"Oh, boleh." Aruna tergeragap, terlebih saat ia mendapati jika kini keberadaannya telah di ketahui oleh Leon.
Sial!
Setelah berfoto beberapa kali dengan sang idola, kedua remaja itu pun mengucapkan terima kasih lalu pamit undur diri. Tidak ketinggalan mereka juga memuji kecantikan Aruna yang lebih cantik aslinya dari pada di layar kaca.
Menyadari Leon akan menghampirinya, Aruna pun berjalan cepat meninggalkan tempat itu layaknya di kejar setan. Tentu tak sulit bagi Leon mengejar langkah kaki Aruna mengingat betapa mungilnya tubuh wanita itu di banding dirinya.
"Lepasin!" Aruna mengentak tangan Leon saat pria itu berhasil mencekal pergelangan tangannya.
"Aku antar kamu pulang!" ucap Leon tanpa rasa bersalah.
"Gue bisa pulang sendiri!" Aruna membalas ketus.
"Tapi kamu nggak seharusnya bawa mobil sendiri, tangan kamu belum benar-benar pulih!" timpal Leon dengan tetap memegangi Aruna kendati wanita itu terus memberontak.
Aruna memutar tubuhnya, memperhatikan sekitar sebelum menatap Leon dengan tajam. "Jangan sok peduli sama gue! Mending lo urus cewek lo itu biar nggak bundir lagi!" tandasnya tajam.
Leon yang merasa tertampar oleh kata-kata Aruna tanpa sadar mulai lengah, hingga wanita itu berhasil meloloskan diri. Tapi begitu mendapatkan fokusnya lagi, Leon kembali mengejar Aruna.
"Berengsek! Ngapain lo masih ngejar gue sih?" sembur Aruna dengan ledakan emosi saat lengannya lagi-lagi di cekal oleh Leon.
"Aku hanya ingin ngantar kamu, itu aja!" jelas Leon dengan sabar.
Plak!
Aruna menampar wajah Leon dengan semua pengendalian diri yang sudah terkuras habis. "Seminggu ini lo kemana? Lo biarin orang lain buat ngantar jemput gue, sementara sebagai suami lo malah ngilang di saat gue membutuhkan peran lo! Oh iya gue lupa, lo pasti sibuk ngurusin cewek lo itu kan?" Tatapan Aruna penuh luka, Leon mungkin kesakitan karena tamparannya tapi hati Aruna jauh lebih sakit.
"Itu nggak benar, Runa!"
Aruna terkekeh pahit. "Untuk apa lo berkelit? Kenyataannya gue memang nggak pernah lebih penting buat lo dari Andini. Dan hari ini gue menyaksikan sendiri, betapa tanggapnya lo ketika terjadi sesuatu dengan cewek lo itu! Sementara waktu gue terluka.." Ia kembali mengulas senyum pahit. Matanya mulai panas dan berair. "Sudahlah, lepasin gue sekarang! Dan tolong tepati janji lo waktu itu yang bilang lo nggak akan mencampuri urusan gue, karena gue pun akan melakukan hal yang sama terhadap lo!'
Pada mulanya Leon masih bergeming, tidak juga melepaskan Aruna. Namun entah karena apa wanita itu pun akhirnya di lepaskan begitu saja. Sementara Aruna sudah melangkah menjauh, ia masih terpaku di tempat semula hanya untuk mengawasi setiap langkah kaki wanita itu--wanita yang ia cintai namun selalu ia sakiti.
Di lain pihak, Aruna yang masih dalam suasana hati yang buruk pasca pertemuannya dengan Leon tanpa sengaja menabrak seseorang di lorong rumah sakit. Tanpa mencari tahu lebih dulu siapa yang baru saja ia tabrak, ia pun hanya melontarkan kata maaf sebelum melanjutkan perjalanan kembali. Pertemuan beruntunnya dengan sang ayah dan juga Leon sukses merusak mood-nya siang ini.
"Runa?"
Panggilan itu menghentikan langkah Aruna, ia buru-buru menyeka sudut matanya yang basah saat berhasil mengenali suara itu.
"Kamu kok ada disini?" tanya Evan yang kini sudah melangkah ke hadapan Aruna yang masih menundukkan wajah.
"Eh Van, tadi aku.... Aku habis nengokin papa," sahut Aruna dengan senyum palsunya, merasa lega karena ia tidak perlu berbohong pada pria ity. "Kamu sendiri kenapa ada disini? Kamu kerja juga di rumah sakit ini?" tebaknya saat menyadari jas putih yang Evan kenakan.
![](https://img.wattpad.com/cover/340419462-288-k481030.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Aruna (Terjerat Cinta Dan Benci)
RomanceBlurb: Aruna tidak menyukai segala hal yang berhubungan dengan Andini, sang kakak tiri yang selalu berhasil membuatnya tersisih di dalam rumah sendiri. Sebagai satu-satunya orang yang dekat dengan Aruna, Leon mengetahui jelas bagaimana kebencian itu...