Chapter 11. Hidden Gate : A Secret Passage

150 20 2
                                    

Setelah berhasil kabur melalui dinding gerbang belakang sekolah, rora dan chiquita segera bergegas menaiki taxi dan melaju menuju rumah sakit. sepanjang diperjalanan, rora hanya mengamati chiquita yang terdiam memandang ke arah jendela sambil sibuk menggerak-gerakan kakinya, yang jelas ekspresi dan bahasa tubuh chiquita tak bisa dibohongi jika dirinya terlihat sangat cemas. 

dalam hati rora sejujurnya ia ingin bertanya-tanya, apakah lemparan bola se parah itu hingga chiquita begitu khawatir? atau memang naluri seorang saudara kandung yang dekat?  karena dalam bayangan rora, mungkin jika ahyeon atau rami yang diposisi itu, rora mungkin malah akan menertawakan mereka. 

namun melihat chiquita raut wajah chiquita yang tampak gusar, rora merasa tak tega untuk bertanya, jadi ia memilih untuk mengurungkan pertanyaan dibenaknya itu. ia memilih merangkul pundak chiquita sebagai upaya untuk menenangkan sahabat yang duduk disebelahnya ini. Chiquita yang menotice kemudian ia menoleh pada rora dan tersenyum kecil seakan tersirat kata terimakasih pada rora. meski sepanjang perjalanan mereka tak bicara sepatah katapun, namun mereka dapat mengerti satu sama lain.


* * *

Sementara itu di Rumah sakit yang bernama Seoul Medical Center, setelah ambulance tiba beberapa menit usai insiden terjadi, brankar yang ditumpangi pharita langsung dilarikan menuju UGD untuk menjalani pemeriksaan. dokter yang mendapat informasi terkait insiden yang terjadi langsung bergegas menghampiri brankar pharita kemudian tim medis langsung menutup tirai untuk menjalani pemeriksaan sedangkan yang lain yakni guru olahraga yang mendampingi pharita hingga ke rumah sakit menunggu di ruang tunggu.

namun tak berselang waktu lama, para medis membuka tirai dengan terburu-buru dan mendorong bangsal pharita untuk dilarikan menuju ruang ICCU dikarenakan salah satu para medis berkata bahwa kondisi vital/tubuh pharita menurun drastis sehingga harus masuk ruang ICCU untuk mendapatkan perawatan yang lebih intensif.

bertepatan itu pula, Tuan dan Nyonya Chaikong tiba di rumah sakit setelah mendapat kabar dari pihak sekolah. dengan langkah cepat mereka langsung mendatangi guru park yang sedang duduk di kursi ruang tunggu. raut kekhawatiran dan ketakutan itu jelas terlihat pada kedua orang tua pharita. bahkan setelah mendengar  penjelasan guru park mengenai insiden yang terjadi pada putrinya, tuan chaikong sempat menggertak hingga mengancam guru park saking terbawa emosinya, namun nyonya chaikong langsung melerai dan berusaha menenangkan suasana.

disaat mereka menunggu kabar dari dokter yang masih berada di ruang ICCU, tiba-tiba terdengar suara langkah sepatu yang terdengar terburu-buru. suara tersebut adalah rora dan chiquita yang baru saja tiba. 

"Canny.." ibu chiquita langsung berdiri dan memeluk putri bungsunya ketika menyadari kedatangannya. sedangkan rora membungkukkan tubuhnya dan memberi salam pada kedua orang tua pharita dan chiquita dan juga guru park.

"eomma bagaimana dengan unnie?" tanya chiquita yang raut wajah paniknya sudah tak dapat dikontrol lagi, ditambah mereka saat ini tengah duduk di depan ruang ICCU. Tentu membuat chiquita memiliki firasat buruk akan ini, namun ia berharap jawaban sang eomma akan menenangkannya. namun sang eomma hanya terdiam dengan hembusan nafas yang berat. 

"eomma?" chiquita semakin panik.

"appa.. apa yang terjadi?" chiquita beralih menghampiri sang ayah dan berharap sang ayah menjawab. namun bertepatan saat itu pula pintu ICCU terbuka.

seketika ketegangan dimulai ketika sang dokter keluar dari ruangan ICCU, sang dokter meminta orang tua pharita untuk mengikutinya menuju ruangannya. chiquita sebagai saudara kandungnya juga mengikuti kedua orang tuanya menuju ruangan dokter. yang kemudian hanya menyisakan guru park dan rora di ruang tunggu.

We Are Neighbors, Friends and FamilyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang