9 - Perjalanan tuk Mengubah Takdir

13 4 6
                                    

Langit mulai berwarna putih, matahari telah menunjukkan dirinya, Zeyn berhasil pergi tanpa sepengetahuan anggota kerajaan lainnya. Berbekalkan peta petunjuk arah, Zeyn mengikuti setiap langkah yang ia tapak

Sebuah perubahan menanti, ada ambisi misi hayati. Meskipun Zeyn akan melalui perjalanan yang cukup jauh, ia yakin bahwa ia pasti akan sampai di tujuan

Zeyn membawa seekor kuda putih yang telah dipersiapkan oleh Tonji sebelumnya, tentu saja kuda itu bukanlah kuda milik Vince karena takut orang orang akan curiga jika Vince pergi dengan kudanya

Seharian penuh Zeyn menunggangi kudanya berlari menuju kaki gunung, kini tiba lah ia di bawah kaki gunung selatan seperti yang dikatakan oleh nona Ruwi sebelumnya

"Jika kau naik kuda untuk mencapai sebalik gunung itu, kau akan membutuhkan waktu yang sangat lama pangeran, untuk bisa mencapainya kau harus mendaki gunung itu maka kau bisa menghemat waktumu" perkataan Tonji terlintas di benak Zeyn, pemuda itu kemudian turun dari kudanya dan berencana untuk meninggalkan kuda itu sendirian

"Hey putih, aku tak bermaksud ingin meninggalkanmu sendirian disini, tapi tak mungkin bagiku untuk membawamu mendaki gunung ini, kau bisa tergelincir nanti. Jadi, kau tunggulah aku disini oke? Kau juga sudah lelah karena perjalanan jauh kita tadi, pergilah keliling dan cari makan disekitar sini, kalau mau cari pasangan juga boleh. Tapi ingat, jangan pasangan kuda lain yang kau ambil, paham!?"

'hihik - ihihik!' /  Kuda itu meringik seolah membalas perkataan pemuda yang tengah mengelus rambut yang ada di kepala kuda tersebut

Setelah itu Zeyn pun memegang erat tas ranselnya dan mulai berjalan sedikit demi sedikit mendaki gunung tersebut

--------------

Dikediaman Nona Ruwi, wanita tua itu tengah terduduk di kursi tua miliknya, mengetahui hal itu cucu perempuan satu satunya langsung menanyakan apa yang terjadi pada neneknya tersebut

"Dia tidak akan kembali" Nona Ruwi terus bergumam hingga membuat sang cucu penasaran

"Dia tidak akan kembali? Apa? Siapa maksudmu nek?"

Wanita tua itu perlahan menatap sang cucu dengan wajah melasnya, "pangeran itu pasti mati" nona Ruwi bergumam kembali dengan tidak jelas yang membuat perempuan itu semakin heran

"Pangeran? Maksud nenek pangeran kita, Vince?"

Nona Ruwi mengangguk dengan pelan, ia mencoba untuk membuka mulutnya untuk bersuara lebih jelas lagi, "aku telah menyuruhnya untuk menemui Salbatora, dan ia pasti sudah pergi sekarang"

"Apa!? Nenek, kenapa nenek lakukan itu? Salbatora adalah orang yang sangat berbahaya, apalagi kalau ia tau bahwa seorang pangeran yang datang menemuinya" sang cucu merasa terkejut atas hal yang telah dilakukan oleh neneknya

"Dia pembunuh, kakekmu meninggal karena ulahnya! dan karena perbuatannya itu aku kehilangan suamiku" ujar Nona Ruwi sambil menitihkan air mata

Cucu perempuan Nona Ruwi sudah tinggal bersamanya sejak ia kecil, nenek dan mendiang kakeknya adalah sosok orangtua baginya, perempuan muda itu bernama Sunja, ia sehari hari membantu neneknya berjualan obat herbal yang mereka buat sendiri

Sunja menyamakan tingginya dengan sang nenek lalu perempuan itu menghapus air mata dipipi wanita tua tersebut

"Nenek, Sunja tau kita sangat terpukul karena kematian kakek, tapi cobalah untuk mengikhlaskannya nek, dengan melakukan hal itu sama saja kita seperti seorang pembunuh, tidak jauh beda dengan pangeran itu."
Ujar gadis itu kepada sang nenek

Sunja melanjutkan, "jadi apa yang nenek suruh lakukan pada pangeran itu?"

"Nenek menyuruhnya untuk berendam di danau itu selama berhari-hari hingga Salbatora datang menghampirinya"

"Berendam berhari-hari? Pangeran itu pasti akan mati digigit oleh ikan ikan ganas danau itu" gumam Sunja

Gadis itu berpikir ini tidak benar, ini sama saja melakukan tipuan untuk membunuh seseorang, tapi apa yang harus Sunja lakukan, sudah pasti ia tidak bisa mendekati sang pangeran karena pasti banyak yang mengawal pangeran tersebut

Setelah berpikir cukup lama, dan haripun semakin gelap Sunja memutuskan untuk menyusul pangeran itu untuk melarangnya pergi ke danau tersebut dengan jalan pintas.

"Nenek, beritahu aku apa yang harus dilakukan agar pangeran itu terlepas dari kutukannya?"

/

Disisi lain, Zeyn yang terengah-engah langsung menghentikan langkahnya dan berencana untuk beristirahat, Zeyn mengambil air dan beberapa makanan dari tas ransel miliknya. Hawa mulai terasa sangat dingin, untungnya pangeran itu memakai pakaian yang cukup tebal. Kemudian pemuda itu membuat api unggun kecil dan mencari tempat berbaring yang nyaman, setidaknya tempat itu tidak dipenuhi ranting yang berjatuhan

Zeyn kemudian tidur dan akan kembali melanjutkan perjalanannya esok pagi pagi sekali, "sial, kenapa aku tidak membawa ponselku, walau tidak ada jaringan setidaknya aku bisa bermain game offline" ketus Zeyn berbicara sendiri

Ia merindukan kebiasaannya ketika berada didunia yang modern, seperti kebiasaan yang suka pergi ketempat karaoke, bermain bola dengan teman temannya, ke club' dan lain lain. Satu hal yang paling ia rindukan adalah 'Ibu'. Walau dia jarang pulang kerumah ibunya, kini rasanya sangat berbeda ketika ia tidak bisa, benar benar tidak bisa kembali kepada ibunya lagi.

-BERSAMBUNG-


Duh Nona Ruwi ternyata!?😨

-

Segini dulu ya untuk chapter kali ini, oh ya MINHEY HAMPIR LUPA UPDATE! haha yaampun, maaf banget kalo up nya kemalaman, Minhey sibuk kuliah karena jadwal emang padat🙏😫

Minhey bakal usahain buat konsisten up setiap Selasa dan Kamis ya Bestie Minhey😄🧡

Yuk jangan lupa vote dan coment sebanyak banyaknya ya, terimakasih dan see u hari kamisss!
Stay healthy!

THE MAZE OF LIFE [Arazzka Zeyn Sambara]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang