CHAPTER-3

9 0 0
                                    


Red.Cat. Online...

Baru saja spawn. Aku melihat sekelilingku mendapati beberapa karakter yang berpakaian mirip seperti pengawal kemarin. Kebingungan dengan hal itu aku menolehkan kepalaku ke kanan dan ke kiri. Kemudian, berhenti setelah mendapati karakter bermata merah yang menduduki singgasana dengan senyuman yang mengerikan.

Ooo, pantes dikepung.

"P. Maksud?" Aku mencoba berlagak seperti manusia yang lupa akan kesalahannya.

Dia kembali tersenyum. kemudian berkata "Make nanya?" Dia menatapku seolah-olah aku adalah buronan koruptor yang lepas kandang.

Aku yang tersinggung dengan tatapannya yang merendahkan diriku. Jadi aku membalas "Mohon maaf ya mas gue tahu, gue cuantik gak ada obat. Tapi jangan natap-natap begitu nanti gue syaltink."

Manusia mana yang gak ilfeel mendengar itu. Tengok tuh mukanya dah kek kucing abis nyium kaki babunya. Kalo ketawa dosa gak sih?

"Lu belum tahu peraturan sini kah?" Ucapnya dengan muka songong. Pengen banget ku tampol, gemes soalnya.

"Peraturan? Peraturan itu apa?" Tanyaku dengan muka karakter yang dibuat sepolos mungkin, mirip bayi agar memperkuat suasana membagongkan ini. Pengawal disitu menirukan muka batu moai (🗿). Para babu yang tengah membersihkan pun berhenti, reflek menjadi pusat perhatian. Anjay artis.

"Raja keknya dia goblok." Ucap salah satu babu.

"Lu babu, diam." Dasar babu satu itu memancing estehmosiku, yang sebesar selembar tisu dibagi 2. Astaga berdosa amat gue. Kagak salah sih dia bilang goblok, tapikan aku cuma bercanda masa dikira serius. Emang muka gue nampak segoblok itukah?

Aku menatap kembali kepada raja yang mengeluarkan sebuah perkamen. Sepertinya UUD tertulis. Kemudian, ia memberikannya pada orang berbadan hitam. Disclaimer! Ini bukan rasis, hanya saja dia benar-benar mengubah seluruh tubuh karakternya menjadi warna hitam pekat dan berpakaian warna merah.

"Terdakwa Red.Cat. atas kasus pelanggaran UU pasal 1 ayat 1, yaitu pelarangan mendekati ataupun menyentuh benda atau properti milik raja. Dan pasal 1 ayat 2 Penyalahgunaan kekuasaan." Lah ini game ada UUD juga? Gile berarti ada KKN dong. Astaga gak boleh gitu.

"Saya membantah." Dikira, aku? Titisan harimau merah ini takut sama UUD begitu? Paling juga gak ngaruh kalau pake duit. Aduh.

Orang bertubuh hitam berbalut kain merah itu. Kemudian, menatap tajam kepada terdakwa ini. "Apa alasanmu makhluk berdosa?" Ucapnya dengan angkuh. Sambil menggulung kembali perkamen dan menyerahkannya pada raja.

"Aku tidak membantah tuduhan mendekati dan menyentuh properti, tetapi aku membantah tuduhan mengenai menyalahgunakan kekuasaan." Aku dengan PD plus 45, dan kejujuran tingkat inpiniti ini. Mengajukan pendapatku sebagai rakyat, walau aku tidak tahu apakah pemerintahan disini memakai sistem Komunis atau Republik.

Raja mengfokuskan kembali pandangannya padaku. Terlihat percikan-percikan kemarahan di atas kepalanya. Dengan senyum yang dapat terlihat sangat dipaksakan itu ia berkata "Apa alasanmu membantah makhluk berdosa?"

Dengan senyum bangga aku menjawab "Karena aku belum diberikan kekuasaan secara resmi, ya kan." Walau ini hanya bercanda masuk akal, bukan? Namun, mungkin candaanku sedikit berlebihan. Kemarahannya tampak diambang batas. Ia beranjak dari singgasananya, dengan perlahan berjalan kearahku.

Hal terakhir yang dapat kulihat dari ponselku adalah senyuman kejamnya itu. Kemudian, layar ponselku menjadi gelap. Dan tertulis beberapa kata-kata 'Anda di tiadabumikan dari game ini selama 1 minggu atas ketidaknyamanan pemain bernama 👑 dan 29 pemain lainnya'. Waduh...

To be continued...

We've Never MeetTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang