Mr. John membawa Sheila keluar dari bar, menuntunnya menuju mobil mewah yang telah menunggu di luar. Udara malam terasa dingin, tetapi Sheila tidak merasakannya. Pikirannya dipenuhi dengan berbagai perasaan yang bercampur aduk. Di satu sisi, dia tahu ini adalah bagian dari permainan yang dia dan Richard jalankan, namun di sisi lain, dia merasa semakin tenggelam dalam situasi yang sulit ia kendalikan.
Setibanya di hotel tempat Mr. John menginap, dia merangkul Sheila dengan erat, tangannya melingkari punggung Sheila yang sebagian besar terbuka, tidak tertutup kain. Sentuhan dingin kulitnya membuat Sheila semakin sadar akan realitas yang dihadapinya. Mereka berjalan melewati lobi mewah hotel menuju lift, di mana suasana mulai terasa semakin intens.
Saat pintu lift tertutup dan hanya ada mereka berdua, Mr. John menatap Sheila dengan tatapan yang penuh keinginan. "Kau benar-benar mempesona malam ini, Sheila," bisiknya, suaranya rendah dan penuh kepastian.
Sheila hanya tersenyum tipis, menyembunyikan perasaannya yang bercampur aduk di balik topeng yang biasa ia kenakan dalam situasi semacam ini. Di dalam dirinya, ia tahu bahwa apapun yang terjadi malam ini akan berdampak pada kesepakatan besar yang dijalin Richard-dan pada dirinya sendiri.Saat mereka memasuki kamar hotel yang mewah, Sheila perlahan melingkarkan tangannya di sekitar leher Mr. John, mendekat dengan gerakan penuh godaan. Dengan suara lembut, namun penuh maksud, dia berbisik, "Daddy..."
Mr. John menatapnya dengan sorot mata yang penuh kepuasan, senyum licik tersungging di bibirnya. "Iya, baby," jawabnya, merespons permainan yang telah dimulai.
Dengan penuh kepastian, Mr. John memulai permainan yang sebenarnya-di mana keinginan pribadi dan kepentingan bisnis mulai saling bertautan, sementara Sheila tetap memegang perannya dengan cermat, sepenuhnya sadar bahwa ini adalah ujian bagi keduanya.Sheila menatap Mr. John dengan tatapan penuh kepolosan, meskipun dia tahu benar permainan macam apa yang sedang berlangsung. "Kenapa kita di sini, Daddy?" tanyanya dengan nada manja, mencoba mengikuti peran yang sedang dimainkan.
Mr. John tersenyum sinis, membalas tatapannya dengan sorot mata yang penuh kendali. "Karena kamu nakal baby" katanya, menekankan setiap kata dengan lembut namun tegas. "Menari di depan orang-orang seperti itu. Daddy harus menghukummu," tambahnya, tetap memainkan peran yang telah mereka mulai sejak di bar.
Saat Mr. John membuka pintu, seorang asisten masuk dan meletakkan beberapa paperbag belanjaan di atas meja di kamar hotel. Paperbag tersebut berisi berbagai barang yang tampak direncanakan dengan seksama untuk malam ini.
Mr. John mengambil salah satu paperbag dan membukanya. Di dalamnya terdapat pakaian untuk berbagai peran yang akan dimainkan malam ini, serta beberapa alat pendukung yang tampaknya dirancang untuk melengkapi skenario yang telah dipersiapkan.
Dia menatap Sheila dengan senyuman licik, menyadari bahwa semua ini adalah bagian dari permainan yang telah dirancang dengan cermat. "Ini adalah bagian dari kesepakatan kita malam ini, baby," katanya, menunjukkan isi paperbag. "Kita akan melakukan sedikit permainan peran untuk memastikan semua detail tersampaikan dengan sempurna."
Sheila melihat isi paperbag dengan tatapan tenang, meskipun di dalam hatinya, dia mulai memahami betapa mendalamnya permainan ini. Dia menyiapkan diri untuk melanjutkan peran yang telah ditetapkan, menyadari bahwa setiap langkah akan mempengaruhi hasil akhir dari kesepakatan yang lebih besar ini.
Saat Mr. John mengeluarkan isi paperbag, Sheila melihat beberapa item yang menarik perhatian-sebuah seragam sekolah lengkap dengan stocking panjang, sepatu, dan pita. Selain itu, terdapat beberapa alat pendukung lainnya seperti borgol.
Mr. John menyusun pakaian dan alat tersebut di atas meja dengan hati-hati, menata setiap item seolah-olah mereka adalah bagian dari puzzle yang rumit. Dia kemudian menatap Sheila dengan tatapan yang penuh arti.
KAMU SEDANG MEMBACA
Executive Bitch 21+
Teen FictionWarning cerita dewasa 21+ Sheila adalah jalang milik perusahaan, menggunakan pesona dan kecerdasannya untuk memikat investor. Perusahaan mengandalkannya, bukan hanya untuk strategi, tapi juga untuk menggoda pria berpengaruh yang datang untuk berbis...