¹¹

1K 104 14
                                    

Hi! (●’◡’●)ノ

Selamat membaca, dan jangan lupa komen yaaa✧(。•̀ᴗ-)✧

Btw karna Taki Ni-Ki nih namanya sama-sama Riki dan dari awal book ini Ni-Ki lebih banyak pakek sebutan Riki, jadi Ni-Ki tetep disebut Riki dan Taki ya disebut Taki. Semoga paham....

»»——⍟——««



Jika tak salah ingat, terakhir ia dan Taki keluar seperti ini adalah sebelum ia akhirnya pindah ke Korea.

Banyak hal yang berubah dari mereka masing-masing, Riki tak pernah menyangka sosok seceroboh Taki yang dulu sering merepotkannya hampir tiap hari kini tumbuh menjadi pria Alpha yang tampan, sosok menggemaskannya terkubur status Alphanya.

"Lo masih suka Taiyaki nggak? Disini ada yang jual? " tanya Taki begitu mereka sampai pada sebuah tempat yang dipenuhi stand-stand makanan, makanan-makanan khas dari berbagai daerah di Korea bahkan negara lain pun ada.

"Nggak ada yang jual pun disini juga ada Bungeoppang, sama-sama roti ikan isi kacang, " celetuk Riki, melirik pada salah satu stand favorit yang biasanya ia datangi bersama Heeseung.

Omong-omong soal Heeseung, bagaimana keadaan mattenya itu sekarang? Sebab sejak masa Ruth Alphanya selesai, Heeseung terus-terusan menempel padanya, sering memaksanya menginap di apartemen, dan Riki baru mengetahui sisi manja Lee Heeseung.

"Ni-Ki! Lo kok ngelamun? Mikirin Alpha lu? " tanya dari Taki menyadarkan Riki, si Desember menggeleng singkat.

"Ayo beli Bungeoppang di sana, " Riki berjalan lebih dulu meninggalkan Taki yang menatap punggung sempit Riki dengan sendu.

"Mau gimana pun, akhirnya hal bodoh yang Gue lakuin sia-sia. Lo udah punya Alpha, " Taki menunduk, melangkah dengan lambat menyusul Riki.

Bekas terbakar terlihat di jari manisnya.

»»————>✾<————««

Sikap impulsifnya bukan sekdar tindakan tanpa berpikir, Heeseung sensitif pada hal-hal yang menyangkut Omeganya.

Termasuk Alpha yang memperkenalkan diri sebagai sahabat Matte abadinya.

Heeseung tidak bodoh untuk menyadari bahwa Alpha itu telah memutuskan takdirnya, menolak Mattenya. Ada bekas terbakar melingkar di jari manisnya, dan Benang Merah Taki tak ada.

Dan, Heeseung tahu, tindakan yang dilakukan Alpha itu adalah karena, Alpha itu berharap Riki belum bertemu Mattenya, belum bertemu takdirnya, supaya pengorbanan yang dilakukannya tak sia-sia.

"Gue juga bisa beliin Bungeoppang sekalian sama stand-stannya, sama yang jual sekalian yang punya cabang, " Heeseung menggerutu dari kejauhan, mengunyah Ramyeon pesanannya dengan tidak santai hingga buat beberapa pengunjung menatapnya heran dan takut sebab aura gelapnya.

"Panas banget panas, pemerintah gak mau pasang AC outdoor kah? " makin melantur lagi begitu dilihatnya Taki yang dengan santainya menggandeng tangan Riki, Heeseung menggigit gemas ujung sumpitnya.

»»————>✾<————««

"Kak Heeseung? "

Riki membuka pintu unit apartemen milik Heeseung, gelap. Apa Heeseung tidak pulang ke apartemen?

"Kak? " panggilnya lagi, tangannya meraba tombol lampu di dinding untuk menyalakan lampu ruang tamu, tapi sepi yang didapatnya.

"Alpha? Haloo, " Riki meletakkan bawaannya di atas meja dapur, melangkah berkeliling unit apartemen mencari keberadaan Alphanya yang tak kunjung terlihat.

"Kemana sih? " menggerutu, Riki mengirimkan pesan pada Heeseung, mencari keberadaannya, tapi sama sekali tak dijawab ataupun dibaca.

"Halo Ma, Kak Heeseung pulang kah hari ini? " akhirnya karena tak punya pilihan lain, Riki coba menghubungi Mama Heeseung, barangkali Alpha itu pulang ke rumahnya.

"Iya di sini, mukanya asem banget kalian lagi berantem kah? "

Riki mencebik, dasar cemburuan.

"Nggak juga, Riki ke sana ya Ma"

"Hati-hati ya sayang"

Riki menyambar kembali jaketnya, bergegas keluar apartemen tak lupa mengunci pintunya.

Selain tukang memaksa, Alphanya juga cemburuan, heran sekali sebenarnya, ia yang kesabarannya setipis helai rambut begini mendapat Matte seperti Heeseung yang kadang keras kepala dan hobi menguji kesabaran.

»»————>✾<————««

"Kak~"

"Kak Heeseung"

"Kak Hee sayang, " Riki terus-terusan memanggil sejak kedatangannya sepuluh menit yang lalu, menarik-narik kaos Alphanya yang tidur tengkurap di atas kasurnya, pura-pura tidur padahal tidak.

"Ck, yang Omega siapa sih!? Kamu apa Aku!? Mau ganti posisi kah? " akhirnya sabarnya habis juga. Riki dengan kesal menjambak rambut Heeseung yang langsung mengaduh kesakitan, memintanya melepaskan jambakan.

"Aduh! Sakit Ki! "

"Bodo amat gemes gue, Alpha kok ngambekan"

Hampir lima menit Heeseung berusaha lepas, dan akhirnya ia berhasil setelah memeluk erat-erat tubuh kurus Riki, menahan kedua lengan Omeganya di atas kepala.

"Pusing banget anjirr, " keluh Heeseung yang rambutnya tampak berantakan karena jambakan, Heeseung mana tega balas menjambak Riki.

"Ngambekan, lu jelek, " maki Riki lagi, masih dongkol sebab diabaikan tadi.

"Bercanda doang dih, dan ternyata reaksi lu kayak Ibu-ibu berantem war diskonan, " Heeseung mencibir, dengan gemas menggigit pipi Riki, benar-benar menggigitnya.

"SAKIT! LEPASIN! SAKIT!"

Tangan Riki memukuli punggung Heeseung, sesekali menjambak lagi rambut si Alpha. Matanya sudah berair nyaris menangis.

"Ngilangin najis, " celetuk Heeseung begitu ia puas menyiksa pipi Riki. Alpha itu melihat tangan Taki menyentuh pipi Riki. Tidak boleh sentuh-sentuh Omega Heeseung ya, teman-teman... Demi keamanan Riki.








Tbc

Benang Merah [Heeki]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang