3. Jawaban yang ingin didengarnya

109 20 5
                                    

William dipanggil ke istana kaisar. Kabarnya itu karena selama lima hari berturut-turut pemuda itu tidak hadir untuk mengurus para ksatria kekaisaran sebagai seorang komandan.

Kabarnya dia dan bahkan putra mahkota yang bertanggung jawab atas urusan ksatria juga dihukum untuk melakukan ekspedisi di perbatasan Barat yang merupakan wilayah monster yang sering merugikan. Bersama dengan sang ahli dari menara sihir yaitu Willhem. Mereka harus menjinakkan para monster dan memberi mereka batasan, serta membunuh monster berbahaya yang sulit untuk ditaklukkan.

Itu tugas berbahaya, tetapi ketiganya memang sudah biasa. Kebetulan keduanya di hukum. Padahal seharusnya mereka tidak lagi menangani hal itu untuk saat ini, mengingat tiga bulan lalu ketiganya sudah melakukan ekspedisi. Ini seharusnya menjadi masa biasa. Meski biasa bukan berarti tidak mengurus urusan ksatria sama sekali selama lima hari seperti William tanpa kabar terlebih dahulu.

Jadi, hari ini keberangkatan mereka. Setelah kemarin mendapatkan hukuman.

Tapi kabarnya, karena tiga bulan lalu sudah ada ekspekdisi, jadi yang kali ini tidak sulit dan rumit untuk ditangani.

"Meskipun begitu, keduanya di hukum karena aku. Iya, 'kan? Karena lima hari itu waktu aku pingsan. Ah, bahkan putra mahkota yang menyembunyikan ketidakhadiran William ikut dihukum." Raelynn menggigit kukunya karena gelisah. Dia mondar-mandir di kamar karena sangat merasa bersalah. Dia takut masalah ini akan membuat ketiganya yang merupakan tokoh utama yang menjadi target suka semakin sulit di dekati.

"Apa yang harus aku lakukan?" tanya Raelynn pada diri sendiri.

Dia diam beberapa saat, kemudian beranjak dari kamar itu dengan senyuman semringah.

***

Raelynn melihat William yang sedang bersama dengan Dylan. Keduanya menyiapkan persediaan untuk keberangkatan hari ini.

Dengan perasaan gugup Raelynn mendekati William. Dia membungkuk di hadapan William.

"Maafkan saya, semua ini karena saya. Jika saya tidak terluka saat itu ma—"

"Kenapa ini semua karenamu?" tanya William dengan suara dingin.

Seketika Raelynn berdiri tegak. Dia menatap wajah William yang terlihat enggan menatap Raelynn itu.

"Karena, waktu itu Anda yang menolong saya dan mengobati—"

"Aku libur bukan karena itu." Lagi-lagi ucapan Raelynn dipotong. Seolah sudah paham arah pembicaraan Raelynn. William dengan sorot mata dingin berkata; "Aku libur tanpa izin karena harus menyelesaikan rumor yang kau buat. Rumor yang sudah merusak pesta ulang tahun sekaligus debutan Briella. Kau membuat semua orang menyebarkan rumor jika kemarin kau disakiti oleh Briella sampai menangis dan berlari dari aula dengan wajah menahan sakit. Itu buruk untuk imej Briella. Jadi, aku libur karena Briella bukan kau."

Meskipun kenyataan itu sedikit mengecewakan Raelynn. Gadis itu tetap tersenyum. "Ah, tampaknya saya harus meminta maaf pada Briella juga karena merusak acaranya."

Senyuman Raelynn semakin ceria. Dia menatap sosok William di hadapannya. "Meskipun begitu, saya tetap akan berterima kasih dan minta maaf. Mau bagaimanapun juga, Anda sudah membawa saya tidur di kamar Anda, merawat saya, memanggilkan dokter, dan membawa obat yang merupakan saran dari dokter untuk membuat saya bangun."

Raelynn menyerahkan buntalan kain. Itu kotak, kotak berbentuk persegi kecil yang dibungkus kain. "Saya membuat ini sebagai ucapan terima kasih. Saya yakin kalau ini selera Anda. Semua Anda suk—"

"Kakak!"

Tiba-tiba saja Briella datang sambil menangis dan memeluk William. Raelynn yang berdiri di hadapan William sampai tergeser karenanya. Raelynn menatap keduanya yang saling berpelukan. Raelynn hendak beranjak, ya, lagipula William sudah memegang hadiah itu.

HOW TO BE A PROTAGONIST [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang