Yeonjun mengudang teman-teman tongkrongannya ke apartemennya yang luas untuk party.
"Uwahhh luas sekali apartemennya Yeonjun" takjub teman-temannya.
"Kita bisa main sepak bola kayaknya"Hueningkai mengambil Snack di meja. Sementara Yeonjun menuangkan beberapa gelas bir untuk teman-temannya. Suasana apartemen sangat ramai dengan beberapa alat musik. Selain party mereka juga latihan untuk pentas seni. Untung saja apartemen Yeonjun kedap suara.
"Yeonjun pacaran dengan Yeji anak Seni Tari?" tanya salah satu teman tongkrongan.
"Tidak, dia hanya punya perjanjian denganku"
"Nampaknya banyak berita yang sudah beredar kalian dekat"
"Tidak kami hanya teman biasa, lagian dia galak banget. Kayak macan"
"Dijadiin lebih dari teman biasa pun juga gak masalah Jun. Kamu kan penakluk wanita yah sekalipun tak pernah kamu seriusin".
Yeonjun hanya tersenyum kecut."Bagiamana kalau kita taruhan Yeonjun bisa taklukan Yeji atau tidak hingga hari H pentas seni" ajak teman yang lain.
2 orang pasang bisa taklukan. 2 orang lain pasang tidak bisa taklukan.
"SETUJU!" ucap anak-anak.
Hueningkai dan Yeonjun tidak ikut taruhan ini. Mereka diam karna masih belum mabuk.•••••
"Permintaan keduaku, kemarilah" share location apartemen Yeonjun.
"Tuhan apalagi yang dia minta.. awas saja kalau dia berbuat aneh-aneh. Kali ini akan ku geprek" kesal Yeji.Yeji memaksa berangkat menggunakan taksi karena dia sedang tidak enak badan.
"Ting tong" suara bel apartemen Yeonjun.Dengan muka pucatnya Yeji menunggu di depan pintu apartemen Yeonjun.
Tak lama Yeonjun membukakan pintunya.
"Kau sudah datang? Masuklah.." pinta Yeonjun.
Seketika pikiran buruk Yeji hilang melihat situasi apartemen Yeonjun yang seperti kapal pecah."Kau memintaku membereskan ini semua??" tanya Yeji.
"Tentu.. memang mau apalagi? Jangan-jangan kamu mikir yang macam-macam ya" goda Yeonjun.
"Tidak.. Najis sekali"
"Aku akan mandi sebentar. Permintaan kedua ku tolong bersihkan bekas party dengan anak musik semalam"
Yeonjun menaikin anak tangga menuju lantai 2 kamarnya.Yeji terduduk lemas di sofa Yeonjun. Ia melihat sekitar dari mana ia akan memulainya. Yeji mulai memunguti sampah makanan yang berserakan. Setelah itu Yeji mengambil gelas dan botol untuk dibawa ke dapur.
Naasnya sebelum sampai ke dapur tubuh Yeji tak kuat, dan pingsan.
"PYAAARRR" Gelas dan botol di tangan Yeji jatuh dan pecah mengikuti tubuh Yeji.
Yeonjun yang mendengar barang pecah langsung menggunakan bajunya dan berlari ke lantai 1. Dilihatnya Yeji pingsan di lantai."YEJI.. BANGUN YEJI" Yeonjun memukul pipi Yeji pelan.
Dirasanya tubuh Yeji panas. Yeonjun mengangkat tubuh Yeji dan menidurkannya di sofa ruang tamunya.
"YEJII" berkali-kali Yeonjun memanggil namun Yeji tetap tak sadarkan diri.Yeonjun mengambil kompres dan mengompreskannya di dahi Yeji. Yeonjun baru sadar jika hari ini Yeji sangat pucat tak seperti biasanya. Yeonjun mengambilkan selimut dan menunggu Yeji siuman.
•••••
Yeji pingsan cukup lama. Selama itu Yeonjun menungguinya sambil menyelesaikan beres-beres apartemennya.
"Aku dimana??" tanya Yeji setengah sadar.
"Kau sudah siuman?? Ini di apartemen ku" ucap Yeonjun disamping sofa yang Yeji tiduri.
Yeji memegang dahinya yang sudah mulai mendingan. Ia mengecek pakaiannya yang masih lengkap."Aku tidak semesum itu" jelas Yeonjun kesal.
"Maaf gara-gara aku pingsan jadi kau yang membereskan. Anggap saja permintaan ke 2 mu batal ku kabulkan" ucap Yeji.
"Justru aku yang harusnya minta maaf tidak tau situasi jika kau sedang sakit"
"Tak apa bukan salah mu" senyum Yeji tipis."Baiklah ini sudah malam aku pamit dulu" pamit Yeji masih sempoyongan.
"Akan ku antar" tawar Yeonjun.
"Tak usah, aku bisa sendiri"
"Kau memang keras kepala"
Yeonjun terpaksa menggendong Yeji menuju basement dan memasukan ke mobilnya.Selama perjalanan mereka terdiam.
"Mau ke rumah sakit?" tawar Yeonjun memecah keheningan.
"Tak usah aku hanya perlu istirahat" ucap Yeji.
"Pakailah ini jika masih kedinginan" Yeonjun menyerahkan jaketnya.
"Terimakasih""Kita beli makan dulu, kamu pasti belum makan seharian. Nanti di take away"
Yeji hanya mengangguk menyetujui Yeonjun.Yeonjun keluar sebentar untuk membeli bubur. Meninggalkan Yeji tertidur pulas di mobil. Tak jauh dari tempat bubur ada apotik. Yeonjun membeli obat penurun panas sekalian untuk Yeji.
Melihat Yeji yang tidur tenang Yeonjun memasangkan perekat penurun panas di dahi Yeji. Yeji yang merasa terusik tidurnya mulai bangun. 1 jengkal tangan jarak muka mereka. Mata mereka bertemu.
"Aku hanya mau pasang ini tidak ada maksut lain".Sesampainya di apartemen Yeji.
"Mau ku gendong lagi?" tawar Yeonjun.
"Terimakasih, aku bisa sendiri" ucap Yeji tertatih.
"Jika kamu butuh sesuatu hubungi aku, jangan sungkan" pinta Yeonjun.
Yeji hanya tersenyum melihat sisi lain Yeonjun.
KAMU SEDANG MEMBACA
WHITE SWAN
FanfictionYeonjun seorang mahasiswa Seni Musik tingkat tengah. Membuat taruhan yang sangat fatal. Mempertaruhkan seorang gadis lugu bernama Yeji mahasiswa Seni Tari. Bisakah Yeonjun akankah Yeonjun melanjutkan taruhannya?