Alam sudah sampai di rumah. Dirinya langsung berbaring di atas sofa, sepasang sepatu yang ia pakai bahkan belum di lepas. Dengan semangat Alam membuka amplop surat yang sudah membuatnya penasaran sejak beberapa detik Senja memberikannya surat tersebut. Amplop berwarna biru muda yang entah di beli di toko mana, sangat jarang Alam melihat amplop berwarna biru muda. Itu lah kesan pertamanya. Kesan ke dua, Alam mencium aroma manis yang Senja semprotkan ke kertas suratnya. Alam membayangkan Senja menyemprotkan parfum ke secarik kertas itu. Kesan ke tiga, tulisan tangan Senja ternyata tidak terlalu rapih juga tidak terlalu berantakan, cukup ditengah-tengah, Alam tertawa kecil sejenak ketika melihat huruf 'e' yang agak berbeda dari yang lain, mirip seperti gabungan garis, melengkung besar disambung melengkung kecil.
Isi suratnya cukup sederhana, tak ada kata romansa ataupun kalimat yang memicu tanda cinta, yang ada hanya kalimat syukur. Isinya:
Andala Alam Bahtera, di manapun diri mu sekarang, kamu adalah salah satu tokoh yang kini membuat ku sadar bahwa menulis adalah nyawa sang penulis. Sejak dulu kalimat menulis adalah nyawa sang penulis sudah lama ku kenal, tetapi sejak kamu mengajari aku tuk bebas terbang tinggi menulis apa yang aku rasakan dan apa yang tidak aku rasakan telah membawa ku pada dua dunia yang membuat ku banyak memahami banyak hal. Kalau kamu tanya apa saja yang telah membuat ku paham, maka satu-satunya yang ingin aku bagikan kepada mu adalah: Menerima. Segala hal perlu menerima agar manusia tidak gampang putus asa.
Selesai menulis skrip ku pikir pertemanan kita akan selesai, tetapi bahkan kamu masih mau mengunjungi aku, tak lupa kamu juga mengingat Sita ketika kamu tahu ada aktor yang sahabat ku suka yang akan menjadi peran tokoh utama di film yang kamu tulis itu. Reza Rahadian, siapa sangka Sita akan bertemu aktor keren itu. Aku pun juga tidak sabar bertemu aktor hebat tersebut.
Aku juga ingin kamu sesekali berucap terima kasih kepada Kasih, dia cukup menarik dan baik hati mau mengundang kami. Aku juga ingin berterima kasih pada mu karena sudah datang dan membawa ku pada dunia menulis. Aku serasa menulis untuk dunia, dunia yang lebih besar. Sangat menakjubkan, Lam! Pengalaman yang tak akan pernah ku lupakan sampai aku mati.
Alam, sukses untuk perjalanan menulis mu. Aku dan Sita juga menanti hasil filmnya, tak sabar untuk kami tonton segera!
Dari ku, Jani, nama yang mulai ku suka.
Isi suratnya membuat Alam senyum-senyum sendiri, kemudian ia membaca ulang isi surat tersebut. Seperti ada ramuan yang meracuni pikiran alam bawah sadar, ia terus membaca ulang dan terus berulang. Apakah ada kalimat tertentu yang menarik hatinya? Oh, Alam, ia mengigau di dalam tulisan yang Senja tulis untuknya. Lagu Ride oleh Wave To Earth muncul dengan sendirinya di dalam benak Alam, membuat ia semakin tersenyum lebar.
Telah lama ia membaca, akhirnya ia ingat bahwa ia memiliki ponsel dan segala isinya. Alam menekan satu kali kontak yang ada nama Senja, kemudian Alam menulis pesan di dalamnya secara terputus-putus seperti:
Aku sudah baca suratnya! sangat menyentuh!
Aku juga berterima kasih!
Kamu juga yang terbaik, Jani.
Menyenangkan sekali membaca surat dari mu.
Kapan-kapan kirimkan aku surat lagi! Hahaha.
Kamu sudah tidur?satu jam berlalu, Senja tidak menjawab. Selama satu jam itu pula, selain tengah membersihkan diri ataupun menyiapkan beberapa tulisan untuk jadi bahan tulisan proyek selanjutnya, Alam masih saja membaca isi surat dari Senja. Ketika ia membuka ponselnya, tidak ada notifikasi pesan dari Senja kecuali dari seorang kawan di tempat kerjanya yang menanyakan mengapa Alam pulang cepat di pesta ulang tahun Kasih, seorang kawan lamanya yang mengajaknya ikut reuni, dari Antara yang menanyakan tentang perilah pengambilan adegan besok di Banda Neira.
Alam merasa sedikit kecewa. Di tengah kecewanya, ia membalas pesan satu-persatu dari beberapa kawannya. Ada yang bernama Kania, yang merupakan seorang kawan di tempat kerja yang sebelumnya menanyakan mengapa Alam pulang cepat di pesta ulang tahun Kasih. Kania adalah perempuan baik dan ambisinya lebih kuat dari rekan-rekan timnya, dia yang paling menonjol soal memperlakukan pekerjaan dengan cepat namun hasilnya tetap terbaik. Alam tak banyak memberi alasan bohong mengapa ia pulang cepat dari acara ulang tahun Kasih, isinya jujur mengantar pulang teman dan sudah terlanjur lelah karena bersosialisasi dengan banyak orang. Yang terakhir hanya alasan, Alam tidak lelah sama sekali.
KAMU SEDANG MEMBACA
Viva La Vida
KurzgeschichtenSenja, tidak mirip seperti keindahan semesta yang mempersilahkan langit berubah oranye, memanjakan mata, melahirkan puisi-puisi indah. Menjadi dia adalah realitas, menjalin rasa suka, persahabatan, seorang anak, seorang jati diri yang dicari tak ber...