CHAPTER-9

0 0 0
                                    

Sudah lama saat itu berlalu kini 2 Minggu skorsku di akun utama telah usai. Aku kembali bermain dengan akun utamaku.

Red.Cat. Online

"P, aku balek MWAHAHAHAHAHAH." Tawa menggelegar terdengar dimana-mana. Usai memuaskan hasrat untuk tertawa, aku kembali ke ruang rakyat untuk mengunjungi kamarku setelah sekian lama terpisah. Namun, bukannya dapat beristirahat aku malah mendapati koper dengan barang-barangku di depan pintu kamar. Pintu kamarnya terbuka dan aku melihat teman sekamarku.

"Apaan ini jir kok gue diusir?" Tanyaku dengan sopan tapi tak santun. Teman sekamarku hanya menatapku keheranan sepertinya ia lupa siapa diriku. Setelah cukup lama meneliti ia akhirnya mendapatkan jackpot berupa ingatan informasi mengenai diriku.

"Ouh maaf ya, pemilik sebelumnya udah balik lagi. Lu heran kan awalnya kenapa kamarnya udah dihias. Soalnya pemilik sebelumnya cuman pindah sementara. Jadi, maaf lu harus pindah ya." Eh emang boleh gitu? Enak amat, kek orang yang gak diundang di kondangan aja gue sampe diusir gini.

Tapi, dengan tidak ikhlas dan pasrah aku hanya terdiam sambil pergi menahan amarah. Kenapa? Tumben diem? Aku sudah terkena peringatan dan diusulkan sebaiknya tidak membuat masalah lagi. Jika tidak aku akan dihukum mati.

Kini aku terdiam di kantin menikmati makan malam. Layaknya gelandangan memikirkan harus tidur dimana malam ini? Ide tidak masuk akal muncul dan tidak beradab muncul di pikiranku. Gimana kalo, gue tidur di kamar yang gue temuin itu aja. Udah besar tempat tidurnya luas nyaman lagi.

Tanpa basa dan basi, usai makan malam aku segera pergi menyeret koper ke kamar itu membuka pintunya. Eh apa itu? Ada sosok telanjang dada dan hanya berbalut handuk di dalamnya.

BANG

Dengan kuat aku menutup kembali pintunya. Astaga setan kah? Ganteng amat bodynya. Boleh juga. Aku membuka kembali pintunya lagi. Eh, Raja? Lah ngapain dia disini. Ia menatapku tajam dengan kasar menarikku masuk ke dalam kamarnya. Belum sempat berteriak dia mendorongku ke dinding. Aku dikabedo- tapi boong Hayuk.

Aku berlutut di hadapannya. Ia duduk di kasur menatapku dari atas ke bawah dan sebaliknya.

"Mesum." Katanya menatap jijik ke arah diriku.

"HEH!, sembarangan mulutnya aku tuh gak sengaja. Lagian lu mandi kagak kunci pintu. Ntar ada babu yang ciluk baa tiba-tiba gimana?" Tentu saja aku membela diri. Pribadiku cukup keras dan aku bukan tipe orang yang suka mengalah.

"Ngapain di kunci. Satu-satunya orang yang berani nerobos tempat gue itu cuman elu." Aduh ditempeleng  (dijitak) otak gue njir. Iya sih yang lain kok bego amat ya mau nurut sama karakter satu ini.

"Lagian lu ngapain disini?" Tanyanya menatapku lagi.

"Eeh anu, pangku." Aduh keceplosan.

Ctak

Dijitak lagi. Huhu.

To be continued.

We've Never MeetTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang