5. The First Mission

8.2K 35 0
                                    

Pagi itu, setelah beberapa hari bekerja di kantor, hasil dari janji Richard. Dia kini ditempatkan sebagai Manajer Hubungan Investor, sebuah posisi yang membuatnya lebih dekat dengan berbagai informasi dan keputusan penting perusahaa

Di ruang kerjanya yang baru, Sheila tengah memeriksa beberapa file dan data yang baru saja diletakkan di mejanya. Salah satu berkas yang menarik perhatiannya adalah informasi lengkap mengenai calon investor yang akan datang hari ini. Data tersebut cukup mendalam, bahkan termasuk rincian pribadi yang tidak biasa dimasukkan dalam dokumen semacam itu-informasi mengenai preferensi seksual.

Nama calon investor itu adalah Pak Hadi, seorang pria berusia 55 tahun, pemilik perusahaan besar dengan reputasi yang mapan. Menurut data yang Sheila baca, Hadi memiliki kecenderungan untuk menyukai hubungan dewasa yang "nakal" dan sering menggunakan kata-kata kotor dalam percakapan intim.

Sementara Sheila masih mencerna informasi tersebut, pintu ruangannya diketuk. Hana, seorang karyawan administrasi yang bekerja di bawahnya, masuk dengan sikap profesional.

"Bu Sheila, rapat akan dimulai sebentar lagi," kata Hana dengan nada hormat, menghentikan sejenak aktivitas Sheila.

Sheila menutup file tersebut dan mengangguk. "Baik, Hana. Terima kasih."

Setelah menyiapkan diri, Sheila berjalan keluar dari ruangannya, menuju ke ruang rapat dengan langkah yang tenang namun penuh percaya diri. Sesampainya di sana, suasana formal sudah mulai terasa, dengan beberapa karyawan lain yang juga sudah berkumpul.

Tak lama kemudian, Richard masuk ke ruangan bersama dengan Pak Hadi. Richard, dengan karisma yang biasa ditampilkannya, memperkenalkan pria di sebelahnya.

"Selamat pagi semuanya," sapanya dengan senyuman tipis. "Ini Pak Hadi, calon investor kita."

Sheila melangkah maju, mengulurkan tangan untuk menjabat tangan Pak Hadi. Ketika tangan mereka bersentuhan, Sheila langsung merasakan cengkeraman yang lebih dari sekadar jabat tangan biasa. Pak Hadi menahan tangan Sheila sedikit lebih lama, matanya menatap Sheila dengan pandangan yang tidak bisa disalahartikan-pandangan penuh nafsu dan maksud tersembunyi.

Wajahnya yang dihiasi senyum mesum membuat niatnya semakin jelas. Namun, Sheila bukanlah wanita yang mudah terintimidasi. Alih-alih menarik tangannya dengan cepat, Sheila justru memanfaatkan momen itu. Dia membiarkan tangannya tetap berada dalam genggaman Pak Hadi, sambil menatap pria itu dengan senyuman manis, tetapi dengan kilatan menggoda di matanya.

"Senang bertemu dengan Anda, Pak Hadi," kata Sheila dengan nada yang lebih lembut dan sedikit sensual, seolah memberikan sinyal bahwa dia juga bisa bermain dalam permainan ini.

Pak Hadi mengangkat alis, terkesima oleh respons Sheila yang tidak terduga. Tangannya masih menahan tangan Sheila, ibu jarinya secara perlahan mengelus punggung tangan wanita itu, mencoba merasakan respons lebih lanjut.

"Cantik sekali," ucap Pak Hadi dengan suara rendah yang hanya bisa didengar oleh Sheila, matanya masih terfokus pada wajah Sheila dengan penuh maksud.

Sheila mendekat sedikit, mempertahankan kontak mata dan senyum menggoda itu. "Terima kasih, Pak. Saya harap kita bisa bekerja sama dengan baik," balasnya dengan suara yang juga rendah, memberikan isyarat bahwa dia memahami dan bersedia bermain sesuai aturan permainan Pak Hadi.

Richard, yang berdiri tidak jauh dari mereka, mengamati interaksi itu dengan senyuman samar, menyadari dinamika yang sedang berlangsung. Setelah beberapa saat, Pak Hadi akhirnya melepaskan tangan Sheila, tetapi tidak tanpa memberikan sentuhan akhir yang lebih lama dari yang diperlukan, menandakan ketertarikannya yang jelas.

Sheila melangkah mundur dengan anggun, namun tetap menjaga pandangan menggoda itu, sebelum kemudian mempersilakan Pak Hadi untuk duduk. Dengan segala persiapan, rapat dimulai, namun Sheila dan Pak Hadi tahu bahwa ada permainan lain yang sedang berlangsung di antara mereka-sebuah permainan kekuatan, godaan, dan kesempatan yang akan terus berlanjut hingga mereka menemukan kesepakatan yang mereka inginkan.Sheila duduk di salah satu ujung meja rapat, berhadapan langsung dengan Pak Hadi yang berada di seberangnya. Matanya dengan cepat menyapu ruangan, memastikan bahwa semua perhatian tertuju padanya. Ini adalah momen di mana dia bisa menunjukkan kemampuannya sebagai Manajer Hubungan Investor, sekaligus memanfaatkan informasi yang telah ia dapatkan tentang Pak Hadi.

Executive Bitch 21+Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang