-
-
-Heeseung dan Riki duduk dalam hening di halte bus, hujan semakin deras dan bahkan gemuruh telah beberapa kali terdengar, deras nya hujan tak juga memecahkan keheningan di antara mereka.
Heeseung melirik Riki yang sedang memainkan kaki nya dari situ ia sudah paham bahwa pemuda cantik itu merasa resah dan canggung, Heeseung menelan saliva nya.
Tampilan menarik yang menyegarkan mata.
Rambut basah yang menutupi setengah wajahnya, ah jangan lupakan kemeja tipis yang menyusut ke tubuh nya dengan keadaan yang juga basah, tubuh indahnya terpampang begitu nyata di netra Heeseung.
"kau kedinginan?" Heeseung lah yang berani memecahkan keheningan terlebih dahulu, Riki menatap pemuda tampan itu dengan netra yang terlihat berbinar.
Cantik, cantik dan cantik hanya itulah yang tertera di otak Heeseung setelah melihat keindahan tiada hentinya dari Riki, eye contact yang tercipta membuat keduanya kembali menghening terutama Heeseung yang membuka suaranya tadi.
1 menit berlalu akhirnya Heeseung yang lebih dulu memutus eye contact nya, ia menggaruk tengkuk yang tidak gatal sedangkan Riki mengerjap dengan pelan.
"ya, mungkin aku sedikit kedinginan." Balasan dari Riki membuat nya kembali bersitatap dengan pemuda cantik yang membuat nya lemah dalam eye contact mereka tadi.
Jas Riki juga basah jadi dia tak bisa menjadikan nya sebagai selimut untuk sekedar menghangatkan tubuh nya.
"kau ingin aku memeluk mu? sepertinya itu akan membantu sedikit menghangatkan tubuh mu." Ya anggap lah Lee Heeseung ini benar-benar orang gila yang mengajak pemuda asing yang ia kenal secara singkat kemarin untuk berpelukan.
Riki menelan saliva nya dengan payah dan kemudian menatap Heeseung dengan debaran aneh yang begitu saja menguasai nya.
"bagaimana?" Pelan Riki.
Heeseung mendekati Riki dan tanpa basa-basi memeluk tubuh indah pemuda cantik itu, Riki bernafas dengan berat saat tubuh nya di bekap oleh Heeseung.
"bagaimana? hangat? apa aku membuat mu nyaman?" Bisik Heeseung tepat di telinganya, rona merah kembali menguasai wajah nya.
Riki memejamkan netranya disaat pelukan Heeseung terasa semakin erat di tubuh nya.
______________________________________
Sesampainya di rumah...
"dari mana saja kau?" Pertanyaan itu langsung terlontar dari Ibu nya.
"kau tidak lihat hari sedang hujan dan kau masih bertanya aku dari mana?" Tanya Riki dengan melepas sepatunya, ia hendak melalui Ibu nya tapi Ibu nya berhasil menghadang tubuh nya.
"jawab saja pertanyaan ku."
"aku berteduh sebentar." Balas Riki yang tak ingin berdebat dengan Ibu nya, oh ayolah dia baru saja datang dengan keadaan basah total tapi Ibu nya sudah menyapa nya dengan tingkah menyebalkan itu.
"kau berteduh tapi tetap basah?"
"hentikan, aku lelah." Timpal Riki dengan dingin.
"kau yakin bahwa kau tak mengangkang di bawah para pria di tengah-tengah hujan seperti ini kan?"
Riki memejamkan netranya lalu mengepalkan kedua tangan nya dengan kuat sedangkan Ibu nya menatap nya dengan jijik, ia mendekati Riki lalu mengendus harum nya.
Riki membuka netranya lalu menatap Ibu nya begitu dingin.
"apa lagi yang ingin kau tanyakan? cepatlah, aku kedinginan dan aku benar-benar lelah." Ucap Riki dengan tenang.
"kau bau parfum laki laki dan aku tahu bahwa ini bukan parfum mu dasar jalang murahan, apa yang kau lakukan? menggoda para lelaki? bisakah kau sembuh dari penyakit mu?"
"aku tidak melakukan apapun terserah jika kau tak percaya, aku terlalu letih untuk menjelaskan panjang kali lebar kepada mu karena pada akhirnya kau tetap menganggap ku berbohong dan memandang ku sebagai rendahan." Dingin Riki.
Shena menatap Riki dengan tajam.
"jangan bertingkah dan bermain main dengan ku Nishimura Riki." Ucap Shena penuh penekanan.
Riki mengabaikan itu dan kemudian mendahului nya, ia menaiki satu persatu anak tangga dan pergi menuju kamar nya sedangkan Shena mengepalkan kedua tangannya dengan geram.
Setelah berada di dalam kamar, Riki membuka satu persatu kancing kemejanya tapi ia tiba-tiba teringat dengan Heeseung, debaran aneh itu kembali terasa.
Riki memegang jantung nya.
"tidak mungkin kan jika aku jatuh cinta padanya dalam waktu yang sesingkat ini." Gumam Riki.
•
•
•Keesokan hari nya.....
"hai."
Riki menatap beberapa wanita cantik yang kini menyapa nya, awalnya dia sedang membuat kopi di mesin kopi yang tersedia di kantor nya tapi tiba-tiba serombongan wanita menghampiri nya.
"hai?" Balas Riki.
"nama ku Yeji." Ucap wanita berambut blonde nya.
"nama ku Rei." Ucap wanita berambut hitam nya.
Semua wanita itu memperkenalkan diri nya pada Riki dan Riki hanya mengangguk ngangguk saat mereka memperkenalkan nama mereka sampai pada wanita yang terakhir.
"nama ku Nishimura Riki, senang berkenalan dengan kalian." Balas Riki.
"kami juga senang berkenalan dengan mu."
Riki pun melanjutkan aktivitas membuat kopi nya hingga selesai dan kemudian ia hendak pergi sebelum salah satu wanita itu kembali mengajak nya berbicara.
"bisakah aku meminta nomor mu?" Tanya Rei dengan malu malu.
Dapat ia dengar berbagai ejekan yang melayang dari teman-teman nya saat Rei meminta nomor ponselnya, Riki menatap Rei bukannya pelit tapi akan lebih baik jika ia tak memberi nomornya.
Dia tak suka wanita apalagi Rei terlihat tertarik padanya bukannya kepedean tapi sikap Rei terlalu jelas di netra Riki.
"sebelumnya aku minta maaf, aku tak bisa memberikan nya, permisi." Balas Riki dan kemudian pergi begitu saja.
Semua ejekan itu mendadak terhenti.
"dia menolak ku?" Tanya Rei yang tak percaya.
"sepertinya kau bukan tipe nya."
"apa apaan? sok ganteng sekali dia." Cibir Rei dengan kesal.
"jangan marah saat kau tak mendapatkan apa yang kau inginkan." Tawa Yeji.
"sialan." Maki Rei.
"jangan seperti itu jika Bos Shena mendengar nya maka kau akan terkena sangsi karena sudah berkata kasar."
"aku tidak perduli!" Kesal Rei dan kemudian pergi meninggalkan
teman-teman nya.Mereka menertawakan Rei.
"dia pikir semua pria menyukai nya." Tawa Yeji.
"hentikan Yeji, kau membuat perut ku sakit."
..............................
to be continuedcall me pyin not author!
jangan lupa vote dan komen