Satu

2.9K 169 0
                                    

Seorang gadis kecil berlari-lari di taman dan kemudian terjatuh karena tersandung. Dirinya menangis sesenggukan. Kemudian seorang pria mendatanginya dan membantunya berdiri.

"Sakit sayang?" Tanya pria itu membersihkan pakaian kotor gadis itu.

"Ini, atit," kata gadis itu menunjuk lututnya yang lecet.

Pria itu dengan cekatan membersihkan luka pada lutut gadis itu. Dengan sedikit membasahi sapu tangannya dia membersihkan lutut gadis itu.

"Atit,"kata gadis itu. Pria itu langsung menggendong gadis itu dan membawanya.

"Makanya kan ayah dah bilang jangan lari-lari," kata pria itu mencium pipi putrinya.

"Na ngejar kupu-kupu," kata nya menunjuk kupu-kupu yang melewati mereka berdua.

"Ya udah biar aja kupu-kupunya, sekarang mau pulang gak?" Tanya Pria itu. Gadisnya hanya mengangguk bersemangat.

Kedua orang itu berjalan dengan gembira di sepanjang jalanan kota Tokyo. Menikmati bunga-bunga yang bermekaran dan panasnya sorot mentari musim semi di negeri orang.

Dibelahan dunia lain. Seorang wanita, tinggi semampai, dengan rambut pirang, wajah bule, dan senyum gummy smile, dirinya sibuk dengan pemotretan yang dilakukannya.

"Kak abis ini ada jadwal interview di podcast ya," kata gadis manajernya. Wanita itu hanya mengangguk sambil terus menyelesaikan pemotretannya.

"Chika, hi beb,"sapa seorang wanita lainnya datang bersama pria gagah tampan di sebelahnya.

"Shel, pa kabar?" Tanya wanita yang disapa Chika itu.

"Baik, eh ni kenalin tunangan gue Aldo," kata Ashel mengenalkan pria di sebelahnya.

"Chika," kata Chika menyalami Aldo, salaman yang cukup lama dari normal. Chika buru-buru menarik tangannya saat sadar Ashel melirik mereka.

"Lu dah mau lanjut?" Tanya Ashel, Chika mendapat nada usiran dari perkataan Ashel.

"Hmm bentar lagi kok," kata Chika.

"Oke, yang, aku ganti baju dulu ya," kata Ashel berpamit pergi, meninggalkan Aldo dan Chika berdua.

Saat Ashel kembali dirinya tampak terkejut dengan Chika yang sudah ngobrol akrab bahkan sampai tepuk-tepuk paha tunangannya. Namun Ashel masih menahan dirinya.

"Eh Chik, katanya masih ada kerjaan, boleh lho kalo mau lanjut," kata Ashel senyum namun jelas nadanya Sarkas.

Chika pun akhirnya memilih pergi bersama manajernya meninggalkan tempat pemotretan.

Disebuah rumah besar di daerah perumahan elit dikota itu. Seorang pria paruh bawa duduk bersama putra sulung nya santai di teras belakang rumahnya.

"Zee, adekmu sama ponakanmu pulangin aja, sudah terlalu lama mereka jauh dari kita," kata pria tua itu.

"Tapikan pergi kesana dia yang mau pa, bukan kita yang nyuruh, jadi kalo dia mau pulang, dia pasti pulang sendiri kok," kata si sulung yang di panggil Zee itu.

"Kasian mamamu hari-hari sedih karena gak ada adekmu," kata sang papa.

"Iya, nanti Zee coba obrolin lagi sama Tian pa," kata Zee sambi menyeruput kopinya.

Malam itu Tian baru saja menidurkan putrinya. Dia mengangkat telpon dari abangnya, yang menanyakan keadaannya dan keponakannya. Kemudian menyampaikan permintaan sang papa untuk pulang. Tian hanya menjawab akan dipertimbangkan lagi nanti.

Tian menatap langit melihat indahnya bintang. Merenungkan apa yang telah dia tinggalkan jauh di Negeri asalnya. Tian membawa pergi putrinya jauh menuju negeri sakura bukan tanpa sebab.

Ibu yang melahirkan putri kecil manis ini pergi meninggalkan Tian dengan alasan karir. Membuat Nachia putri semata wayangnya tumbuh tanpa kasih sayang ibunya.

Tian memilih pergi dari kota kelahirannya demi membuat Nachia tidak di ganggu oleh ibu yang tidak bertanggung jawab.

**************************************

New story

Semoga suka

Happy reading

Benang Merah Masa LaluTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang