DEWATA
"Jadi habis lo pisah positif sama negatif, lo tentuin mana yang masuk oksidasi mana yang reduksi," suara Dewa makin lama makin serak, tapi dia bersikeras untuk lanjut. "Kalo udah, lo samain jumlah elektronnya dengan cara dikali biar bisa dieliminasi."
Ren menatap lembar soal Kimia di tangannya dengan serius, tapi kemudian menggigit bibir dan menatap Dewa memelas.
Dewa berusaha biar nggak meledak. Dia sudah menjelaskan bagian itu setidaknya tiga kali, dan mereka bahkan belum membahas soal yang tingkat kesulitannya di level dua.
"Duh Gusti, gue bilang yang katoda itu pasangannya sama reduksi, Ren!" Dewa meninggikan suaranya, menepis tangan Ren sehingga anak itu berhenti menulis. Dia mengambil penghapus karet dan melenyapkan semua coretan Ren yang salah total.
Ren hanya menunduk. Ujung telinganya memerah.
Dewa menghela nafas. "Gini aja deh. Lo kerjain semua soal di halaman ini menurut pemahaman elo, ntar gue cek dan kita bahas mana aja yang salah. Oke?"
Ren cepat-cepat mengangguk. "Oke," sahutnya lemah.
Dewa hanya memijat pelipis dan menendang kaki ranjang, membuat kursi belajar beroda yang ia duduki bergerak menjauh dari Ren dan menuju ke arah meja di sisi tempat tidur. Lama-lama dekat si rambut pirang seperti membunuh satu-persatu sel di otaknya.
Dia membuka ROG, dan setelah menoleh lagi ke arah Ren untuk memastikan cowok itu fokus berlebihan pada soal-soal jahanam Kimia, Dewa membuka file tentang penelitiannya dan melihat sejauh mana perkembangan grafik yang sudah dia data.
Dipikir-pikir eksperimennya kali ini benar-benar menguras tenaga, dan dia bahkan cuma menjadikan Ren trial & error saja. Sudah berapa lama dia melakukan ini? Tiga minggu? Semua yang dia keluarkan rasanya nggak sebanding dengan hasil yang dia dapat, the fuck. Dewa mendecak kesal. Dia memutuskan untuk meninjau ulang kesimpulan data-datanya.
Report-1. Subjek dikenal sebagai seorang playboy, preman sekolah, berisik, berandalan, tidak teratur, dan temperamental. Kemampuan motorik halusnya juga rendah. IQ rata-rata, tapi dalam beberapa aspek benar-benar lambat mencerna. Secara keseluruhan benar-benar payah. Aset: penampilan, harta, popularitas.
Report-2. Subjek tidak punya sahabat atau teman dekat. Ada kelompok pertemanan, tapi sama sekali tidak berguna. Kemungkinan anak broken home. Sering hang out dan terlibat pergaulan bebas. Tidak punya tata krama, kasar. Secara psikologis juga labil. Trust issue. Kemungkinan punya kepribadian ganda. (catatan kaki: mulai analisis variabel interpersonal, aparat psikis dan psikoseksual.)
Report-3. Subjek menunjukkan respon positif terhadap human contact. Pertahanan yang dibangun kelihatan sudah mulai runtuh (butuh lebih banyak human contact dan konseling?). Mulai menaruh sedikit kepercayaannya (kelihatannya benar-benar desperate soal mendapat kasih sayang dan perhatian). Suicide attempts; kemungkinan untuk bunuh diri sangat besar (bukti pikiran subjek masih sangat pendek dan dangkal).
Report-4. Subjek menjunjung tinggi rasa kesetiakawanan dan kekeluargaan; loyal (despite having trust issue?). Berhasil menguasai emosi dan mengelabui orang luar. Butuh keadaan tenang untuk meruntuhkan pertahanan. Dipengaruhi faktor pribadi karena pendekatan dari dalam. (catatan kaki: mulai analisis pertahanan ego bagian represi, proyeksi, pembentukan reaksi, penolakan dan sublimasi.)
Report-5. Subjek memiliki kecerdasan yang lebih rendah dari yang diperkirakan. Kemampuan membina hubungan dengan orang lain tidak mengalami penurunan, cenderung naik. Emosi mulai stabil, terlebih setelah merasa mendapatkan rasa aman dari janji atau sumpah. Cenderung menyalahkan diri sendiri untuk setiap masalah. Sedikit gila.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Don't Give a Fuck [in ed.]
RomanceRenaro Bramansyah kena dare buat naklukin cowok aseksual super cuek yang ngebetein abis di kelasnya. Yah, lantaran kalo dia kalah predikat playboynya bakal kecabut, dia oke-in aja. °°° Dewata Pratama bukannya ansos atau gimana. Dia cuma nggak ngerti...