Part 3

215 50 8
                                    

Tujuh tahun kemudian

"Jessie, ayo buka mulutmu. Mommy tidak ingin kalian berdua telat nanti. Ayolah, contoh Kak Justin yang terus membuka mulutnya meskipun sambil bermain ponsel."

Sandra tampak kewalahan saat Jessie, anak perempuannya susah makan. Berbeda dengan kakak kembarnya, Justin sangat mudah makan dan penyuka apa saja. Tidak pilih-pilih makanan seperti Jessie.

"Mom, makanannya tidak enak." Jessie tampak menolak dan terus bermain gadget. Membuat Sandra kesal sendiri.

"Grandma susah masak ini, nanti kalau nunggu Grandma masak lagi, mommy bisa telat kerja."

"Ada apa? Kenapa ribut-ribut." Lukman muncul dari ruang tamu. Di teras depan, ia mendengar putrinya tengah mengomeli cucu perempuannya.

Bukan kali ini saja Lukman mendengar Sandra mengomeli Jessie. Hampir setiap hari Jessie selalu seperti itu. Susah makan padahal neneknya selalu memasak makanan yang katanya adalah kesukaannya.

"Grandpa, mommy selalu mengomeliku karena aku tidak mau makan. Padahal makannya tidak enak dan aku juga sudah kenyang."

"Honey, tidak boleh seperti itu. Grandma sudah masak itu buat kamu. Dan hampir setiap hari Grandpa mendengarmu tidak mau makan. Nanti kalau terus-terusan tidak mau makan, kau bisa kurus dan kekurangan gizi. Jika kekurangan gizi, Grandpa akan membawamu ke rumah sakit."

"No Grandpa!!! Rumah sakit sangat mengerikan. Aku tidak mau disuntik. Itu menyakitkan."

"Makanya sekarang buka mulutmu. Cepat makan dan berangkat ke sekolah. Kasihan mommy nanti telat kerja."

Dengan sungkan, akhirnya Jessie mau membuka mulutnya. Sambil bermain gadget, gadis itu akhirnya mau makan. Lukman tersenyum kemudian mengelus rambut Justin dan Jessie. Keduanya cucunya yang mungil dan lucu membuatnya sangat bersemangat ketika pulang bekerja.

"Grandpa berangkat dulu. Kalian berdua yang nurut sama mommy. Dan lagi, jangan rewel nanti di sekolah."

"Iya Grandpa." Jawab keduanya bersamaan dengan mulut masih penuh dengan nasi.

Sandra menghembuskan napas lega setelah kedua anak kembarnya sudah menghabiskan makanannya. Ia segera ke dapur untuk meletakkan piring dan melihat ibunya masih sibuk untuk merebus air.

"Ma, aku sudah selesai menyuapi anak-anak. Setelah ini aku akan mengantarkan mereka ke sekolah dan aku langsung berangkat bekerja."

"Iya. Hati-hati di jalan."

"Oke Ma."

Sandra mencium pipi ibunya kemudian mengganti pakaiannya dengan kemeja. Ia membawa seragam kerjanya di tas kemudian menghampiri putra dan putrinya yang sudah berdandan rapi. Hari ini mereka pertama kalinya bersekolah di tempat baru dan masuk kelas TK B.

"Ayo kita berangkat sekarang."

"Ayo mommy!!"

Justin dan Jessie segera meraih tas ransel mereka yang baru kemudian memakainya. Keduanya langsung menaiki motor matic yang dikendarai Sandra. Justin naik ke belakang, sementara Jessie berdiri di depan.

Setelah merasa kedua anaknya sudah aman, Sandra melajukan motornya ke sekolah yang tidak jauh dari rumahnya. Meskipun ke sekolah yang baru, kedua anaknya tampak sangat bersemangat.

Dua bulan ini mereka sekeluarga pindah dari Semarang ke Jakarta. Papanya naik jabatan dan dipindah tugaskan ke kantor induk yang ada di Jakarta. Akhirnya mereka semua ikut pindah kemari. Sandra yang semula tidak bekerja dan fokus untuk mengurus kedua anaknya, memutuskan mencari pekerjaan di sini karena biaya hidup di Jakarta juga tidak murah.

Memories From The Past Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang