23

1.2K 120 10
                                    

Tian tiba di bandara terlambat. Pesawat Na dan Chika baru saja take off. Dirinya belum sempat berpamitan dan meminta maaf pada anak dan mantan istrinya.

Tian pulang kerumah dengan lesu. Disana ada Marsha dan mama Shani yang sedang asik memasak makan siang bersama.

"Kak Tian kenapa?" Tanya Marsha sambil meletakkan makan siang di meja.

"Hei Sha, gue gak liat ada lu," kata Tian tersenyum.

"Sha tolong bawain yang lain sekalian bentar ya, mama mau ngobrol ma Tian dulu," kata Shani mengkode Marsha
Marsha langsung mengangguk paham.

Shani mengajak anaknya duduk di teras belakang rumahnya. Shani memperhatikan anak bungsunya yang murung sejak tadi.

"Zee udah cerita, Chika udah cerita, bahkan papamu udah cerita, mama mau denger kamu yang cerita," kata mama Shani mengelus rambut anaknya.

"Chika ma, Tian baru sadar Chika sebegitu pentingnya buat Tian, sesakit apapun yang Tian rasa, tiap Tian lihat Na, Tian selalu sadar betapa Tian menyayangi dan mencintai Chika," kata Tian.

"Rara gimana?" Tanya mamanya.

"Tian udah coba ma, tapi Tian tetep gak bisa, bahkan Rara yang menyadarkan Tian, tapi semua udah telat ma, Chika udah pergi," kata Tian lesu.

"Dih anak mama alay, mama udah lama gak liat kamu bucin gini, Chika ma anakmu lho liburan, tar juga balik," kata Mama Shani.

"Tian takut hilang moment ma, Tian takut kehilangan Chika dan Na," kata Tian.

"Kami juga kok," kata Chika tiba-tiba muncul di belakangnya.

"Yayah!!!" Na berlari memeluk ayahnya.

"Kalian???" Tian bingung dengan dua wanita kesayangannya ada disana.

"Papa nelpon aku, papa minta maaf dan menjelaskan semuanya, papa minta aku batalin flight ku dan Na, Papa minta aku buktiin cinta aku ke kamu," kata Chika ikut memeluk Tian.

"Maafin aku Chik, aku tau semua ini salahku juga," kata Tian.

"Kita belajar dari kesalahan kita, kita mulai semua yang baru ya," kata Chika.

"Yeee Na punya yayah Nda," kata Na berloncat-loncat bahagia.

"Maafin papa ya anak-anak, papa sadar udah memaksakan semua mau papa, padahal gak semua mau papa terbaik buat kalian," kata Papa Cio berdiri di belakang mereka bersama Zee yang merangkul Marsha.

Tian langsung memeluk papanya. Begitu pula Zee dan mama Shani. Kehangatan keluarga ini perlahan kembali bersama dan menyatu. Na menjadi salah satu sumber kehangatan, ban persatuan keluarga ini.

Papa Cio mengajak mereka semua makan siang bareng. Semua segera duduk bersama di meja makan yang kembali hangat dan kembali ceria.

"Gimana kalo kita liburan bareng aja ke US, sekalian kalian berempat nikah disana," kata papa Cio.

"Hah, aku belom ngomong apa-apa sama orang tua ku om," Marsha panik membuat mereka semua tertawa.

"Bang Zee lama nih geraknya," goda Tian. Chika menepuk lengan mantan suaminya.

"Lu udah pernah gue jadiin dendeng belom?" Tanya Zee mengacungkan kepalan tangannya pada Tian. Na kali ini yang menepuk tangan om nya protes. Semua kembali tertawa dengan Na yang ngomelin omnya.

Saking asiknya ngobrol dan berbincang sampai pada lupa waktu. Jam sudah menunjukan pukul 11 malam.

"Aku pulang dulu ya," kata Chika pamit pada Tian.

"Lah, mau kemana sih anak mama ini," kata Shani menahan Chika.

"Chika pulang dulu ma, dah malem," kata Chika.

"Lah ini kan rumah mu," Kata Shani menggoda Chika.

"Gak enak ma, kan belom resmi lagi," kata Chika tersipu.

"Sayang, kamu harus inget, apapun kondisinya mama sudah janji sama mama mu akan selalu jaga kamu, sekarang orang tua mu tinggal kami, jadi jangan sungkan," kata mama Shani memeluk Chika.

"Kan di apart juga sendirian, udah disini aja, tidur sama Na dikamar kita, eh dikamar ku, nanti aku nimbrung bang Zee," kata Tian. Chika mengangguk.

Chika langsung membawa Na yang sudah mengantuk ke kamar mereka dulu. Sementara Zee mengantar Marsha pulang.

"Pa makasih ya, mama bener-bener berterima kasih sama papa atas semua pengorbanan papa," kata Shani memeluk suaminya yang sudah lebih dulu tidur.

Nachia Tamara Harland, akan selalu menjadi benang merah masa lalu Chika dan Tian. Benang merah yang akan selalu mengikat cinta keduanya.

***************End*******************

Terima kasih buat supportnya

Udah ya up up nya tar cerita lain lagi

Happy reading guys

Benang Merah Masa LaluTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang