"Lepas, ngga?!"
Sean tidak memperdulikan pemberontakkan dari perempuan yang duduk di sebelahnya saat ini. Ia diam seolah menikmati perjalanan mereka meski Gina terus-terusan berteriak meminta dilepaskan seperti orang kesurupan. Padahal, apa yang salah? Sean hanya menggenggam pergelangan tangannya saja, bukannya memeluk apalagi mencium orang yang jelas-jelas adalah istrinya sendiri ini.
Gadis cantik bernama lengkap Lembayung Regina itu beralih menggigit lengan Sean. Namun lagi-lagi ia tak mendapati respon apapun dari laki-laki berwajah datar itu. Karena penasaran, dirinya menyingkap lengan kemeja Sean untuk memastikan apakah tangan Sean terbuat dari batu atau semacam benda keras lainnya.
"Ngapain?" tanya Sean.
"Engga!"
Sean tersenyum karena setelahnya Gina menjadi lebih anteng dan ikut diam bersamanya. Sepertinya tenaga Gina sudah habis karena hampir satu jam terus berteriak.
"Mau minum?"
Gina membuang pandangan ke arah jendela mobil di sebelah kanannya. Apa-apaan yang barusan itu? Mau sok jadi suami yang baik? Ngga mempan!
"Kita sebentar lagi sampe, Gina..."
Gina mencengkram rok yang menjadi bawahan kebayanya sambil mengumpat dalam hati. Ia selalu merasakan sesak hebat setiap kali Sean menyebut namanya dengan nada bicara yang sengaja dilembut-lembutkan seperti itu. Apa Sean pikir, dengan menikahinya, itu berarti Gina sudah memaafkan dan serta merta melupakan kesalahan laki-laki itu di masa lalu?
Tepat tujuh tahun yang lalu, saat Gina duduk di bangku kelas tiga SMA semester akhir, semuanya berubah ketika Sean mengajaknya putus tanpa alasan yang jelas. Laki-laki itu tidak memberinya penjelasan apapun dan meninggalkannya begitu saja setelah mereka dinyatakan lulus. Selama bertahun-tahun, dengan bodohnya Gina kerap kali menunggu kabar dari Sean, namun itu semua hanya angannya belaka. Sean tak pernah menanyakan kabarnya sama sekali.
Hingga pada tahun ketujuh penantian Gina, yang mana pada saat itu ia berniat untuk membuka lembaran hidup baru dan menerima perjodohan dengan anak teman Ayahnya, Sean bersama keluarga besarnya tiba-tiba saja datang dan menyampaikan niatnya untuk serius menikahi Gina. Melihat Gina yang sudah bertahun-tahun jomblo, apalagi Sean adalah pengusaha muda yang tampan nan kaya raya, tentunya membuat keluarga Gina tanpa ragu langsung menerima niat baik tersebut.
Pangestu Sean Jayadana, dia benar-benar tidak dapat dipahami. Sampai hari ini pun, yakni hari dimana mereka berdua resmi menjadi sepasang suami Istri, Sean tak juga memberitahunya perihal alasan apa yang membuat laki-laki itu tega membiarkannya menahan pilunya patah hati ditinggal cinta pertama.
"Pak Sean, kita sudah sampai," ujar supir pribadi Sean yang langsung membuyarkan lamunan Gina.
Sean turun lebih dulu dan berjalan mengitari mobil lalu membukakan pintu untuk Gina. "Ayo, Na, hati-hati."
Gina turun tanpa melihat ke arah Sean sedikitpun. Ia bahkan dengan sengaja menabrakkan bahunya dengan keras ke lengan suaminya itu supaya Sean tahu betapa bencinya ia karena mulai malam ini dan seterusnya, Gina akan hidup satu atap bersama Sean. Bener-bener sial!
Sean mengejar Gina yang berjalan mendahuluinya, ia berusaha mengajak perempuan yang merupakan cinta pertamanya itu berbicara. "Barang kamu udah di dalem semua."
Gina hanya diam, ia dengan malas menunggu Sean membukakan pintu untuknya lalu nyelonong masuk ke dalam rumah baru mereka.
Jika saja Gina dan Sean merupakan pasangan normal pada umumnya, mungkin saat ini Gina sudah menghadiahi suaminya itu dengan pelukan karena bahagia bisa memiliki rumah sebagus ini. Namun sayangnya, yang ada di pikiran Gina sekarang malah sebaliknya. Setiap kali matanya beradu pandang dengan Sean, ingin sekali rasanya ia mencongkel keluar bola mata yang selalu berhasil membuatnya jatuh cinta berkali-kali itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Forgive Me | Sehun X Seulgi
FanfictionPangestu Sean Jayadana kembali datang ke kehidupan mantan pacarnya untuk menebus kesalahannya di masa lalu. Ia menikahi Lembayung Regina dan berusaha menjadi sosok suami yang baik meski Gina selalu menolaknya dengan keras. Sampai pada akhirnya... Gi...