Halo, Kak!
Tunggu bentar, ya. Aku lagi cium keteknya Fian.
....
....
....
....
....
....
....
Hmmm ....
Bentar. Belum selesai.
....
....
....
....
....
....
....
Hmmmmmm ....
....
....
....
....
....
....
....
Jujur, aromanya kayak bahan kimiawi. Mungkin karena ketek ini baru aja diolesi sama sugar waxing, yang tentunya mengandung bahan kimiawi terukur, sehingga ketek Fian tercium higienis. Beda banget dengan ketek yang pernah kucium sebelumnya.
Ada manis-manisnya.
"Mulus?"
"Iya, mulus."
"Adek bisa lepas bibir Adek dari situ, sih."
"Oh! So-sorry."
Fian masih syok. Tapi dia syok dengan tenang, menatapku dengan tatapan terkejut, kemudian terkekeh kecil. "Padahal Abang cuma bercanda barusan. Hehe. Enggak nyangka Adek beneran nyium ketek Abang."
Kan bangsat emang tentara yang satu ini. Mancing-mancing ke arah situ, tapi cuma bercanda!
Jadi, setelah Fian kehilangan bulu keteknya barusan, dia memintaku untuk menguji kemulusan keteknya. Ya aku turuti, dong! Masa iya aku skip?! Kedua lengan Fian masih dilipat di belakang kepala, belum berani diturunkan, mungkin karena masih perih atau panas. Aku tanpa pikir panjang langsung membungkuk dan mencium ketek Fian.
Ketika bibirku menyentuh ketek itu, rasanya lembut banget. Semua bulu ketek Fian tercabut sampai ke akar-akarnya. Seakan-akan enggak pernah ada bulu ketek yang tumbuh di situ. Keteknya juga masih terasa hangat sisa dicabut breeettt ... dengan brutal barusan.
Begonya aku adalah ..., aku terbuai oleh ketek itu. Setelah bibirku mencium ketek Fian, giliran hidungku yang menciumnya. Lama-lama aku hampir menggosokkan wajahku di situ, baru deh Fian menyadarkanku bahwa sesi cium ketek ini sudah lebih dari sewajarnya.
Dan bahwa dia sebenarnya cuma bercanda.
Tapi sudah tahu bercanda, dia biarin aja bibirku di keteknya itu.
Bangsat!
Mukaku langsung memerah dan merasa malu atas ketololan barusan. Aku langsung cemas Fian berpikir macam-macam soal aku. Dalam hati aku berdoa, semoga cium ketek sesama lelaki adalah hal yang sangat lumrah dan wajar dan sering dipraktikkan di instansi militer seperti TNI AU.
Amin.
Fian terkekeh sembari bangkit dan menurunkan lengannya. Dia mengernyit kecil, menghadapi sensasi aneh di keteknya yang masih tersisa. Kemudian dia merapatkan lengannya, lalu menggerak-gerakkannya untuk mengecek tekstur sang ketek.
KAMU SEDANG MEMBACA
Halo, Dek!
Ficción General(Cerita LGBT, ya. Tolong jangan bloon. Kalau ini bukan bacaanmu, please skip this.) Blurb: Rohmat hanyalah lelaki gay biasa yang bekerja sebagai seorang perawat di sebuah klinik swasta. Hidupnya benar-benar normal, enggak ada yang istimewa. Hingga s...