VOTE DULU SEBELUM BACA!
FOLLOW dulu, buat yang belum!
**Taehyung sedang mengadakan panggilan video, bersama dengan asistennya, memberi instruksi tentang hasil penyelidikan yang sudah ia teliti. Ia mengambil cuti tiga hari penuh, dan menyerahkan beberapa tugas pada asistennya.
Ini masih pagi, pukul 7. Semalam, Taehyung tidur lewat tengah malam, selain sibuk bekerja karena akan mengambil cuti, ia memang sengaja memberi sedikit jarak pada Jennie. Ingat sekali, tamparan yang diberikan padanya kemarin pagi. Bukan, bukannya Taehyung kesakitan, tapi, fakta bahwa tamparan itu diberikan padanya karena Jennie amat membencinya, membuatnya sedikit sakit hati.
Mengusap rambutnya yang masih acak-acakan, Taehyung berjalan menuju kamarnya. Jennie masih meringkuk memeluk guling, dengan selimut menutupi leher. Ia mengabaikannya, segera memasuki kamar mandi.
**
"Ah, ya.. kemarin, aku sempat mendengar orang-orang membicarakannya.." mengolesi roti dengan selai cokelat, Taehyung menjawab pertanyaan pengurus dapurnya, Bibi Jung.
"Aku kasihan sekali.." Bibi Jung menghela napas, "dia hanya sebatang kara, sungguh malang nasibnya karena ditinggal Ayahnya.."
Tersenyum, Taehyung melanjutkan kegiatan sarapannya. Mereka sedang membicarakan kasus penusukan yang bulan-bulan ini menakuti masyarakat. Sebagai orang yang banyak tahu tentang kriminal itu, Taehyung menikmati perbincangan dengan Bibi Jung.
"Lalu, bagaimana nasibnya, Mr. Kim?"
"Pihak berwajib dan perlindungan anak pasti mengurusnya.. jangan khawatir, Bibi Jung.."
Percakapan mereka terhenti sejenak, kala mendengar langkah Jennie dari atas. Bibi Jung lantas memilih pergi, mencari pekerjaan yang bisa ia lakukan. Tentu saja, Bibi Jung tahu, pertikaian yang sering terjadi di rumah tangga Taehyung dan Jennie. Namun, ia tidak ingin menunjukkan keprihatinannya, akan sangat tidak sopan..
Taehyung tidak terganggu dengan wajah tidak bersahabat, yang ditampilkan Jennie. Ia terus menikmati makanannya.
"Jam berapa berangkat?" tanya Jennie, suaranya penuh permusuhan. Terkadang, Taehyung heran, bukankah melelahkan, marah sepanjang waktu?
Melirik jam tangan di pergelangan tangannya, Taehyung menjawab. "9. Kamu masih punya satu jam untuk bersiap. Sudah minta izin?"
Jennie mengangguk, ikut mengambil roti dan mengoleskan selai di atasnya.
Taehyung hampir menganga tidak percaya. Jennie? Sarapan dengannya? Keajaiban apa ini? Ini mungkin kedua kalinya, setelah pernikahan mereka 5 bulan lalu. Taehyung sampai harus meneguk air putih banyak-banyak, melancarkan roti yang tersandung di tenggorokannya.
"Nenekku suka bunga, nanti, mampir ke toko bunga, ya.. tolong pilihkan untuk Nenek.." pinta Taehyung.
Mendongak, alis Jennie menukik tajam. "Aku bukan pembantumu, yang bisa kau suruh-suruh. Kenapa tidak beli saja sendiri? Menyusahkan.. katanya cuma menemuinya, kenapa harus repot-repot seperti ini, sih?"
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐁𝐄𝐆𝐆𝐈𝐍𝐆 𝐅𝐎𝐑 𝐋𝐎𝐕𝐄 - 𝐓𝐀𝐄𝐍𝐍𝐈𝐄
Fanfiction"Beri aku alasan kenapa kamu sangat membenci pernikahan ini. Kalau itu karena kamu masih butuh waktu, aku bisa menunggu. Tapi, kalau ada alasan lain yang membuatmu sangat membenciku, tolong katakan.. aku akan menjadi lebih baik untukmu.." menahan ha...