Dua Belas

1K 106 4
                                    

Beberapa pekerjaan Chika di batalkan karena gosip yang beredar. Manajernya sekarang pusing dengan kondisi ini. Chika masih tidak berani menemui orang lain.

Bel apartemen Chika berbunyi. Chika berlari mengintip siapa yang datang. Saat yang dilihatnya di depan pintu Tian dan Nachia, dirinya segera membuka pintu dan membawa mereka masuk dalam apartemen.

"Ndaaaa, Na angen!!" Kata Nachia langsung memeluk bunda nya.

Chika memeluk Nachia erat. Bahkan meneteskan air matanya, membasahi pundak Na.

"Nda nangis?" Tanya Nachia melepas pelukannya. Dilihatnya Chika yang sedang meneteskan air mata. Na segera menghapusnya.

"Siapa nakal, sini Na pukul!" Kata Na sok kuat. Chika akhirnya bisa sedikit tertawa melihat tingkah anaknya.

"Maafin Nda ya sayang," kata Chika mengecup kening Na.

"Na love Nda," kata Nachia mencium pipi Chika.

"Gue titip Na dulu ya, biar lu ada temen juga, kalo ada apa-apa, kabarin aja, gue pergi dulu," kata Tian mencium pucuk kepala Na dan pergi dari apartemen Chika.

Chika akhirnya menikmati harinya dan hatinya, sedikit terobati dengan keberadaan anak cantiknya yang hari itu menemaninya seharian. Na sangat bahagia bisa ditemani Nda nya seharian itu.

Chika dikagetkan link berita yang dikirimkan oleh manajernya. Disana ada pressconfrence oleh Papa Cio dan Tian yang menyampaikan bahwa Tian adalah mantan suami Chika dan dalam proses kembali rujuk/menikah kembali. Sementara gosip tentang Aldo adalah bohong dan itu hanya keperluan syuting semata.

Membaca berita itu Chika meneteskan air matanya dan segera memeluk Na. Entah bahagia atau apapun itu yang menghampiri dirinya yang jelas dia bisa bernafas lega.

Tidak lama kemudian bel apartemennya berbunyi. Chika dengan happy hendak membuka pintunya saat terjadi gedoran pada pintunya. Ternyata Aldo yang di depan pintu.

Chika ketakutan, dirinya langsung membawa Nachia masuk ke kamar. Na sudah mulai nangis karena ketakutan. Chika mendekap erat Na dalam pelukannya.

"Chika!" Suara Tian memanggil diluar.

Chika langsung lari membuka pintu. Tian berdiri di depan pintu dengan baju kotor dan sudut bibir berdarah. Chika yang menggendong Na langsung memeluk Tian.

"Takut," kata Chika menetes kan air matanya.

"Yayah, tadi ada orang jahat," kata Nachia meloncat pindah dalam pelukan  Tian.

"Dah, ayo masuk dulu," kata Tian mengajak masuk keduanya.

"Tadi Aldo....?" Tanya Chika ragu.

"Udah pergi, udah biarin aja," kata Tian mengecup dahi Chika dan Nachia bergantian.

Waktu sudah cukup malam. Nachia sudah terlelap di kasur bundanya. Tian sejak tadi tidak berani meninggalkan Chika sendiri.

"Tian, kamu beneran yang di konfrensi pers itu?" Tanya Chika ragu. Dia tidak ingin berharap banyak.

"Seenggak biar beritamu tenang dulu, redam dulu, aku gak mau Na jadi ikutan ke bawa soalnya," kata Tian.

"Papa mama?" Tanya Chika menunduk dia paham betul telah mengcewakan mantan mertuanya, tidak hanya 1 kali bahkan sudah kesekian kali ini terjadi.

"Mereka biar urusan aku," kata Tian menenangkan Chika.

"Kamu gak pulang?" Tanya Chika lagi, melihat Tian yang sudah tampak lelah, sudut bibirnya yang robek menambah kusut wajah tampannya.

"Takut Na nyariin kamu kalo bangun," kata Tian mengalihkan pandangannya.

"Ya udah sana istirahat sama Na di kamar," kata Chika.

"Gak usah aku disini aja," Tian membaringkan badannya di sofa apartemen Chika.

Chika membereskan apartemennya dan membiarkan Tian beristirahat. Selesai beres-beres, tanpa sengaja dirinya menatap tajam wajah tampan Tian yang sedang tertidur karena lelah.

Dirinya duduk bersimpuh disebelah Tian. Mengusap lembut lelaki yang pernah dicintainya. Memandang wajah lelah mantan suaminya.

Rasa bersalah dan kecewa atas perlakuannya dulu pada kedua orang yang menjadi cintanya itu, membuatnya meneteskan air mata tanpa disadari.

Chika mengecup lembut kening Tian sebelum dirinya beranjak masuk kedalam kamarnya menemani Nachia tidur.

Paginya Tian terbangun karena harum masakan menusuk hidungnya. Dia melihat Chika dan Nachia sedang didapur memasak berdua. Sungguh pemandangan indah yang sangat diimpikannya.

"Eh dah bangun, Na, yayah udah bangun tuh," Ucap Chika menurunkan Na dari meja kounter dapur.

Na segera menarik ayahnya menuju meja makan dan duduk manis bersama ayah kesayangannya.

"Sori ya, bahannya cuman ada ini soalnya, dah lama gak masak," kata Chika menyodorkan 2 piring nasi goreng untuk Na dan Tian.

"Gak papa, makasih ya, dah lama gak makan nasi goreng buatan kamu," kata Tian tersenyum. Sementara Na disebelahnya sudah lahap memakan sarapannya.

**************************************

Apakah ini akan menjadi awal baru keduanya?

Happy reading guys

Benang Merah Masa LaluTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang