung membuat si cantik mengulum bibir nya.

"tidak mungkin aku meninggalkan mahasiswa magang seperti mu apalagi aku ini pembimbing mu." Pelan Riki.

Sunoo tidak menjawab, netra fox yang terkesan dingin itu melirik ke arah jam dinding secara otomatis Riki juga melirik ke arah jam dinding, saat Sunoo kembali menatap nya lucu nya Riki juga ikut menatap nya.

"semua karyawan sudah pulang." Ucap Sunoo.

"memang seperti itu Noo soal nya kantor akan sudah sepi saat jam 7 malam." Balas Riki.

Sunoo mengangguk ngangguk.

"pulang lah kak." Singkat Sunoo.

"tidak, aku akan menunggu mu, ingin kopi? aku akan membuatkan nya jika kau mau." Riki melemparkan kehangatan nya pada Sunoo.

Sunoo mengangguk sebagai jawaban, Riki pun beranjak lalu pergi, ia akan membuat kopi untuk nya bahkan Sunoo, Sunoo kembali fokus pada aktivitas nya, wajah yang semula nya datar kini mulai berubah.

Seringai yang terlihat memiliki arti itu tercetak jelas di bibir nya.

"aku sudah menyuruh nya pergi tapi dia tidak mau, ya dia memang pembimbing yang baik." Batin Sunoo.

Sunoo melirik ke semua arah, cctv terpasang di semua tempat kecuali ruangan ini, Sunoo kembali melanjutkan aktivitas nya dengan seringai yang tak kunjung pudar dari bibir tipisnya.

"Nishimura Riki~" Seringai Sunoo.
______________________________________

Jam sudah menunjukkan pukul 8 tepat.

Riki membuka jas nya dan hanya menyisakan kemeja tipis yang tampak menyusut manis ke lekuk indah tubuh nya, Sunoo sesekali mencuri pandang sungguh keindahan yang tak bisa di lewatkan begitu saja, benar bukan?

"kak aku tidak terlalu mengerti yang ini, bisakah kau menolong ku?" Tanya Sunoo, Riki yang selesai meregangkan tubuh nya mulai menarik kursinya agar semakin dekat dengan Sunoo.

"kau tidak mengerti di bagian mananya Noo?" Tanya Riki dengan menatap Sunoo, Sunoo juga ikut menatap nya dan terjadi lah eye contact di antara keduanya.

"mendekat lah." Sunoo menarik lengan Riki hingga Riki semakin dekat dengan nya, Riki menelan saliva nya kala Sunoo melingkarkan tangannya di pinggang ramping nya.

"kau harum sekali kak." Intens nya dengan mengendus leher Riki, Riki menahan dada Sunoo dengan semburat kemerahan yang mulai menguasai wajah nya.

"Sunoo.. apa yang kau lakukan?" Tanya Riki dengan pelan.

"kau mempiercing puting mu?" Tanya Sunoo saat merasa ada yang keras juga menonjol di area dada Riki.

Benar, Riki mempiercing kedua puting nya sebelum dia kembali ke Seoul, Ibu nya belum tau soal ini, tidak bisa di bayangkan jika Shena tau tentang ini pasti semua makian dan juga kata kata rendahan langsung di tujukan pada nya.

Sunoo mengelus puting Riki yang masih tercover oleh kemeja tipis yang ia kenakan, Riki mengalihkan wajahnya ke arah lain.

Sunoo menyeringai lalu menjilati puting nya, Riki tersentak rasa ngilu bahkan nikmat itu membuat tubuh nya bergetar, sensasi tidak biasa yang keluar karena piercing di kedua puting nya membuat Riki dengan mudah nya terpancing.

"Sunoo." Lirih Riki.

"aku tidak akan melakukan apapun tapi biarkan aku bermain dengan puting mu kak." Senyum Sunoo.

Netra Riki bergetar... wajahnya terlebih sendu saat Sunoo mulai membuka kancing kemejanya,
Sunoo menghentikan sejenak aktivitas nya lalu melirik selangkangan Riki.

"selain mudah bangun, kau juga mudah basah." Bisik Sunoo sedangkan Riki bernafas dengan berat.



Riki berjalan di gelap nya malam dengan deruan nafas berat yang terasa, leher nya di penuhi dengan kiss mark dari lelaki muda yang menjadi mahasiswa magang di kantor Ibu nya, menendang kecil batu yang berada di hadapan nya.

Heeseung berbalik dan terkejut saat Riki sudah berada di hadapan nya dengan wajah kusut namun tetap cantik, kemeja nya berantakan bahkan 3 kancing atas terlepas lalu lehernya... penuh akan tanda kepemilikan yang entah milik siapa.

Heeseung menaikkan sebelah alisnya saat si cantik hanya menatap nya dalam mode hening yang menemani dingin nya malam ini, tak tau harus berbuat apa akhirnya Heeseung mengetuk kaca yang menjadi penengah di antara keduanya.

Riki sedikit tersentak, Heeseung yang melihat itu pun mulai mengeluarkan senyuman memabukkan nya.

"apa kau habis bersenang-senang?" Heeseung melontarkan pertanyaan itu dengan seolah membersihkan meja yang berada di depan nya.

Riki menderyit dengan bingung tapi tak sampai satu menit ia mulai sadar, Riki berusaha menutupi leher nya dengan tergesa hal itu membuat Heeseung merasa gemas pada nya.

"bersenang-senang itu memang di perlukan jadi kau tenang saja aku memahami mu." Kekeh Heeseung.

Riki menggigit bibir bawah nya yang terluka.

"roti fla susu? aku menyisakan nya untuk mu." Senyum Heeseung.

"jadi kau benar-benar menyisakan nya untuk ku?" Tanya Riki dengan pelan.

"tentu saja cantik, tunggu sebentar aku akan memanaskan nya terlebih dahulu." Timpal Heeseung.

"Heeseung.." Panggil Riki.

"ada apa?" Tanya Heeseung.

"t-tidak jadi." Pelan Riki.

Heeseung hanya tersenyum lalu melanjutkan aktivitas nya, Riki menghela nafas nya lalu mengambil ponsel nya, ia membuka kamera ponsel nya lalu menatap lehernya dari sana.

"astaga.. aku tidak percaya bahwa lelaki muda itu bisa sangat brutal." Batin Riki dengan mengelus leher nya sendiri.

Dia tidak bisa pulang dalam kondisi seperti ini, bisa bisa Shena memaki nya terus menerus, itu terasa sangat memuakkan asal kalian tau, Riki mematikan ponsel nya lalu memasukkan kembali ke dalam saku nya.

Riki melirik Heeseung.

"bolehkah aku menginap di rumah mu?" Pertanyaan yang terlontar itu membuat Heeseung seketika mematung.

Heeseung mengalihkan wajahnya hingga bersitatap dengan Riki, tak ada reaksi apapun di wajah pemuda cantik itu, kefokusan nya tertuju pada netra bambi milik si tampan yang seperti nya sangat kaget detik ini.



..............................
to be continued

Homophobic : HeekiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang