Bagian 13

1.1K 189 26
                                    

"Aaakkhh.. pelan-pelan bear sakit."

Haechan dengan hati-hati mengobati Mark yang memiliki banyak lebam-lebam bahkan sudut bibirnya sobek berdarah. Haechan tidak tau kenapa Mark dan Jeno berkelahi seperti ini. Ingin bertanya tapi keadaan Mark sedang tidak baik-baik saja.

Jisung berdiri tak jauh dari Haechan yang mengobati Mark, tatapannya terlihat datar bercampur kesal. Jisung berdecih saat Mark lagi-lagi merengek seperti bayi.

"Kau memang pantas di pukul Mark. Jika kondisi mu lebih baik dari ini aku akan memukul mu juga."

Mark menatap Jisung tajam sedangkan Haechan menatap Jisung bingung. "Tutup mulut mu itu bocah."

Jisung terkekeh sinis. "Kupikir kau disini yang bocah Hyung, menawarkan membagi Haechan bukannya itu sangat jahat, kau pikir Haechan barang yang kau bisa bagi-bagi. Setidak berharga itukah Haechan dimata mu. Ku pikir wajar jika Jeno Hyung marah."

Haechan menatap Mark penuh kekecewaan dan terluka, ia tidak menyangka ini alasan dari pertengkaran mereka.

"Tidak, jangan dengarkan bocah itu sayang. Dia mengada-ada."

"Aku mendengar nya, aku berada tak jauh dari kau dan Jeno saat itu. Kau bisa percaya pada ku Haechan."

Setelah itu Jisung pergi dari sana meninggalkan keduanya. Jisung tidak ingin ikut campur, biarkan Haechan yang menyelesaikan nya.

"Apa benar aku tidak se-berharga itu Hyung? Padahal aku masih sering bimbang akan perasaan ku, aku merasa mungkin perlu memberi mu kesempatan karena yang kita lalu tidak lah sebentar tapi malam ini kau mematahkan nya."

Mark berusaha memegang lengan Haechan namun pria manis itu menolaknya, Mark benar-benar menyesal, ia tidak tau kenapa bisa berbicara seperti itu pada Jeno. Mark terlalu takut kehilangan Haechan hingga tidak bisa berpikir jernih.

"Tidak sayang tidak seperti itu, aku.. aku tidak bermaksud seperti itu, aku hanya takut Chanie, aku takut kau bukan milik ku lagi, aku takut kehilanganmu hingga aku tidak bisa berpikir jernih. Maafkan aku, maaf sayang." Mark yang berhasil menggenggam tangan Haechan mengeratkan genggamannya.

"Sudah satu bulan yang lalu aku memang bukan milik mu Hyung. Aku bebas bersama siapapun, seharusnya aku memang tidak ragu lagi. Tolong jangan semakin menyakiti ku Hyung."

Haechan pergi setelahnya tak sanggup menahan air matanya. Haechan berjalan cepat ke halaman belakang lalu segera memeluk Jeno erat tak perduli walau ada Renjun disini.

"Aku masuk ke dalam dulu, kalian jangan lama-lama diluar udara semakin dingin."

Renjun masuk meninggalkan keduanya, tak mau mengganggu. Diruang tengah ia melihat Mark yang menunduk penuh penyesalan. Didekatinya pria nomor 01 itu. "Kau pantas menyesali nya Hyung dan ku harap kau tidak lagi egois, keduanya berhak bahagia."

"Aku menyesal Renjun."

Renjun menepuk bahu Mark untuk segera menenangkan nya.

Dihalaman belakang Haechan masih memeluk Jeno erat diikuti tangisnya. Jeno hanya mengusap punggung dan surai Haechan lembut. Jeno pastikan Haechan sudah tau permasalahan ini.

Setelah tenang Haechan mengurai pelukannya, wajahnya menunduk mengusap pipi basahnya. Jeno segera ikut menangkup wajah cantik Haechan dan dibawa untuk menatapnya. Jemari jempolnya mengusap air mata Haechan.

Tatapan keduanya bertemu dengan lekat, Haechan bisa melihat wajah Jeno juga terluka meski tak sebanyak Mark. Jemari lentik Haechan terangkat mengusap luka-luka Jeno pelan. "Kau terluka, maaf kan aku." Lirihnya.

"Tak apa, ini bukan apa-apa dan bukan salah mu Haechan."

"Jangan menangis, apa yang kau tangisi hm?" Jeno menempelkan dahinya dan dahi Haechan.

Find u're MateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang