mungkin suatu hari nanti

33 1 1
                                    

Fiona Aprilia pov

Mata ku hanya melihat luar jendela kapal terbang dengan air mata yang dari tadi mengalir,kendi abu di pangkuanku terus ku pegang erat.

Kenapa orang yang aku sayangi selalu pergi begitu cepat?apa salah aku?tuhan yang maha kuasa beri tahu aku, dosa apa yang aku perbuat! hukum aku!!hukum aku!hukum aku bukan mereka!,tidak puas ka engkau melihat aku menderita sejak dulu!tidak puas ka engkau melihat ku tersayat-sayat dengan kesakitan luar biasa di dada ini!.

Aku memukul-mukul dada aku yang terasa luar biasa sakit,namun tangan lembut menghentikan tangan aku yang terus memukul kuat dadaku sendiri.

Aku berpaling melihat dia di sebelahku dia yang sudah menjadi pendamping seumur hidupku,wajah yang selalu terpampang keceriaan kini hanya terhidang wajah pucat lesi, dengan mata yang begitu sembab.aku menurunkan anak mataku melihat orang yang ku kasihi terlihat tidak bermaya di depanku.

Dia juga akan pergi dalam hidupku, kenyataan yang baru sahaja mengejutkan aku.saat doktor mengatakan hidupnya tak lama lagi,kerana pendarahan otaknya sudah terlalu parah,kini aku hanya pasrah saat orang yang aku sayangi satu persatu pergi meninggalkan aku di permukaan bumi menyakitkan ini.

"Sayang jangan nangis oke, nanti papa tidak tenang di sana"jari telunjuknya menunjuk di atas dengan Senyuman pucat itu berusaha menghiburku,hatiku tersentak sakit kerana mengingatkan senyuman di hadapanku ini akan menghilang bila bila sahaja.

Iya memang betul kata orang kita hanya dapat merancang,tapi yang menentukan hanya dia, dia yang maha kuasa di langit mahupun di bawah langit.

Tangis ku mangkin kuat mengingat semua akan meninggalkan aku sendiri disini,aku tak sanggup boleh ka aku ikut!ikut bersama mereka semua di sana.aku sudah tidak sanggup.Adonia membawa badanku dalam pelukan hangatnya.

Perjalan ini sangat panjang kami berdua tempuhi,kami berdua terbang di pulau caroline,tempat awal kesah percintaan papa mama terbaja.nama pulau yang indah sehingga nama pulau caroline diberi kepadaku anak cahaya pertama mereka berdua.

Mata ku terlalu berat,alam mimpi seakan memanggil-manggil namaku, ditambah lagi pelukan hangat Adonia membuat aku benar-benar ingin melelapkan mata,aku sungguh penat!











___________________________________________
Pulau caroline
____________________________________________











hamparan luasnya lautan terhidang di depan mata kami berdua.air ombak menyapu kaki telanjang kami berdua,angin yang bertiup mengibas pakaian yang kami kenakan.

Mata aku tertujuh seberang lautan diseberang terlihat langit jingga dan matahari yang kian tertelan.aku menunduk melihat kendi Abu yang masih ku peluk,aku berpaling melihat adonia disebelahku, senyuman pucatnya daritadi terukir lebar dan tatapannya tertujuh langit jingga yang terbentang
Luas.aku tersenyum kecil sedikit lucu bagaimana tidak?mataku tertujuh lautan manakala mata dia pulak tertujuh di langit jingga.aku berjalan sedikit mendekat kearahnya dan aku mendaratkan kecupan di pipinya sehingga dia melihat aku terkejut,aku tertawa lepas melihat reaksinya seperti budak-budak yang terkejut.

"Napa nak marah?marah lah"ujarku mengolok kerana aku tahu dia tidak suka dibuat terkejut.

"Ish"hanya itu yang keluar dari mulutnya yang membuat aku tertawa.rasa sedih tadi sedikit menghilang kerana dia,dia yang aku sayangi dan cintai.

"Jom kita tabur abu papa"ujarku lembut sambil menarik tangannya menujuh lautan.kami berdua berdiri di bibir pantai dan menaburkan abu papa di lautan.

"Berbahagialah papa, mesti papa gembira disana kerana sudah berjumpa dengan mamakan?"ujarku sebak dengan mata yang melihat abu papa terbawah ombak.

"Papa mesti gembira kerana sudah bergumpul dengan Clara dan mama"ujarku lagi dengan air mata yang membasahi pipi.aku memejam mata tatkala tangan sejuk lembut mengusap air mataku di pipi.

"Saya tak ingin...saat saya pergi melihat air mata menyakitkan ini keluar dari kelopak ini"ujar Adonia memegang kedua kelopak mataku.aku tersenyum sambil memegang tangan lembut Adonia,aku mencium telapak tangan Adonia dengan iringan airmata yang terus mengalir.

"Tolong jangan tinggalkan saya okay?saya nak awak tetap disini"ujarku sayu membawa badan kami berdua menyatuh dalam pelukan hangat.

"Saya tak pernah pergi"bisik Adonia di telingaku, bisikan yang hanya membuat ku tenang dari siksaan kehilangan sesaat.

"Saya selalu ada..tak pernah hilang disini"tunjuknya di dadaku,aku mengangguk.

"Iya saya percaya awak tak akan pernah pergi kerana saya dan awak ada disini,kecuali disana mengambil awak dariku"ujarku menunjuk di atas langit dengan dada yang sesak.

"Dia akan menyatukan kita kembali di suatu hari nanti yang bahkan saya sendiri pun tidak tahu"ujarnya dengan airmata yang luruh jatuh membasahi pipi.aku menunduk menjatuhkan kepalaku di atas kepalanya.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Aug 24 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Budak CintaWhere stories live. Discover now