14. Rencana Tak Terduga

82 22 10
                                    


Guys, tidak bisakah kalian menekan bintang kecil di bawah sana dan meninggalkan komen untuk Ryry? Seberat itukah untuk kalian memberikan Ryry semangat?

Meskipun Ryry bakal tetep up karena ini udah hobi Ryry. Tapi bolehkah Ryry minta suportnya?

Ryry melawan rasa malas dan meluangkan waktu Ryry meskipun Ryry punya kegiatan di sini. Karena Ryry merasa harus melanjutkan. Tidak bisakah kita melakukan simbiosis mutualisme?

Seberat itu kah?

Angka 40an dan angka 9-11an itu bedanya cukup jauh. Jika saja Ryry penulis besar, Ryry gapapa. Tapi, Ryry penulis kecil. Tau kah kalian, setiap habis upload Ryry selalu menantikan notifikasi dari kalian?

Ah, ketika ini juga pasti kalian abaikan. Kalian hanya fokus sama cerita. Terima kasih sudah membaca.

Dan terima kasih jikalau ada yang membaca sampai tuntas dan meninggalkan jejaknya mulai dari sini. Kalian baik.

Selamat membaca✨

****

Suara besi beradu menjadi suara pagi di area pelatihan. Terlihat seorang perempuan dengan surai pirang terikat, kemeja putih membalut tubuhnya serasi dengan celana cokelat tua yang membuatnya leluasa bergerak.

Dia tampak sedang bertarung depan pemuda bertubuh tegap yang rambutnya basah karena keringat.

"Wah, kau semakin cepat, Lynn," puji pemuda berambut hijau emerald dengan manik mata berwarna emas itu.

Bruak.
Raelynn menyerah. Dia merebahkan diri di atas lantai latihan. Sudah dua jam mereka terus berusaha saling menjatuhkan. Seketika pedang Lucas mendekati leher Raelynn.

"Jika kau selemah ini, musuhmu akan mudah memenggal leher ramping itu."

Lucas berujar begitu, sebelum dia turut tertidur di atas lapangan. Ini seharusnya musim panas. Tetapi, di Utara cuacanya tetap saja dingin.

Raelynn menoleh ke arah Lucas yang duduk dengan tangan menopang tubuh di belakang dan kepalanya terdongak ke atas sembari memejamkan mata. Napas pemuda itu sama tak beraturan juga.

"Kau tidak akan melakukan itu," tutur Raelynn.

Dia bangkit dari tidur. Turut duduk bersama Lucas. Dia menatap ke atas langit, betapa indahnya langit siang itu. Raelynn tersenyum lembut. Sudah dua tahun waktu berlalu tanpa terasa, berapa di Utara begitu menyenangkan hingga semuanya terasa ringan. Tanpa tekanan dari orang-orang, tanpa harus menunaikan quest, tanpa merasakan sakit, atau apapun itu.

"Ya, memang tidak mungkin, tetapi lain kali jangan asal menjatuhkan pedang," omel Lucas.

"Aku menjatuhkan pedang juga karena sudah lelah dan tahu ini hanya latihan."

"Sudah selesai?" Calix muncul bersama es lemon yang menyegarkan.

"Ah, Calix yang terbaik!" seru Raelynn sembari mengambil gelasnya yang semula ada di tangan Calix.

"Oh, iya. Kakak-kakakmu datang bersama putra mahkota hari ini," ucap Calix yang turut duduk bersama.

"Eh? Bukankah kunjungan mereka sudah tiga hari lalu?" tanya Lucas. Ya, agak heran, William dan Willhem memang sering datang, tapi hanya sebulan sekali, sebab keduanya sangat sibuk. Sesekali juga mereka bersama Kayden sang putra mahkota. Tetapi, jarang sekali terjadi hal seperti ini atau bahkan bisa dibilang kunjungan sebulan dua kali ini yang pertama.

"Dia datang bukan untuk Raelynn," sergah Calix.

"Lalu?" tanya Raelynn

"Habiskan airnya, jika ingin tahu jawabannya. Lalu ikut aku ke ruang tamu. Semuanya sudah di sana."

HOW TO BE A PROTAGONIST [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang