Langit sudah sangat gelap. Jalanan juga mulai sepi dan basah karena hujan baru saja turun beberapa menit yang lalu. Meski begitu, Doyoung masih tetap mencari keberadaan Istrinya. Khawatir? Tentu saja Ia sangat khawatir. Doyoung takut sesuatu yang buruk terjadi pada Reese. Ia tahu betul dengan masalah ini Reese akan trigger kembali mungkin lebih parah.
Doyoung mencoba menghubungi Reese melalui telfon sambil menyetir namun tidak ada hasil. Nomor Reese bahkan tidak aktif, Reese sengaja mematikan ponselnya.
drrtt... drrtt...
Ponsel Doyoung bergetar karena ada panggilan masuk dari Jaehyuk. Doyoung segera memencet ikon telefon berwarna hijau pada layar ponselnya.
"Halo?" -Doyoung.
"Lo dimana, Doy?"
"Di jalan lagi nyetir cari Reese. Kenapa?"
"Ngapain lo cari Reese malam-malam gini?"
Doyoung berdecak. "Lo dimana? Bantuin gw cari Reese, gw jemput lo sekarang."
"Gw di Blue Horizon Hotel."
"Oke. Tunggu di sana."
Dalam waktu lima menit Doyoung sudah sampai di depan lobby hotel tersebut.
"Reese kenapa?" Tanya Jaehyuk setibanya di dalam mobil.
"Gw habis ribut sama dia dan tadi dia langsung pergi dari rumah. Gw udah coba hubungi nomornya tapi gak aktif." Ucap Doyoung.
"Emang apa masalahnya sampai dia kabur?" -Jaehyuk.
Doyoung memelankan kecepatan mobilnya. Ia menarik nafas dalam-dalam sebelum menjelaskan inti masalahnya.
"Gw selingkuh."
Singkat dan padat. Dua kata itu berhasil membuat mulut Jaehyuk sedikit menganga. Wajar jika Jaehyuk dibuat shock oleh pengakuan sahabatnya itu, selama ini Doyoung adalah laki-laki baik dan setia di mata Jaehyuk.
"Lo gila? Kenapa bisa lo selingkuh?" -Jaehyuk.
"Ceritanya panjang. Gw gak bisa jelasin semuanya dari awal sekarang, intinya di sini emang gw yang salah."
Jaehyuk menghela nafas. "Oke. Just calm down... coba sekarang tanya Sekretaris nya. Mungkin aja Reese ngasih tau Yeonjun dimana dia sekarang."
~
"Lo belum tidur?"
Pertanyaan Riki membuat Reese menoleh ke belakang. Saat ini Ia tengah duduk melamun di balkon sembari ditemani oleh suara hujan yang sejak tadi belum teduh.
Kemudian Riki ikut duduk di sebelah Reese.Mereka cukup lama saling terdiam melihat tetes tiap tetes air hujan yang mulai membasahi lantai balkon tersebut.
"Gw gak tau kenapa gw harus lahir." Ujar Reese yang masih menatap lurus ke depan.
Riki tidak bereaksi apapun. Laki-laki berdarah Jepang itu mengerti kapan harus menjawab dan kapan harus diam. Untuk sekarang Ia lebih memilih mendengar. Karena Riki tahu, jika saat ini Reese hanya butuh teman cerita dan butuh didengarkan.
"Dulu gw ingin sekali hidup seperti di negeri dongeng. Tapi, gw sadar kalau ini dunia nyata. Gak akan ada akhir yang bahagia. Gw sempat merasa bahagia, tapi kenapa cuma sebentar ya, Rik?"
Riki menoleh ke arah Reese. Tidak ada air mata, hanya ada pandangan kosong dari mata perempuan tersebut.