1.2K 113 24
                                    

Hi! (●’◡’●)ノ

Selamat membaca, dan jangan lupa komen yaaa✧(。•̀ᴗ-)✧

Anw announcement!!⚠️⚠️⚠️
»»——⍟——««


"Udahan yuk, " Riki menatap Heeseung memohon, sudah sejak satu jam yang lalu mereka berkutat dengan rumus Matematika, pelajaran yang paling dihindari oleh kebanyakan orang termasuk Riki sendiri.

Keduanya duduk di atas karpet berbulu di apartemen Heeseung, menghadap meja bundar yang penuh buku-buku milik si Desember.

Heeseung tak membalas, kedua lengannya melingkar erat pada pinggang Riki yang duduk di atas pangkuannya, sesekali memberikan ciuman-ciuman kecil pada tengkuk yang lebih muda.

Riki menunduk, matanya terpejam. Tak bodoh untuk menyadari bahwa feromon Heeseung terasa menyengat baunya.

"Uh— Kak, " panggil Riki pelan, suaranya nyaris tak terdengar.

Lengan yang semula memeluk pinggangnya dari balik baju tiba-tiba saja sudah menyentuh lembut kulitnya, mengelus pinggangnya sensual. Sekali lagi, Riki tidak bodoh, ia tahu situasi apa ini.

"Kak— ah! Kamu Ruth? "

Riki terjengit kaget begitu tangan besar meremas dadanya dari balik kaos, tangannya menahan lengan Heeseung supaya segera berhenti.

Telan salivanya dengan susah payah, Riki seperti kehilangan udara segar sebab feromon Alphanya memenuhi ruangan, sedang Mawar segarnya sendiri tengah bersolek menggoda tanpa ia sadari.

Nafas berat Heeseung menggelitik telinganya, kupu-kupu tak terlihat berterbangan di dalam perutnya. Riki menggeliat tak nyaman begitu jemari panjang sang Alpha meraba lehernya, mengelus lagi-lagi dengan sentuhan yang membuat seluruh tubuhnya meremang.

"Kak, udah..., " suara Riki makin mengecil, lirih. Bohong jika tidak terangsang dengan sentuhan-sentuhan halus memabukkan yang sang Alpha berikan.

Bergerak lasak sepertinya percuma, sebab berkali-kali dilakukan, berkali-kali pula lengan si Alpha menahannya, menekannya tetap di tempat dengan feromon Alpha yang menguar angkuh tunjukkan kuasanya.

Riki nyaris tersedak begitu kedua jemari panjang menerobos masuk kedalam mulutnya, menekan lidahnya. Mata cokelat terangnya berkaca-kaca tatap wajah tampan sang Alpha yang menatapnya dengan manik gelap yang berkabut— menakutkan sejujurnya.

"Uhuk—haah—"

Si Omega terbatuk kecil, tersedak salivanya sendiri begitu jemari si Alpha ditarik keluar.

"Pretty Omega"

Sang Alpha memuji, menghirup dalam-dalam mawar segar yang sedari tadi bersolek tunjukkan kecantikannya, Alphanya merasa senang sebab Omega dengan wangi Mawar segar memabukkan ini adalah miliknya seorang.

"Pretty, " puji si Alpha sekali lagi sebelum mencium bibir milik Omeganya yang merah merekah layaknya Mawar.

Nishimura Riki tampak seperti mawar cantik, dan Heeseung akan dengan suka rela menjadi durinya, menjaga kecantikan Mawarnya dari sentuhan tangan-tangan asing dan serangga pengganggu yang dengan lancang mencoba untuk menyentuhnya.

Riki tak punya pilihan lain selain pasrah dalam kuasa Alphanya, padahal selama ini ia sama sekali tak pernah tunduk pada Alpha mana pun, tidak sama sekali. Status resesifnya tak berguna saat bersama Mattenya, Si Alpha Dominan.

"Mine, mine, mine. "

Kulit leher diciumi berulang kali, kedua tangannya ditahan di atas kepala, si Desember benar-benar tak bisa lakukan apapun selain mendongakkan kepalanya dengan mata terpejam, mengais oksigen selagi jemari panjang sang Alpha mulai melebarkan bagian bawahnya.

Si Desember setengah menangis saat akhirnya si Alpha menggigit bungkusan kecil yang dengan segera dirobek dengan bantuan tangan kanannya, lebih baik bermain aman 'kan.

"Nauh—ah ah— hurts—"

"Kak Heeseungah—sakit hmh—"

Si Alpha tak peduli bahkan jika rambutnya rontok sebab ditarik dengan kuat, wajah berantakan Omega dalam kungkungannya jelas tampak lebih menarik untuk dipandangi saat ini.

"A—p-pelan, pelan"

Si Alpha menempelkan keningnya pada kening berkeringat si Omega yang terisak, entah karena merasa sakit atau mulai menikmati kegiatan panas mereka. Yang jelas, Omeganya tampak cantik dengan wajah memerahnya.

"Manis, " komentar sang Alpha begitu selesai menyesap bilah bibir Omeganya yang makin membengkak, mata gelapnya diam-diam mengabsen titik-titik tanda lahir yang tampak menghiasi wajah cantik Omeganya.

Di bawah mata, di bawah hidung, di dagunya, di balik daun telinga, di bawah daun telinga, di lehernya, di lengan, di hampir tiap jengkal kulitnya, tersebar cantik seolah itu adalah bintang di langit malam.

"Cantik sekali, Omega."


»»————>✾<————««


Riki dengar, periode Ruth Alpha juga tak kalah lama dengan periode Heat Omega. Tapi yang tak ia duga adalah terjebak bersama Alpha Ruth, lagi adalah si Alpha Dominan yang tampaknya tak punya lelah menggauli Omeganya. Dan sialnya ia adalah Omega malang tersebut.

"Kak Heeseung Kak Heeseung— udah—"

"Ah ah— terlalu— aah— Kak! "

Entah hari keberapa ini, yang jelas ia lupa kapan ia makan dengan benar tanpa terburu-buru sebab perlu ladeni Alphanya yang sedang dalam periode ruthnya.

Bunda, mau pulang, batin Riki menjerit, suaranya sendiri terdengar serak sebab terus-terusan mendesah hampir tanpa henti. Buruk sekali tabiat Alpha saat ruth.












Tbc

Bye...

Benang Merah [Heeki]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang