Bagian 09

1.8K 230 18
                                    

Cahaya matahari yang mengenai wajahnya membuat pria manis itu membuka matanya. Haechan sedikit melenguh merasa pusing hebat dikepalanya, efek minum terlalu banyak.

Haechan memfokuskan pandangan nya merasa asing pada kamar ini. Haechan juga merasakan pinggangnya dipeluk erat oleh seseorang. Haechan agak panik saat tau ini bukan kamarnya dan bisa saja semalam ia melakukan yang tidak-tidak, Haechan bertambah panik saat menyadari dirinya juga tidak pakai baju. Haechan menoleh mendapati Mark tertidur lelap disampingnya. Entah lega atau apa Haechan menemukan Mark yang berada disampingnya.

Pelan-pelan takut Mark terbangun Haechan menyingkirkan tangan Mark yang memeluk perutnya. Haechan terduduk memijat dahinya yang masih begitu pusing. Haechan harus mandi setidaknya untuk menghilangkan sedikit hang over nya.

Haechan pakai kaus Mark yang ia ambil dari koper pria itu, lalu keluar kamar. Haechan melewati ruang tengah menemukan Jeno dan Jisung tertidur disana. Haechan agak kasian melihat Jisung yang tidur di lantai sedangkan Jeno di sofa.

Samar-samar ingatannya pada malam hari masuk ke kepalanya, perlahan Haechan ingat akan ciuman mendadak Jeno, yang tak Haechan ingat ialah konteks Jeno dalam mencium nya. Haechan memejamkan matanya, menarik nafas berat.

Haechan naik kelantai atas dimana kamarnya berada. Dikamar, Haechan bisa melihat seseorang tertidur dikasur Jisung, yang ternyata Renjun. Karena mabuk jadi tidak karuan seperti ini.

Haechan masuk ke kamar mandi membersihkan diri dan menenangkan tubuhnya. Kilasan-kilasan ciumannya dan Jeno terus berputar setiap kali Haechan menutup matanya. Haechan mengerang kesal, tak ingin mengingat nya. Tak menutup kejujuran jika ciuman Jeno begitu memabukkan.

Cepat-cepat menyelesaikan mandinya agar berhenti berpikir yang tidak-tidak. Haechan keluar kamar mandi menemukan Renjun yang sudah bangun.

"Selamat pagi Renjun."

Renjun yang menatap lekat Haechan dibalut handuk segera mengerjapkan matanya. "Selamat pagi Haechan, sudah bangun sedari tadi Chanie?"

"Baru saja Renjun, kepala ku pusing jadi aku putuskan untuk segera mandi," jawab Haechan sembari mencari-cari pakaian yang akan ia pakai hari ini. Tak sadar jika Renjun terus menatapnya lekat.

Haechan tersentak kaget saat pinggang nya dipeluk, menoleh melihat Renjun disana. "Ren-jun ke-napa?" tanya Haechan gugup, tatapan Renjun begitu dalam padanya.

Renjun memojokkan Haechan pada tembok dan tubuhnya, tatapan nya masih lekat, tangannya mengusap pipi tembem Haechan lalu bibir merah yang terdapat luka disana. Haechan agak meringis saat luka di bibirnya tersentuh.

Tatapan Renjun seolah meminta ijin untuk menciumnya, Haechan hanya bisa terdiam membiarkan bibir hangat Renjun menyentuh bibir dinginnya. Haechan memejamkan mata merasakan Renjun mulai melumat bibir nya.

Sesaat Haechan hanya diam tak membalas, ciuman Renjun begitu lembut membuat Haechan terlena, maka pelan-pelan Haechan membalasnya juga.

Beberapa menit tautan bibir keduanya terlepas, Renjun menghapus sisa-sisa saliva di bibir masing-masing. Masih menatap Haechan lekat. "Haechan aku tertarik pada mu, kau mau jadi pasangan ku?"

Pernyataan Renjun pagi tadi terus berputar dikepala si cantik Haechan. Dirinya memang merasa senang ada didekat Renjun tapi saat Renjun memintanya sebagai pasangan Haechan tidak bisa menjawabnya.

Haechan ketuk-ketuk sumpit yang di pegangnya pada meja, isi kepala dan hatinya begitu campur aduk sekarang.

"Kenapa tidak dimakan?"

"Kenapa tidak dimakan?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Find u're MateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang