Siang ini Aruna dengan terpaksa mengambil cuti untuk tidak melakukan syuting, selain karena kondisi tangannya, ia pun ada janji menemui Hermawan siang ini di kantor pria paruh baya itu.
Aruna tidak tahu apa yang diinginkan oleh Hermawan darinya, karena pria itu tidak menjelaskan apapun saat meneleponnya tadi pagi. Tapi lantaran penasaran dan mengkhawatirkan ayahnya, tanpa pikir panjang Aruna bertandang ke kantor Hermawan--mengabaikan kondisinya pasca insiden penyerangan Andini.
Emil turut serta mengantarkan Aruna sebab mengkhawatirkan keselamatan artisnya itu, terlebih kondisi tangan Aruna yang terluka tidak memungkinkan wanita itu untuk menyetir. Oleh karena itu sebagai manager sekaligus sahabat, Emil tentu tidak keberatan untuk menjadi supir bagi Aruna. Emil bahkan sudah melakukan itu sejak lama, namun akhir-akhir ini Aruna yang memilih membawa kendaraan sendiri dengan alasan ingin bebas dan butuh privasi.
"Pokoknya denger ya Run, mulai hari ini gue yang akan nganter jemput lo lagi kayak dulu! Terserah lo mau keberatan mau kagak, ini demi kebaikan lo! Gue cuma takut lo kenapa-napa kayak tadi pagi!" Emil terus mengulang ucapannya seakan Aruna tidak dengar.
"Tapi gue bisa jaga diri gue sendiri, Mil!" Aruna yang merasa kesal akhirnya membantah ucapan managernya itu.
"Bisa jaga diri lo bilang?" Sembari mengemudi, Emil menoleh--memberikan tatapan terkejutnya ke Aruna yang duduk di jok sebelah. "Kalau lo bisa jaga diri nggak mungkin tangan lo sampe begitu!" Ia melirik tangan Aruna yang di balut perban.
"Namanya juga musibah, yang penting kan sekarang gue masih hidup!" sahut Aruna santai dengan mata memejam.
"Iya sekarang lo masih beruntung, besok-besok kita nggak tahu apa yang bisa Andini lakukan ke lo!"
"Makanya lo doainnya yang baik-baik dong buat gue!" Memiringkan wajahnya kearah jendela, Aruna bersedekap.
"Itu sih nggak usah lo suruh, tapi do'a aja nggak cukup kalau lo nggak melakukan apa-apa! Mestinya lo laporin itu si Andini ke penjara atas perbuatannya yang hampir ngebunuh lo tadi pagi!" Emil berbicara keras seolah ingin menyadarkan Aruna akan bahayanya saudara tirinya itu.
Aruna menghela napas. "Udah gue bilang, gue punya rencana! Gue pasti bales perbuatan Andini tapi nggak sekarang!"
'Karena gue... Masih pengen lihat dia menderita!' Batin Aruna melanjutkan.
Ya, Aruna memilih untuk tidak melaporkan Andini sekarang bukan karena ia tidak tega, melainkan ia masih ingin membuat wanita itu lebih menderita. Bahkan bukannya nerasa marah dengan kejadian tadi, ia justru merasa puas setelah melihat sendiri penderitaan yang Andini alami usai pernikahannya dengan Leon.
Melihat Aruna yang justru senyum-senyum sendiri membuat Emil merasa heran. Ayolah, ia saja mengalami trauma sebab kejadian tadi pagi. Tapi bagaimana bisa Aruna terlihat biasa-biasa saja dan justru terlihat senang.
Apakah kesakitan demi kesakitan yang Aruna alami di masa lalu membuatnya mati rasa hingga hatinya tidak lagi bisa merasakan gejolak perasaan yang seharusnya?
Memikirkan itu Emil menjadi kasihan kepada sahabatnya itu. Pantas saja jika kini Aruna tidak mempercayai siapapun, Aruna juga selalu menganggap buruk semua orang seakan tidak ada ketulusan di dunia ini.
Emil bertanya-tanya apakah Aruna pun juga tidak menganggapnya tulus selama ini?
Sayangnya Emil tidak punya cukup keberanian untuk menanyakan hal itu pada orang yang hatinya penuh luka masa lalu? Lagipula ia tidak ingin hubungannya dengan Aruna menjadi renggang karena pembahasan itu. Namun ia selalu berharap yang terbaik bagi Aruna.
***
Aruna meminta Emil untuk menunggunya di dalam mobil sementara ia menemui Hermawan di kantornya seorang diri. Namun berpikir dirinya hanya sendirian yang menemui Hermawan nyatanya salah saat mendapati adanya Leon di ruang kerja pria paruh baya itu. Seketika ia pun menyadari bukan hanya ia yang dimintai kedatangannya oleh Hermawan tapi Leon juga.

KAMU SEDANG MEMBACA
Aruna (Terjerat Cinta Dan Benci)
RomanceBlurb: Aruna tidak menyukai segala hal yang berhubungan dengan Andini, sang kakak tiri yang selalu berhasil membuatnya tersisih di dalam rumah sendiri. Sebagai satu-satunya orang yang dekat dengan Aruna, Leon mengetahui jelas bagaimana kebencian itu...