Chapter 7. A Treasure: Complementing and Balancing

214 29 9
                                    

Makan malam sendirian sudah menjadi hal biasa bagi asa, begitu juga ruka. Ditinggal oleh orang tua yang sangat sibuk hingga terjadinya perceraian orang tuanya membuat mereka terlatih menjadi pribadi yang mandiri. 

Meski begitu, bohong bagi asa jika ia tak merasa kesepian, namun ia mencoba untuk mengalihkan rasa kesepian itu dengan cara menyibukkan dirinya. Seperti memasak, baking, menyiram tanaman atau mengerjakan project-project sekolahnya.

Seperti saat ini asa sedang sibuk membuat kimbap sebagai menu makan malamnya, tak lupa ia juga menyisihkan sebagian masakannya untuk ruka yang masih pergi keluar. Setelah itu ia makan malam di meja makan sendirian sambil menonton variety show kesukaannya. Namun ditengah-tengah ketika ia makan, tiba-tiba rora meneleponnya.

"Asa unnie!! Kau dirumah?! Aku di depan rumahmu, cepat buka pintunya! Aish.. disini sangat dingin!!" gerutu rora lewat teleponnya. Asa terkekeh mendengar omelan rora.

"Baiklah, aku akan ke depan.. tunggu sebentar nde!" Asa bergegas keluar.

*klekk* suara pintu rumah yang dibuka oleh Asa.

"Unnie!! Ibuku memasak jjapaguri untukmu!" Ujar rora mengulurkan kotak makanannya pada asa. Rora tahu jika asa sedang sendirian dirumah, jadi ia berniat untuk menemaninya.

"Eoh? Tiba tiba? Gumawoo~~" ujar asa sambil menerima pemberian rora. Rora mengangguk angguk.

"Ruka unnie dimana? Unnie sendirian dirumah?" Tanya rora tiba tiba berjalan menyelonong masuk ke dalam rumah seakan sudah seperti rumahnya sendiri.

"Sepertinya dia sedang pergi ke rumah rita unnie" jawab asa.

"Rita unnie? Bukankah rita unnie bilang tidak ingin dijenguk?" Tanya rora.

"benar, Tapi bagaimanapun juga ruka unnie teman seumurannya" ujar asa. Rora mengangguk angguk mengerti.

"Kalau begitu, jika kau sendirian dirumah, kau bisa mengubungiku saja unnie!" Ujar rora menawarkan dirinya dengan senang hati. Asa terkekeh.

"Gwenchana.. aku sudah biasa.. tapi.. terimakasih rora ssi, kau sangat perhatian" ujar asa yang membuat seseorang yang bernama rora itu tersipu.

rora adalah anak bungsu di keluarganya, makanya ia seringkali menjadi budak korporat di rumahnya, terutama ibunya bahkan kedua kakaknya. Meski ia selalu menggerutu atau mengomel sepanjang jalan, namun pada akhirnya ia tetap melaksanakan perintah dari mereka, meski tak jarang ia berakhir singgah di suatu tempat. ia bisa tiba tiba ke supermarket membeli snack, ia juga terkadang ke basecamp hingga ke rumah asa. 

Seperti saat ini, bukannya pulang ke rumah, rora malah asik menikmati kimbap buatan asa. Asa terkekeh melihat rora yang terlihat sangat menikmati kimbap buatannya. Sedangkan asa memilih untuk menyantap jjapaguri yang merupakan pemberian ibu rora.

"Hummm.. masakan ibumu selalu enak" ujar asa terlihat menikmati makanan.

"Benarkah? Tapi masakan buatanmu lebih enak unnie!" Ujar rora kemudian pundaknya ditepuk asa.

"Yak, kau bisa dimarahi ibumu jika berkata begitu" ujar asa. Namun rora malah tertawa. 

Kemudian mereka kembali sibuk menikmati makanan masing-masing.

"Unnie, apa unnie pernah merasakan stress?" Ujar rora tiba tiba menyeletuk dikala keheningan menerpa. Asa seketika menghentikan suapan makanannya dan mencoba mencerna pertanyaan rora.

"Tentu saja. Hehe.. manusia mana yang tidak pernah mengalami stress." ujar asa menjelaskan dengan ringan.

"Tapi kau selalu tampak tenang, unnie." Ujar rora.

We Are Neighbors, Friends and FamilyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang