LAB HOROR

6 1 0
                                    

"Kenapa lo pake jaket kek gitu?" Tanya Rain sembari bangkit dari tempatnya duduk. 
"oh, ini bukan jaket. Ini almamater gua" Ar mendekat ke arah Rain. "Pasti lo udah di kasih tau walas lo kan buat school tour bareng ketos?" Rain perlahan mundur hingga ia terpojok di satu sudut. " e..ah.. i-iya. K-ketosnya ada dimana ya?" Rain memberi jarak aman dari Ar yang semakin mendekat. " Dia ga hadir" Ar mengangkat tangannya lalu mengarahkannya kepada pipi Rain. "huh.. andai gue boleh jujur jikalau gue suka sama lo." Bisik pelan Ar. "Hah??" Rain yang mendengar itu pun spontan menarik paksa tangan Ar yang ada di pipi Rain. "l-lu ngomong apa tadi?" Tanya Rain. "hah? eng-nggak gapapa. Yuk school tour" 

Ar menarik Rain yang masih terdiam karna perkataan Ar. Ia masih mencerna dengan sekuat tenaga, pipi Rain memerah dan wajahnya mulai memanas. Mereka pergi meninggalkan rooftop dan kembali ke lantai satu. 

***
Mereka pun mulai berkeliling area sekolah dimulai dari gerbang sekolah hingga area atas sekolah alias rooftop. Mereka kembali lagi ke lantai 1 untuk berkeliling area taman. Rain memperhatikan dengan baik penjelasan dari Ar tentang sekolahnya itu, mulai dari ruangan terindah sampai terseram. Menurut murid lain, ruangan yang paling terseram adalah ruang lab ipa yang terletak di lantai 1. Dimana ruangan itu di penuhi banyak sekali torso manusia maupun hewan, yang konon katanya setiap 1 bulan sekali berpindah tempat. Rain yang tak percaya itu pun tertawa " Ahahahah, mana ada manekin kek gitu bergerak, paling di pindahin sama guru" Bantah Rain " hmm, gue juga ga percaya sih. Apalagi di zaman sekarang masih percaya hantu?" Ar menggelengkan kepala. 

" Ra, gue  mau ke toilet dulu sebentar, lo keliling aja bentar kemana kek. nanti kalau udah gua tunggu di sini lagi" Ar melepaskan Almamater nya yang berwarna hitam bergaris putih itu dan memberikannya pada Rain. " Tolong pegang sebentar" Ar mulai berlari ke arah toilet yang dimana letaknya sangat jauh dari area taman. Rain terdiam sebentar dan mulai melangkahkan kaki nya menuju suatu tempat. " hmmm, aku penasaran sama Lab ipa nya. Emang bener ya?" Rain melipat Almet itu ke tangan nya dan mulai berjalan ke arah lab ipa. 

Sesampainya ia di depan, Rain mengetok pintu lab ipa. " Permisii, ada orang?" 

........

Hanya keheningan yang di dapat Rain. Rain pun memberanikan diri untuk membuka pintu ruangan itu. Yap, tidak terkunci. Ruangan itu dingin dan sangat terang, berbeda dengan yang di ceritakan murid lain. " hmm, adem banget. Ngadem bentar ah" Rain menarik kursi dan mulai duduk. Rain iseng sedikit mengecek di setiap sudut ruangan. ternyata ada pintu di pojok ruangan " hm, apa itu yang katanya bikin seram?" Rain perlahan mendekati pintu itu. *tok.. tok.. tok* Tak ada jawaban. Rain menghiraukan itu dan mulai meranjakkan kaki nya keluar lab. " hm, gaada apa apa tah. Ga serem juga" Rain merasakan terik matahari mulai menyentuh kepala nya. Rain dengan reflek menutupi kepalanya menggunakan almet Ar. " eh? " 

' Avan Raymond ' 

Terpampang jelas di depan hadapan Rain. Almet itu milik seseorang bernama ' Avan Raymond' " Hei, di sini" Rain terkejut kehadiran Ar yang berada tepat di belakangnya " Ah?? Kaget gue. Gue kira setan yang ngikutin gue dari lab tadi" Rain mengelus pelan dada nya. "hm? Lab tadi? Lo barusan ke lab?" Ar mengambil Almet yang berada di tangan Rain dan mulai memakainya kembali. "ah.. i-iya. Habis ga di kunci, terus adem lagi di dalem" Rain menggarukkan kepalanya yang tak gatal " hm??" Ar terheran-heran dengan jawaban Rain. Ia berjalan menuju lab ipa. Ar mencoba membuka pintu itu tetapi terkunci. Ia mengeluarkan kunci lab ipa dan membukanya. 

Bomm, Semuanya gelap, suasana nya panas. Tak ada penerangan satu pun. " HA?? K-KOK? ? Rain terkejut dengan apa yang ia lihat. " Nah, makannya gue bingung, lab ipa kan kuncinya di gue, terus Ac lab tuh lagi rusak, sama terakhir kali tuh lampunya di matiin" Ar kembali menutup pintu lab itu dan mulai menguncinya. " K-kok kunci nya ada di lu? Pasti lu yang kunciin ya pas lu liat gua abis keluar lab?" Rain merinding ketakutan. " ha? enggak, gua baru aja sampe tadi pas lo lagi diem terus tiba tiba lo make almet gue buat nutup kepala lo. 

" Hah? diem? G-gue dari tadi jalan??" " nggak, halu kamu" Ar menarik pelan tangan Rain dan berjalan menuju kantin. " dah, lu kecapean kali. Mau beli apa?" Ar menarik kursi dan memperlisahkan Rain duduk. "ehm...roti aja deh" " Oke, tunggu" Ar berjalan menuju salah satu budhe yang menjual roti. "* emang dari tadi gue diem ya? Gue jelas jelas jalan keluar lab. Lab nya Horor banget*" Gumam Rain. Setelah menunggu beberapa menit, Ar pun tiba dan duduk di hadapan Rain. " nih Roti nya, cuma ada rasa kopi. Sama nih tek ucuk nya" Ar menyodorkan itu kepada Rain, Ar melepaskan Almet nya dan melipatnya di atas meja. " Hufth gerah banget" Ar melirik jam di tangannya yang menunjukkan sudah pukul 5 sore. " Nanti lo pulang pake apa?" Tanya Ar. "ah? naik bus sekolah sih, soalnya lewat depan rumah juga." Rain membuka bungkus roti itu dan mulai melahap nya. " Mau gua anter ga?" Ar menaruh tangan di pipi nya dan menatap tajam ke arah Rain. "hm? emang lo bawa apa?" " Mobil" *Uhukkkkk* Rain tersedak ringan mendengar jawaban Ar. " Yaudah boleh, hehe" 

Setelah mereka selesai merehatkan diri di kantin, mereka pun berjalan menuju mobil Ar yang terparkir di parkiran sekolah itu. Ar membuka pintu mobil dan mempersilahkan Rain masuk. " Ayo masuk" Ar mulai menyalakan mesin mobil dan mengaktifkan radio. *vroom vroom* Selama perjalanan Rain sibuk bermain dengan ponselnya, hingga Rain teringat sesuatu.  " Oh ya Ar, mau nanya" Ar hanya membalas anggukan dan dehaman saja " hm?" " Avan Raymond tuh kamu? 

***
**

RAIN TIDAK SUKA HUJANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang