CHAPTER-2

13 0 0
                                    


Mimpi merupakan tempat dimana segala sesuatu yang tak dapat terjadi di dunia nyata maupun yang dapat terjadi ada didalamnya. Bentuknya bermacam-macam tergantung manusia yang memimpikannya. Aku baru saja tertidur setelah beberapa menit bermain game. Tiba-tiba saja aku berada di sebuah padang rumput luas dengan banyak danau, hutan, dan pepohonan.

Di tengah padang rumput yang amat luas itu ada seseorang yang tengah duduk bersandar di pohon. 'Dia tampan.' Begitulah benakku berkata padahal aku tak dapat melihat wajahnya. Entah kenapa wajahnya ditutupi siluet putih yang bersinar, ia memakai hoodie dan celana panjang berwarna hitam. Ia menolehkan kepalanya perlahan melihat ke arahku dan meskipun aku tak dapat melihat ekspresinya, aku tau kami sedang bertatapan.

"Hallo." Aku mencoba memulai percakapan sambil melambaikan tangan. Tapi ia hanya berdiri kemudian berjalan di hadapanku, aku mulai dapat melihat batang hidung dan mulutnya. Ia tersenyum. Sekali lagi benakku kembali berkata 'Tampan.'

Tanpa membalas sapaanku ia menarik tanganku dan membawaku pergi ke tempat yang tak ku ketahui namanya, tapi aku tahu itu sungai. Ia menggulung celananya yang panjang. kemudian, menapakkan kakinya ke dalam sungai. Ia tersenyum kembali padaku. Kemudian, melemparkan air sungai ke wajahku. Aku tertawa dan membalasnya, ikut masuk ke dalam sungai dangkal itu dan memercikkan airnya hingga mengenainya. Dia tertawa. Kami bersenang-senang.

Tidak sampai disitu, kami berjalan-jalan di tengah rimba yang luas. Angin yang berhembus terasa menyegarkan dan daun berterbangan layaknya irama yang indah. Kami kembali tertawa kali ini dia menggenggam tanganku dengan lembut dan mengusapnya. Entah kenapa rasanya sangat nyata hingga aku tak ingin kembali bangun. Aku ingin menanyakan namanya tapi suaraku tertahan oleh sesuatu yang ada di tenggorokanku.

Hingga akhirnya cahaya menghancurkan semuanya. Membawa pergi mimpi yang indah, mengangkatku bangun dari tidur. Dalam posisi duduk, dadaku terasa sesak aku berusaha meraup udara sebanyak yang aku bisa. Aku melihat jam.

"Masih jam 2 subuh." Aku menenangkan diriku menatap kosong dinding yang ada di hadapanku.

Aa hanya mimpi ya, Aku tertawa pelan. Aku gila ya apa yang aku harapkan?, Aku melihat dengan tatapan kosong ke telapak tanganku. Aku merindukan sentuhannya. Tanpa kusadari mataku menitikkan air mata. "Huh?" Apa ini? Aku tak merasa sedih. Tetapi, kenapa air mata ini terus mengalir?. Pertanda apa ini?.

Waktu berjalan cepat, alarmku berbunyi, jarum jam sudah berada di angka 4. Sudah saatnya bersiap-siap. Aku dengan setengah sadar berdiri dan mulai membantu ibuku mengerjakan pekerjaan rumah.

Setelah itu, aku menyiapkan seragam sekolah kemudian mandi dan menyikat gigi. (Okeh tidak aku bercanda.) Kenapa? Saat ini sedang libur kenaikan kelas jadi kami diliburkan.

Aku beristirahat merebahkan tubuhku kembali ke kasur membuka ponsel dan mencari game tersebut lagi.

To be continued...

We've Never MeetTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang