Bab 10

266 47 9
                                    

Lelah berdebat, Aruna memutuskan mengabaikan ucapan pria itu.

"Kamu tidak perlu khawatir aku akan mencampuri urusanmu, karena aku hanya di tugaskan untuk menjagamu!"

Aruna memejam, merasakan kecamuk hebat di dalam kepala dan juga hatinya. Dulu ia dan Leon memang pernah tinggal di rumah yang sama dan tumbuh bersama-sama. Tapi kini semua telah berubah, bagaimana mungkin ia bisa tinggal serumah dengan pria yang sudah menghancurkan hatinya dan hanya berdua?

Sekali lagi, Aruna mengabaikan ucapan Leon. Berdebat dengan Hermawan cukup menguras tenaga, hingga ia hanya ingin pulang dan mengistirahatkan raga dan jiwanya.

Leon mengejar langkah Aruna hingga ke pintu. "Benar kata Om Hermawan, ini demi kebaikanmu, Runa! Kamu memang tidak aman tinggal sendiri sementara saat ini kamu adalah seorang publik figure!"

Aruna mengepalkan tangan, perkataan Leon kali ini berhasil membuatnya menunda keinginannya untuk pergi. Ia memutar tubuhnya, menatap Leon dengan lelah. "Kamu pikir siapa yang telah melukaiku tadi pagi, hmm?"

Kening Leon otomatis mengerut, menahan nafas saat sebuah nama tiba-tiba muncul di kepala.

"Ya Leon, dia kekasih lo! Andini! Dia orang yang ingin menghabisi nyawa gue tadi pagi! Yang memberikan gue luka ini!" Aruna menunjukkan tangannya yang terbalut perban.

"Andini?" Leon terkejut luar biasa hingga tidak bisa berkata-kata.

"Ya, Dia! Lo pasti nggak percaya kan, cewek lo yang spek malaikat itu ternyata sanggup melakukan hal gila kayak gini?" Aruna menggeleng, sangat kecewa pada respon Leon yang hanya bungkam. Ia lantas memilih meninggalkan pria itu, seketika merasa menyesal telah menceritakan apa yang ia alami kepada Leon jika nyatanya pria itu tidak mempercayai ucapannya.

Aruna yang sudah mencapai pintu keluar, terkesiap saat lengannya di cekal dari belakang. Leon, pria itu berhasil mencegah kepergian.

"Aku percaya, tadi itu aku hanya terkejut mendengarnya," ucap Leon lembut.

Aruna mencibir. "Lo terkejut karena lo selama ini selalu menganggapnya orang baik!" Ia mengentak tangan Leon dan berbalik untuk meninggalkan pria itu.

"Perjodohan kita benar-benar mengejutkan semua orang, Runa! Terlebih dengan Andini, sulit baginya untuk menerima keadaan ini. Aku harap kamu bisa memahami perasaannya." Leon menatap murung punggung Aruna.

Langkah Aruna terhenti kembali. "Jadi lo minta gue untuk memahaminya?" Aruna menoleh lewat bahunya, kata-kata Leon berhasil mengenai hatinya. "Bahkan sekalipun itu membahayakan nyawa gue?"

"Bukan begitu maksudku...."

"Kalau lo begitu memahami perasaannya, seharusnya lo menolak untuk dinikahkan sama gue, brengsek!" Aruna berteriak marah, tak peduli sekalipun kata-katanya menarik perhatian orang lain di sekitar mereka.

Leon hanya bisa bergeming melihat kepergian Aruna, ia menyadari kesalahannya yang secara tidak langsung telah membela Andini. Padahal ia seharusnya tidak perlu mengatakan itu, sebab apa yang ia katakan tadi akan semakin membuatnya kehilangan kepercayaan dari Aruna.

***

"Berengsek!!" Memasuki mobil, Aruna masih memaki dengan emosi yang meluap-luap.

"What?" Emil kebingungan melihat Aruna yang marah-marah memasuki mobilnya. "Lo kenapa Run? Tadi itu Leon kan?" Ia memberondong Aruna dengan pertanyaan.

"Bagaimana mungkin mereka meminta gue untuk percaya sama pria yang...." Kekesalan yang Aruna rasakan, membuatnya sulit untuk merangkai kata.

Emil menunggu Aruna menyelesaikan ucapannya namun wanita yang duduk di jok sebelahnya itu malah bungkam dan memalingkan wajahnya ke jendela.

Aruna (Terjerat Cinta Dan Benci)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang