Chapter 9. An Unexpected Incident

181 18 4
                                    

Sore hari, satu persatu member Baemon mulai berkumpul di Basecamp. namun yang berbeda kali ini adalah, pharita yang ikut bergabung. padahal biasanya ia jarang datang jika member berkumpul diwaktu sore atau malam hari dikarenakan chiquita selalu mengatakan jika kakaknya itu selalu sibuk menyiapkan ujian CSAT nya, dan member memakluminya.

"Wahhh akhirnya anggota kita lengkap!" ujar rora mendadak excited. pharita yang peka akan maksud rora itu pun terkekeh. 

"Rita unnie lalu bagaimana dengan persiapan CSAT mu? tidak apa apa kah jika kau tidak belajar malam ini?" tanya rami yang membuat atensi member berfokus pada pharita. sedangkan yang ditanya itu tampak kebingungan.

"C-CSAT?" pharita mengerutkan dahinya bingung. ia melirik ke arah chiquita yang mengedip kedipkan matanya seakan memberikan kode padanya.

"ahh.. yah, tidak apa apa.. santai saja.. aku.. bisa belajar besok hehe" ujar pharita yang peka akan kode chiquita. memberpun mengangguk angguk.

"kau terlalu ambisius rita yaa, kau harus menikmati masa mudamu" ujar ruka membuat rora tertawa mendengarnya.

"lihatlah siapa yang seharusnya memberi nasehat" sindir rora menggoda ruka. dan ruka langsung berusaha mengalihkan atensinya.

"Asa ya, apa jumlah ayam yang kita bawa cukup???" ruka yang berusaha menghindari perjulidan rora. rora dan anggota lainnya pun langsung tertawa melihat tingkah ruka yang mudah dibully oleh mereka, padahal secara usia, ruka lah yang tertua diantara mereka.

"unnie aku bahkan membuat lebih!" ujar asa. tak lama kemudian, mesin microwave yang digunakan untuk memanasi makanan mereka pun berbunyi. dengan sigap Asa berlari ke arah microwave diikuti member lainnya yang ikut mempersiapkan makan malam hari ini.

Usai makan malam sembari bercanda tawa sejenak di basecamp, akhirnya mereka memutuskan untuk pulang lebih awal karena besok mereka harus bersiap sekolah. selain itu, banyak tugas maupun project dari sekolah yang harus mereka selesaikan untuk besok.

* * *

ketika berhasil menutup pintu rumah secara perlahan, chiquita dan pharita sedikit terkejut ketika mendapati sang ayah yang tengah duduk di ruang baca, dimana saat ini ia sedang menatap ke arah mereka. 

"darimana?" tanya sang ayah membuat pharita seketika mematung. chiquita sejujurnya juga ikut gugup karena ia mengajak pharita pergi keluar tanpa izin dari sang ayah sebelumnya. namun melihat ekspresi pharita yang terlihat gelisah ia langsung meraih tangan pharita yang terasa dingin kemudian menggenggamnya. 

"appa.." belum sempat pharita melanjutkan bicaranya, chiquita melangkahkan kakinya ke arah appanya tanpa melepaskan genggaman tangan itu.

"kami hanya bermain sebentar, appa.. maafkan aku, ini salahku, aku yang mengajak unnie pergi.. tolong jangan marahi unnie.." ujar chiquita pada sang ayah, yang seketika menciptakan keheningan sejenak. namun kemudian sang ayah tersenyum.

"appa tidak akan marah.. bukankah putri appa sudah bukan anak kecil lagi? appa harus memberikan kepercayaan.. appa hanya memastikan kalian pulang dengan baik baik saja" ujar sang ayah membuat kedua putrinya malah menjadi bingung, karena ini hal langka bagi mereka. hanya itu yang disampaikan sang ayah, kemudian ia pergi berjalan ke tangga dan menuju  kamarnya.. meninggalkan mereka yang masih berdiri mematung keheranan.

"woah daebak,, unnie.." bisik chiquita yang masih merasa heran.

"apa karena aku pernah meminta pada appa?" batin pharita mengingat dimana ia pernah memohon pada appanya soal kepercayaan yang diberikan padanya.

"kau memikirkan apa, unnie?" tanya chiquita yang menyadarkan lamunan pharita.

"hum? tidak.. ayo kita ke kamar, aku mengantuk" kata pharita berjalan mendahului chiquita. 

We Are Neighbors, Friends and FamilyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang