Bagian 11

1.8K 227 26
                                    

Besoknya Haechan tampak bangun lebih dulu, si manis itu duduk diruang tv sambil bengong seolah nyawanya masih di awang-awang. Haechan belum membersihkan diri karena niatnya akan olahraga sebentar tapi kenyataannya malah hanya duduk sambil bengong saja.

Haechan mengerjapkan matanya agar tidak kembali mengantuk, menepuk pipi nya sendiri. "Sadar Haechan niat mu kan olahraga tadi..."

".. tapi malas sekali."

"Tidak kau harus semangat! Ayo ke halaman."

Haechan berjalan cepat pada halaman belakang yang mana sinar matahari langsung menyorot wajah cantiknya. Haechan melakukan peregangan lebih dulu sebelum berlari kecil mengelilingi halaman yang cukup luas.

Beberapa putaran sudah dilakukan keringat juga sudah membasahi wajah nya. Haechan berhenti lalu duduk di kursi dengan nafas berderu cepat.

"Minum."

Haechan menoleh menemukan Mark mulai duduk disampingnya, Haechan yang haus langsung menerima saja botol air itu.

"Apa yang menganggu pikiran mu?" Karena Mark tau betul jika Haechan berolahraga itu ada sesuatu yang menganggu pikirannya.

"Tidak ada, aku hanya ingin saja."

"Itu kebohongan yang tidak bisa ku percaya."

Haechan agak kesal karena tidak bisa membohongi Mark, menjalin asmara selama lima tahun tentu saja membuat keduanya sangat saling kenal. "Kurasa berat badan ku naik."

"Sudah aku bilang kau itu sempurna Chanie, jangan pernah merasa insecure." Mark menggenggam tangan Haechan hangat, tatapan keduanya bertemu dengan lembut.

"Haechanie akan selalu cantik dan manis, apalagi saat tersenyum. Iya seperti itu."

Haechan tak bisa menahan senyumnya dengan pipi yang bersemu.

"Rasanya aku merindukan mu meski setiap hari melihat mu. Rasanya lama sekali tidak melihat cantik ku tersenyum seperti tadi karena aku."

Haechan hanya diam saat Mark membawanya kembali pada masalah yang keduanya hadapi. Bisa Haechan rasakan genggaman nya mengerat membuat Haechan menatap mantan kekasihnya ini.

Tatapan keduanya bertemu lekat seolah saling menyampaikan apa yang tidak bisa tersampaikan oleh kata. Mark menaikan tangannya memang pipi Haechan, mengusapnya lembut, wajahnya mendekat sampai Haechan tak menunjukkan tanda penolakan, di ciumnya lembut bibir plum candunya. Meresapi kelembutan akan ciuman keduanya.

Sekitar tiga menit ciumannya terputus, Mark menatap Haechan masih sama lembutnya.

"Hati mu masih milikku kan sayang?"

Tak pernah sebelumnya Mark seragu ini pada Haechan nya, awalnya Mark yakin Haechan akan kembali padanya tapi setelah apa yang terjadi disini dalam beberapa hari saja, Mark jadi kehilangan kepercayaan dirinya.

Apa lagi ciuman tadi seolah hanya dirinya yang menikmati dan Haechan tidak. Mark menarik nafas berat mengusak rambutnya gusar.

"Stress?"

Mark mengalihkan pandanganya pada Renjun, Mark menggeleng saja sembari melempar tatapannya kembali pada lapangan basket.

"Kau dapat jawaban akan pertanyaan mu waktu itu Hyung?"

Mark menaikan alisnya berusaha mengerti pertanyaan Renjun, cukup lama sampai Mark menganggukkan kepalanya.

"Hati bisa berubah dengan begitu cepat disaat terluka dan seseorang berusaha mencoba mengobati. Untuk pertanyaan mu waktu itu, nyata nya aku juga bukan orang suci, karena bukan hanya Jeno yang melukai ku tapi aku juga bisa melukai nya."

Find u're MateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang