Empat tahun yang lalu...
Anastasia Ronald sedang patah hati dan satu-satunya yang ia pikirkan adalah ia akan pergi mabuk. Wanita itu tidak akan pergi sendiri—bersama Augie, Stacey, dan Riley, dia akan memastikan teman-temannya mengurusnya setelah ia mungkin kehilangan kesadaran nanti.
Suasana The Heat malam ini—seperti biasa—selalu penuh. Club malam di 23rd Avenue yang selalu didatangi Augie dengan teman-temannya sejak tahun kedua kuliah tidak pernah berubah, kecuali dibuat menjadi lebih besar.
"Kenapa aku harus mencintai pria brengsek?" Tanya Anastasia, lebih kepada dirinya sendiri keenam kalinya malam ini.
"An, you drank too much." Jawab Riley.
"Ternyata aku adalah selingkuhan, can you guys imagine that?" Anastasia sedikit terisak. "I'm the other woman. Betapa bodohnya aku tidak menyadari ini sejak awal."
Anastasia terus meracau sambil menangis, tapi ia juga tidak berhenti menuangkan minuman ke gelasnya.
"Menurutmu kita harus membawanya pulang sekarang?" Tanya Riley yang baru minum beberapa teguk bir dan memandangi Anastasia dengan miris.
Augie yang masih nyaman duduk tenggelam di sofa melirik Riley. "Just let her. Daripada dia melakukan hal bodoh dengan datang ke apartemen pria itu dan membunuhnya sekarang. Lebih baik di sini."
Augie menarik tubuhnya untuk duduk tegak dan memastikan keadaan Stacey yang duduk telungkup di sebelahnya.
"She drunk." Kata Riley ketika Augie melihat Stacey tidak sadarkan diri dengan bingung. "Dia tidak bisa minum alkohol tapi tetap meminumnya. Sekarang Augie, bagaimana kamu akan membawa kita semua pulang? Kamu yang satu-satunya tidak minum sama sekali di sini."
"God..."
Augie hanya minum dua gelas cocktail karena bau minuman beralkohol dimana-mana dan kerasnya suara musik di The Heat sudah cukup membuat kepalanya semakin sakit. Hari ini ia punya banyak jurnal yang harus diulas, The Heat sama sekali tidak ingin ia datangi ketika kepalanya sudah cukup penuh sejak siang.
Tapi sore ini Anastasia mendatangi apartemennya sambil menangis seperti wanita bodoh, mengatakan kalau Jack—pria yang ia kencani selama lima bulan terakhir ternyata punya pacar sebelum dirinya.
"Augie, you okay?" Tanya Riley memastikan Augie baik-baik saja dan cukup sehat untuk membawa mereka semua pulang.
"Ya. Aku mau ke kamar kecil dulu."
Augie menjauh dari teman-temannya menuju kamar kecil di sisi kiri The Heat. Perlahan suara bising musik semakin pudar di pendengaran dan Augie merasa aman di kamar kecil.
Sebelum membawa teman-temannya pulang, Augie akan memastikan sakit kepalanya tidak mengganggu dan meminum obat yang ia keluarkan dari tasnya. Wanita itu juga membasuh mukanya dengan tetap memastikan warna lipstick di bibirnya baik-baik saja.
Hanya butuh waktu lima menit, lalu Augie keluar dari kamar kecil dan tidak ada lagi suara musik. Ketika ia berjalan semakin dekat ke tempat duduk teman-temannya, semakin terdengar suara panik orang-orang yang mengelilingi mereka.
"What's wrong?!" Tanya Augie kaget ketika ia melihat kepala Anastasia berdarah dan temannya itu kesakitan sekarang.
"Ada orang yang tidak sengaja memukul kepalanya dengan botol." Jawab Riley dengan panik sambil membereskan tas Anastasia dan Stacey.
"Tidak sengaja memukul??" Tanya Augie dengan tidak percaya.
"Aku sudah menelepon ambulans, can you please help me with them?"
Augie tentu saja panik, tapi rasa marah lebih banyak menguasai dirinya. Ia merasa marah karena bagaimana bisa ada orang bodoh dan mabuk yang memukul kepala orang lain.
Tentu saja ia akan membantu Riley, tapi ia harus menyelesaikan sesuatu terlebih dahulu. Ia akan membalas pukulan itu untuk Anastasia.
"Dimana orangnya?" Tanya Augie dengan kesal.
Riley bingung kenapa Augie lebih mempedulikan orang yang memukul Anastasia daripada membantu teman-temannya keluar menemui ambulans yang sebentar lagi datang. Sebelum Riley menjawab apapun, orang-orang yang mengerumuni mereka lebih dulu menunjukkan kepada Augie orang yang wanita itu maksud.
Augie berjalan lurus ke arah pria setengah sadar yang terduduk di sofa di seberang ruangan, benar-benar mabuk. Beberapa orang temannya memeganginya seolah ia bisa saja tiba-tiba tidak sengaja memukul orang lain lagi.
Seluruh wajahnya merah dan matanya hanya setengah terbuka, Augie meragukan apakah pria itu masih ingat bahwa dirinya adalah manusia dari gumamannya yang tidak wajar. Teman-temannya di sekelilingnya pun sama tidak bergunanya karena tidak langsung membawa pria itu keluar.
Augie tidak pernah mabuk karena ia benci mungkin dirinya akan terlihat idiot seperti pria di hadapannya sekarang. Augie membayangkan sekeras apa ia memukul Anastasia dengan botolnya karena ia juga melihat bekas darah di tangan pria itu.
Wanita itu merasa sanggup membuat mereka semua, terutama pria pemabuk brengsek itu keluar dari The Heat lebih cepat daripada security.
Semua pria yang ada di sekitarnya melihat Augie dengan was-was karena wanita itu terlihat sangat marah. Lalu "BUGGG—"
Augie memukul pria itu di wajahnya sebelum mengatakan "Sampai jumpa di kantor polisi."
_______________________
KAMU SEDANG MEMBACA
Moonlight in His Hands
RomanceAugie Swaine harus mencari seorang suami demi mendapatkan apa yang ia inginkan dari keluarganya sendiri. Alexander Morton adalah pria yang sedang marah dan patah hati mengetahui ternyata tunangannya, yang sangat ia cintai, mencintai dan telah hamil...