Tuhan adalah baik bagi orang yang berharap kepada-Nya, bagi jiwa yang mencari Dia. Adalah baik menanti dengan diam pertolongan Tuhan.
Revisi akhir bagian lima. Ketika seorang tokoh menyusuri sebuah Gereja, kemudian duduk sendirian dari awal sebelum mulai ibadah, orang-orang mencari tempat duduk sebelum penuh dan bernasib duduk di luar. Sang tokoh yang kelihatannya sedang ibadah hanya mengikuti rangkaian ibadah. Ketika orang menunduk, dia akan menunduk. Ketika orang berdoa, dia akan berdoa, hanya berupa kalimat singkat tentang harapan dan kepasrahan. Ketika orang bernyanyi, bersenandung bersama malaikat Surgawi, ia hanya diam. Ketika semua orang saling memberi salam, ia hanya melakukan apa yang orang lain lakukan. Ketika ibadah selesai, ia mampir dan mengadu kepada Bunda Maria.
Senja memberikan tambahan pada beberapa dialog kepada tokoh yang sedang berdoa kepada Bunda Maria, dan seolah bayangan baik datang kepadanya mengucapkan: Jesus is real. Maka percayalah, keselamatan akan senantiasa datang kepada sang tokoh.
Senja bukan seorang manusia yang rajin berdoa dan datang ke tempat ibadah, tidak pula selalu berdoa disetiap makan dan minum, sebelum atau setelah bangun tidur. Seperti kebanyakan orang, ia berdoa jika sedang mengalami masa kesulitan.
Alam bilang. "Akan lebih mudah bagi kita berdua bekerja sama dengan aku memberikan skrip ini kepada mu. Supaya kamu tidak perlu mondar-mandir. Supaya kamu masih punya waktu untuk menyelesaikan kegiatan mu yang lain. Begitupun aku. Aku pasti akan menjadi yang pertama menghubungi mu, memastikan kamu tetap senang dan tidak terbebani dengan permintaan ku. Kalau kamu sedang butuh hiburan, beritahu aku, aku harus tahu diri karena kamu sedang membantu aku."
Tetapi Senja tidak pernah meminta hiburan. Kegiatan pagi seperti biasa yaitu membuat sarapan, membersihkan kamar, cuci baju, dan menulis catatan kecil kalau-kalau ayah dan bunda pulang ke rumah. Sudah hari ke tiga, mereka belum pulang juga. Lalu dari jam sepuluh atau kadang dari jam setengah delapan pagi, tergantung jam pertama kelas, Senja akan berkegiatan sampai sore di kampus. Bahkan bisa sampai jam tujuh malam, pas ketika perpustakaan sudah harus tutup. Biasanya Senja selesai jam tiga sore, biasanya ia akan meminta Sita atau Pras menemaninya di perpustakaan atau ruang mahasiswa kalau Senja sudah bosan berlama-lama di perpustakaan.
Senja ingat pesan Alam. "Mau semalas apapun berpindah, ketika kamu sedang menulis, jangan sungkan pindah tempat. Hal itu justru membantu kita untuk lebih tenang."
Palingan, Pras hanya bisa menemani Senja sampai satu jam lamanya. Pras akan bawel menceritakan banyak hal, berusaha mencairkan suasana agar Senja tidak bosan atau sumpek. Kali ini, Senja akan belajar untuk terbiasa, sedekat apapun dirinya dengan Pras, ia akan berusaha menganggapnya sebagai teman. Tunggu..... perbuatan barusan bukan karena Alam, kan? Tidak, Senja tidak menyukai Alam. Belum. Palingan Sita, biasanya ia yang paling setia menemani Senja, bahkan sampai pukul delapan. Senja sudah menceritakan tentang kebiasaannya menulis tambahan atau pengurangan skrip milik Alam, juga tentang Alam.
Kali ini, Sita yang sedang duduk manis di samping kanan Senja pun mengeluarkan senyum yang menurut Senja, mengerikan. "Tuhan sangat baik. Ini jalan-Nya, jalan yang paling mulia."
"Ah, Sita, jangan berpikiran sejauh itu." Balas Senja tanpa berpaling dari layar laptop, tangannya pun masih sibuk mengutak-atik skrip tersebut.
"Yah, siapa tahu? Ngomong-ngomong, ayah dan bunda mu kapan pulangnya? Bukannya aku keberatan kamu sering bermalam di rumah ku, tapi bukankag kita harus mengkhawatirkan mereka yang belum pulang tanpa memberi kabar, Senja? Ya, kan?" Sita mengakhirinya dengan pertanyaan untuk meyakinkan.
Bagian enam, selesai. Sejauh ini ada dua belas bagian. Tetapi semalam Senja melihat semuanya, hanya ada sepuluh bagian. Saat itu juga Senja menghubungi Alam, tetapi Alam bilang ia akan memikirkan matang-matang tentang dua akhir bagian itu. Senja tidak bertanya apapun untuk menghargai keinginan Alam. Proyek ini adalah mimpi Alam yang kesekian kali, yang akhirnya terkabul juga.
KAMU SEDANG MEMBACA
Viva La Vida
NouvellesSenja, tidak mirip seperti keindahan semesta yang mempersilahkan langit berubah oranye, memanjakan mata, melahirkan puisi-puisi indah. Menjadi dia adalah realitas, menjalin rasa suka, persahabatan, seorang anak, seorang jati diri yang dicari tak ber...